NASIONAL

Zero Dollar Tour bikin Gaduh Pariwisata Bali

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pariwisata Bali yang selama ini aman, nyaman, tentram, damai namun akhir-akhir ini dibikin gaduh. Kegaduhan bersumber dengan praktik pemasaran “zero dollar tour” yang lahir sejak kedatangan turis China berwisata ke Bali. Memang jumlah turis Tiongkok terus melonjak. Lonjakan itu membuahkan penjualan paket wisata melalui agen perjalanan wisata di negara China dengan harga sangat murah.

Harga paketnya disinyalir hanya senilai biaya tiket perjalanan Denpasar-China. Sekilas, ini terlihat sangat menguntungkan wisatawan yang membeli paket wisata. Kenyataannya selama di Pulau Dewata, Turis Negeri Panda ini diwajibkan mengikuti jadwal tur yang ditetapkan oleh agen wisata China.

Agen wisata itu, kemudian menerapkan praktek monopoli. Wisatawan dibawa berbelanja di tempat-tempat yang telah ditentukan. Tempat berbelanja sudah terafiliasi dengan agen wisata yang menawarkan paket “zero dollar tour”. Harga barang-barang yang ditawarkan jauh lebih tinggi, dengan metode pembayaran non tunai.

Praktek monopoli menyebabkan wisatawan mengalami kerugian. Bahkan, destinasi wisata dan negara dikunjungi juga sama menderitanya. Di paket ini, semua tak ada yang dapat untung. Semua gigit jari sebab semua transaksi terhubung secara non tunai menggunakan aplikasi dari China. Kemenpar sebagai otoritas tertinggi mengatur pariwisata juga tak tinggal diam. Semua lini langsung action.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati pun ambil langkah tegas pariwisata Bali dijual murah mafia Tiongkok. Dan mendesak stakeholder pariwisata Bali merapatkan barisan ikut menyelesaikan masalah yang terjadi. Hasilnya ditemukan, ada praktik ilegal turis Tiongkok dipaksa berbelanja di sejumlah toko diduga mempekerjakan tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok tanpa izin.

Ini sangat merugikan pariwisata Bali. Apalagi sistem pembayaran memakai sistem perbankan dari Tiongkok. “Tak ada sepeser didapat Bali. Malah merugikan bisnis pariwisata, karena Bali cuma dapat sampah. Kita harus selektif mendatangkan wisatawan ke Bali,” tandas Wagub Oka Artha saat Focus Group Discussion (FGD) bertema “Road to Quality Tourism”, di Hotel The Trans, Kuta, Rabu (25/10/2018)

Seperti dikutip Jawapos.com, kini baik sudah diambil tindakan dengan melakukan pemeriksaan langsung ke toko-toko yang dicurigai melakukan tindakan curang. “Apabila ketahuan melakukan tindakan kecurangan, langsung ditindak tegas baik pencabutan izin maupun penutupan usahanya,” paparnya serius.

Mantan Bupati Gianyar mengaku sudah turun langsung untuk pengecekan ke lapangan mendatangi beberapa toko. Dari hasil pengecekan ada yang mencurigakan, di mana pihak toko mempekerjakan orang asing, produk yang dijual tak mencerminkan Bali bahkan yang dijual barang impor.

“Kita semua harus bertanggungjawab, kita tidak ingin Bali dijual murah, semua pihak harus bersinergi bergandengan tangan memberantas Zero Dollar Tour. Karena pariwisata Bali tidak diuntungkan, malah dirugikan,” tegasnya.

Tenaga Ahli Menteri Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana mengatakan FGD ini untuk menemukan solusi cepat dan efektif mengatasi problem ini. Hal ini untuk masa depan Bali, menjaga komitmen Bali sebagai destinasi wisata terbaik dunia.

Dilanjutkan, skenario disiapkan ada tiga. Pertama, pemberlakuan batas bawah. Langkah ini membuat industri di Bali survive dan tidak terperangkap persaingan harga murah. Kedua, pelarangan sistem kartel. “Caranya dengan melakukan pembatasan kunjungan ke kartel toko yang dimiliki warga negara originasi dalam hal itu toko dengan kepemilikan warga China,” ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Rabu (24/10/2018)

Ketiga, Kementerian Pariwisata kedua negara (Indonesia-Tiongkok) sepakat untuk melakukan seleksi terhadap travel agent/travel operator (Ta/To). Semua Ta/To harus teregistrasi dengan baik di kedua negara. “Tujuannya, supaya tak ada image buruk bagi kedua belah pihak. Misalnya, negara tujuan dianggap tak menarik, sehingga wisman originasi memiliki image negatif di suatu negara,” lontar Pitana.

Pitana mengaku sudah menghubungi Konjen China di Bali. Hasilnya? Konjen China menyambut gembira untuk melakukan pengawasan bersama, antara pemerintah China dan Indonesia.

Menteri Pariwisata Arief Yahya juga seirama. Menjaga citra kepariwisataan Bali adalah harga mati yang tak boleh ditawar lagi. “Paket murah itu diselesaikan dengan cara B to B. ASITA Bali dipertemukan dengan industri dari Tiongkok. Fasilitatornya Gubernur Bali. Itu action terdekat yang dilakukan,” ungkapnya.

Selain itu, paling efektif memperkuat kerjasama antara ASITA, Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies kita dengan CNTA, China National Tourism Association, dengan membuat “White List Tour Agencies Tour Operators.” Membuat daftar atau meregistrasi Ta-To, yang direkomendasi kedua belah pihak, sehingga mudah mengontrolnya ketika ada keluhan.

“White List itu daftar Ta To yang baik, lawannya Black List daftar Ta To yang nakal. Nanti akan muncul daftar tour operator dan tour travel yang legal, terdaftar dan diakui oleh masing-masing asosiasinya. Karena, sekali lagi ini adalah kerjasama B to B,” tambahnya.

Ditambahkan praktek Zero Dollar Tour merugikan Indonesia dan China. Bahkan merusak nama baik dan reputasi kedua negara. Thailand juga pernah mengalami hal yang sama, karena itu saya sudah menugaskan untuk benchmark dengan Thailand. “Apa yang dilakukan oleh pemerintah Thailand dalam menangani case “Zero Dollar Tour” ini? Menertibkan tata niaga industri tour and travel, tanpa harus merusak kerjasama yang sudah berlangsung,” lontarnya. (EP)

Endy Poerwanto