JAKARTA, bisniswisata.co.id: Teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, bukan hanya menyisakan kesedihan mendalam bagi korban dan keluarganya. Insiden ini bisa mengganggu perekonomian di Tanah Air, terutama bagi sektor pariwisata dan industri ritel pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, pemerintah harus mengantisipasi potensi dampak itu.
Berkaca dari pengalaman Bom Bali I (2002) dan Bom Bali II (2005), sektor pariwisata yang paling terpukul akibat aksi terorisme ini. Maklum, jumlah kunjungan turis bisa drop. Efek teror bom juga bisa menyumbat aliran penanaman modal asing.
Apalagi, kini sejumlah negara kini merilis peringatan waspada atau travel advice kepada warga negaranya jika akan berkunjung ke Indonesia, usai bom Surabaya. Misalnya Amerika Serikat, Australia, Inggris, Hong Kong, dan Singapura.
Peringatan ini mulai membuat cemas pebisnis pariwisata. Alhasil, Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) berharap peringatan itu tidak meningkat menjadi travel warning atau larangan berkunjung ke Indonesia.
“Kejadian bom di Surabaya bisa berpengaruh bagi bisnis perjalanan namun pengaruhnya tidak akan signifikan. ,” lontar Ketua Asita Asnawi Bahar seperti dilansir laman Kontan.co.id, Selasa (15/05/2018).
Dilanjutkan, pengaruhnya pasti ada ke bisnis perjalanan tapi tidak banyak dan untuk perhitungan seberapa besar pengaruhnya untuk saat ini mungkin belum terlalu signifikan. Karenanya, guna memperkecil dampak teror bom terhadap industri pariwisata, harus ada langkah-langkah cepat, tepat, dan efektif dari pemerintah sehingga dampak bom bisa diperkecil.
“Belajar daripada kasus bom di Thamrin, pemerintah melakukan tindakan yang cepat dengan memberikan penjelasan ke negara-negara lain mengenai iklim di Indonesia yang kondusif, lalu menjelaskan di banyak tempat tidak terjadi apa-apa, untuk itu langkah tersebut juga diperlukan sekarang,” tuturnya.
Selain pemerintah, stakeholder dan masyarakat Indonesia harus pro aktif untuk menjelaskan ke negara-negara lain bahwa kejadian tersebut hanya ada di Jawa Timur sementara destinasi lain dalam kondisi aman.
Asita juga berharap, turis asing yang sedang dan akan berlibur ke Indonesia membatalkan liburannya di Indonesia. Apalagi, “Pemerintah bertindak cepat dengan memberi penjelasan kepada negara yang mengeluarkan travel advice,” kata Asnawi.
Ditempat terpisah, Agustinus Pake Seko, Presiden Direktur Bayu Buana Travel, optimistis, kasus bom Surabaya tidak berefek besar terhadap bisnis wisata. “Penjualan dan pertumbuhan paket wisata, tiket, pesawat, dan lainnya masih stabil,” sebutnya.
Begitu pula bagi Panorama Destination, perusahaan jasa perjalanan wisata. “Bahkan turis dari Belanda, Jerman, dan Australia bersimpati dengan cara jalan-jalan di wilayah yang sedang tidak kondusif seperti Indonesia,” kata AB Sadewa, Sekretaris Perusahaan Panorama Destination.
Pengelola pusat perbelanjaan juga mengklaim bisnisnya masih berjalan normal. “Pengunjung tetap ramai. Kalau pun turun karena bukan weekend,” tandas Stepanus Ridwan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI).
Justini Omas, Sekretaris Perusahaan PT Agung Podomoro Land Tbk menyatakan, secara umum bisnis mal masih normal asal tidak dinodai oleh kabar hoaks. “Masyarakat harus arif menerima dan meneruskan berita,” kata dia. (NDI)