2019, Investasi Hotel di Asia Pasifik Diprediksi Tumbuh 15 Persen

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Asia Pasifik satu-satunya merupakan wilayah yang sangat bagus untuk pertumbuhan volume transaksi perhotelan selama tahun 2019. Diprediksi total volume transaksi wilayah Asia Pasifik mencapai $9,5 miliar, jumlah ini meningkat 15 persen dibanding tahun 2018. Demikian laporan JLL – Konsultan real estate internasional terbaru terkiat Hotel Investment Outlook.

Tahun 2018 adalah tahun pemulihan bagi pasar hotel utama di Indonesia dengan kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya yang hampir mencapai siklus akhir pembangunan. Sedangkan Bali memperlihatkan pemulihan sangat cepat dan substansial setelah terjadinya letusan Gunung Agung akhir tahun 2017.

“Akibatnya, volume transaksi di Indonesia meredam dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi tahun ini, kami mencatat adanya pertumbuhan kegiatan para investor luar negeri serta tipe investor penanam modal dalam mengantisipasi pemulihan pasar-pasar ini,” papar Senior Vice President, JLL Hotels & Hospitality Group, Corey Hamabata dalam keterangan tertulis, Senin (11/3/2019).

Hamabata mengharapkan kegiatan transaksi akan meningkat sepanjang tahun 2019 dan tahun-tahun berikutnya. Pasalnya kondisi ekonomi global akan mengalami pemulihan pasca kondisi yang tak menentu pada tahun sebelumnya.

Head of Hotel Investment Sales Asia, JLL’s Hotel & Hospitality Group, Nihat Ercan, menambahkan, meskipun terjadi serangkaian bencana alam, pasar hotel di Jepang tetap mampu menarik minat para investor dunia. “Hampir 30 persen dari semua investasi di Asia Pasifik ditanamkan di Jepang, dengan ini Jepang menggeser China dari posisi puncak,” kata Nihat Ercan.

Dalam laporan itu, sentimen investor di Jepang akan tetap tinggi dengan adanya Rugby World Cup dan Olimpiade Tokyo. Sama halnya, pasar hotel di Singapura berhasil menarik tujuh persen lebih banyak wisatawan pada tahun kemarin, mendorong kenaikan positif RevPAR di semua skala kelas perhotelan.

Di China, permintaan pariwisata melampaui penawaran JLL mencatat pertumbuhan RevPAR dengan rekor tertinggi di seluruh kota-kota besar China pada tahun 2018, termasuk Chengdu yang naik 20 persen, Beijing naik 15 persen, Chongqing naik 13 persen dan Wuhan 12 persen.

“Sementara kita berada di kondisi late-cycle dimana tingkat imbal balik tetap rendah dengan kemungkinan yang terbatas untuk tekanan lebih lanjut, kebanyakan investor tidak melihat adanya penurunan besar di masa mendatang,” lontarnya.

Setelah terjadi pelemahan pada kuartal terakhir tahun 2018, permintaan dan transaksi mulai meningkat di awal tahun ini. Tingkat suku bunga saat ini semakin stabil, jadi para investor dapat berkonsentrasi pada pertumbuhan income serta pasar yang memiliki fundamental kuat,” demikian kesimpulan Ercan.

JLL berharap para investor yang melirik pasar Asia Pasifik akan memperhitungkan berkurangnya kenaikan income sebagai faktor dalam asumsi valuasi mereka; tetapi, likuiditas di kota-kota besar serta tuntutan imbal balik yang lebih rendah justru akan mendorong meningkatnya volume transaksi.

Pada sisi global, tingkat hunian hotel dan kinerja properti yang mendasarinya akan tetap kuat sementara industri traveling dan pariwisata bersiap untuk membukukan rekor tahunan.

Semakin banyak investor yang mencari keuntungan lebih banyak mengalihkan pandangannya ke sektor hotel meskipun ada proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih lamban serta ketidak-pastian geopolitik. (redaksibisniswisata@gmail.com)

Endy Poerwanto