BADUNG BALI, bisniswisata.co.id: Setelah 28 tahun mangkrak, akhirnya patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Patung GWK setinggi 121 meter di Desa Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Bali merupakan patung ketiga tertinggi di dunia, bahkan menjadi ikon pariwisa Bali dan Indonesia.
“Pada malam hari yang indah ini saya sangat senang, bangga bisa hadir bersama bapak ibu dan saudara-saudara sekalian menyaksikan mahakarya anak bangsa, patung Garuda Wisnu Kencana,” kata Presiden Jokowi yang memakai baju adat Bali berwarna hitam lengkap dengan ikat kepalanya, di Cultural Park GWK, Badung, Sabtu (22/09/2018) malam.
Disebut mahakarya, lanjut kepala negara, karena patung Garuda Wisnu Kencana, salah satu patung tembaga terbesar di dunia. Patung GWK, adalah patung tertinggi ketiga di dunia setelah The Spring Temple Buddha di China dan The Laykyun Sekkya Buddha di Myanmar.
“Patung ini lebih tinggi dari pada patung Liberty di Amerika Serikat. Selesainya mahakarya ini bukan hanya membanggakan rakyat Bali, masyarakat Bali tapi juga membanggakan seluruh masyarakat Indonesia,” ungkapnya seperti dilansir Setkab.go.id
Terwujudnya patung GWK menunjukkan Indonesia mampu menghadirkan karya budaya masa kini. “Ini membuktikan sebagai bangsa besar kita bukan hanya mewarisi karya-karya besar peradaban masa lalu, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan tapi di era kekinian juga bisa berkarya, berkreasi membangun sebuah peradaban, melahirkan mahakarya baru, yang mengaggumkan juga diakui dan dikagumi dunia,”.
Kepala Negara menuturkan era kemajuan teknologi saat ini, pengembangan seni budaya harus dipadukan dengan teknologi. Seperti halnya Patung GWK juga memadukan karya seni budaya bangsa Indonesia, terutama seni budaya Bali dengan kemajuan teknologi, dengan riset, dengan ilmu pengetahuan yang baru.
Saat proses pembuatannya, Patung GWK menjalani serangkaian tes. Windnel test atau tes ketahanan angin di Australia (Windtech) dan Kanada (RDWI), cavity test atau tes rongga secara berkala, dan soil test. Konstruksi patung dibuat material tembaga dan kuningan, ditopang 21.000 batang baja dengan berat total 2.000 ton dan jumlah baut sebanyak 170.000 buah. Periode konstruksi berlangsung mulai Agustus 2013 hingga Juli 2018.
“Dengan perpaduan itu, patung GWK ini mampu bertahan selama kurang lebih 100 tahun dan saya yakin 100 tahun lagi patung GWK akan tetap menjadi karya peradaban yang dibicarakan, yang menjadi kebanggan bangsa dan menjadi warisan kebudayaan bangsa Indonesia,” tuturnya.
Di balik kemegahan patung ini, Presiden menuturkan ada satu hal yang bisa menjadi inspirasi bagi semua, yakni karya besar dimulai dari keberanian untuk mempunyai gagasan-gagasan besar, mimpi besar, dan lompatan-lompatan besar. Tanpa keberanian sulit lahir karya-karya besar. Ide-ide besar harus diikhtiarkan secara konsisten.
Presiden apresiasi kepada I Nyoman Nuarta atas gagasan besar, keberanian, dan ikhitiarnya selama ini. Juga berterima kasih kepada semua pihak yang bekerja keras menyelesaikan patung ini. “Tentu gagasan besar ini juga ditopang oleh banyak pihak, dukungan pemerintah dan rakyat Bali, maupun pihak swasta yang ingin mimpi besar para seniman ini terwujud,” ungkapnya sambil mengajak para seniman dan para budayawan agar terus berkreasi mewujudkan karya terbaik yang selanjutnya memperkaya peradaban bangsa Indonesia
Patung tersebut memiliki tinggi 121 meter atau 271 meter dari permukaan laut (dpl) yang dibangun di atas lahan seluas 60 hektare.
Pembuatan patung ini menjalani proses panjang yaitu selama 28 tahun oleh seniman sekaligus desainer Nyoman Nuarta. Proses pembuatan patung tembaga itu menggunakan teknik cor las untuk 754 modul.
Satu modulnya berukuran 4×3 meter dengan berat kurang lebih 1 ton. Pembuatan patung tersebut pernah melibatkan 1.000 pekerja yang terbagi menjadi dua, yakni 400 pekerja di Bandung dan 600 pekerja di Bali.
Peresmian patung GWK mengangkat tema “Merajut Indonesia Esa” dengan menampilkan pertunjukan kesenian tarian daerah yang dibawakan 300 penari. Tampil juga Bumi Gamelan Orchestra pimpinan I Wayan Balawan, maestro gitar dan musik etnik asal Bali. Kemeriahan dan kemegahan acara peresmian makin semarak dengan penampilan Putri Ayu, Duta Cinta, pertunjukan laser dan kembang api serta video mapping yang dikemas dengan tajuk “Kemilau Indonesia” pada malam harinya.
“Saya berharap patung Garuda Wisnu Kencana ini dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dan menjadi salah satu ikon seni kebanggaan bangsa Indonesia yang memberikan dampak positif di segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, serta turut memberikan konstribusi dalam meningkatkan sosial-ekonomi masyarakat Bali pada khususnya,” ujar Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma.
GWK Cultural Park dirancang secara komprehensif dan direncanakan akan dilengkapi berbagai fasilitas pariwisata, pusat budaya, taman, balai pertemuan, restoran, hotel dan area parkir yang dapat diakses banyak orang pada setiap waktu. Patung ini, memiliki bentang sayap mencapai lebar 64 meter, ikon landmark termegah di Bali ini berdiri gagah di puncak bukit Ungasan, di dalam kawasan GWK Cultural Park.
Strukturnya dibuat tahan gempa, fisiknya mampu menahan hembusan angin kuat, dan GWK sebagai bangunan tinggi menangkal petir dengan sekaligus berfungsi sebagai sangkar Faraday, dimana semua listrik akan diserap oleh kulit patung yang terbuat dari tembaga dan kuningan.
Berbagai uji teknis dilakukan agar patung GWK dapat berdiri kokoh mulai dari pemeriksaan struktur dan jenis tanah pada lokasi patung dibangun, yang kemudian ditemukan adanya rongga-rongga dalam tanah. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penyuntikan semen ke rongga-rongga tanah tersebut hingga mencapai kedalaman 10 meter.
Pondasi beton pun dibuat dengan ketebalan hingga 2,2 meter untuk dapat menahan beban sebesar 3.000 ton. Mengingat pondasi yang cukup tebal serta suhu di lokasi pengecoran yang terus meningkat yang dapat menyebabkan timbulnya retakan (crack), maka ditambahkan 43.024 balok es untuk menetralkan suhu beton pada saat pengecoran.
Beban patung tidak dibiarkan berada pada platform dari bangunan penyangga. Seluruh beratnya disalurkan melalui konstruksi core atau inti pada beton bertulang di pedestal yang berukuran 30 x 30 meter dengan ketebalan dinding inti atau shear wall mencapai 50 sentimeter.
Inti ini mencapai ketinggian tertentu untuk dipadukan dengan konstruksi baja. Dengan baja yang bersifat lebih lentur maka keseluruhan konstruksi tidak akan bergoyang bila mendapat dorongan angin atau gempa. Kombinasi ini membuat patung menjadi cukup rigid atau kaku, namun dengan sedikit sekali kemungkinan terjadinya fatique logam atau kelelahan akibat struktur yang terlalu sering bergerak.
Rincian detil ikonografi Bali dan bentuknya yang rumit menjadikan GWK sebagai salah satu patung paling kompleks di dunia, terlebih dengan prinsipnya yang terbuka dan dapat diakses khalayak ramai.
Patung GWK tidak hanya menjadi patung yang dikunjungi orang karena nilai simbolnya, melainkan juga dirancang dalam satu kompleks dan ditopang dengan berbagai fasilitas pariwisata-pusat budaya, taman, restoran, serta area parkir luas yang dapat diakses banyak orang pada setiap waktu.
Jumlah modul patung 754 modul, struktur baja 2.000 ton dengan berat kulit patung 900 ton. Jumlah batang baja yang terpakai 21.000 batang yang menghabiskan 170.000 buah baut. Patung dirancang untuk masa bangunan selama 100 tahun dengan kapasitas ketahanan angin 2,5 kPa. Uji teknis wind tunnel dilakukan di Australia dan Kanada. (EP)