REYKJAVIK, bisniswisata.co.id: Perdana Menteri Islandia Katrin Jakobsdottir berencana mengurangi pembatasan kedatangan internasional paling lambat 15 Juni 2020. Sementara mulai 15 Mei beberapa profesional, ilmuwan, pembuat film dan atlit telah tiba di Islandia untuk melakukan uji coba system tes COVID-19 dan karantina yang telah dimodifikasi.
Pemerintah Islandia, kutip Lonely Planet meminta pelancong mengunduh dan menggunakan aplikasi resmi yang juga telah digunakan warga setempat. Aplikasi penelusuran ini telah disempurnakan dan dipastikan mampu menjaga privasi pengguna. Data pribadi akan dirilis hanya untuk tujuan pelacakan, jika ditemukan infeksi/penularan.
“Ketika para pelancong kembali ke Islandia, kami ingin memiliki semua mekanisme untuk melindungi mereka dan kemajuan dalam mengendalikan pandemi. Strategi pengujian, pelacakan, dan isolasi skala besar di Islandia telah terbukti efektif sejauh ini. Kami ingin membangun pengalaman itu. Menciptakan tempat yang aman bagi mereka yang menginginkan perubahan pemandangan setelah musim semi yang sulit bagi kita semua,”kata Thordis Kolbrun Reykfjord Gylfadottir, Menteri Pariwisata, Industri, dan Inovasi, Islandia. Hingga saat ini, di Islandia tercatat ada 1801 kasus COVID-19 dan sepuluh kematian.
Selain Islandia, negara- negara destinasi wisata dunia lainnya juga mulai bersiap “melonggarkan” pembatasan pergerakan pasar wisata, dengan sejumlah persyaratan. Sikap berhati- hati dan mengendalikan euporia kebebasan bergerak sangat dihindari.
Bali Tumpuan Indonesia
Bagaimana dengan kepariwisataan Indonesia? Yang pariwisatanya memiliki kaidah Sapta Pesona yaitu 7 (tujuh) unsur dalam setiap produk pariwisata serta dipergunakan sebagai tolak ukur peningkatan kualitas produk pariwisata. Ada dimensi keamanan, ketertiban, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan.
Tujuan Sapta Pesona Wisata menurut alm Joop Ave (ketika itu) tidak semata-mata untuk kepentingan pariwisata. Dalam tataran lebih luas adalah strategi meningkatkan disiplin nasional, jati diri bangsa, berfokus pada citra baik bangsa dan negara.Secara komunal, kepariwisataan Indonesia memiliki standar kelokalan yang khas.
Bali misalnya memadankan kearifan lokal Tri Hta Karana (THK) dalam dinamika perkembangan kepariwisataannya. Nilai tradisi yang diakui pihak badan pariwisata dunia UNWTO, bahkan lembaga ini membantu Yayasan Tri Hita Karana dan Paguyuban Pelaku, Pemerhati THK pelaksana THK Assesment dan Accreditation Awards me link dan match kan intisari nilai THK ke dalam kode etik pariwisata global. Dan pada akhirnya tumbuh konsep kepariwisataan berkelanjutan di level internasional.
Terkait pandemic COVID-19, apakah THK Assesment and Accreditaion Awards tetap dilaksanakan?
“Assesment dan akreditasi THK Awards 2020, tetap dilaksanakn dengan peserta terbatas. Akibat penutupan sementara property mau pun objek wisata peserta, “ungkap Ketua Yayasan Tri Hita Karana, Ir. I Gst N Wisnu Wardana, menjawab bisniswisata.co.id.
Pilot Proyek
Menurut Wakil Gubernur Bali, Tjokorde Oka Artha Ardana Sukawati saat melakukan rapat dengan Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan Giri Adnyani di Bali, mulai Juni-Oktober 2020 akan melakukan gaining confidence .
Hal ini mencakup persiapan dan revitalisasi destinasi, perencanaan program promosi serta bantuan terhadap para pelaku pariwisata. Dan destinasi pariwisata di Bali mulai dibuka secara bertahap dengan mengikuti protokol kesehatan, promosi, penyelenggaraan event MICE Roadshow dan Media Campaign pada Oktober 2020.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan menerapkan program CHS (Cleanliness, Health, and Safety) di setiap destinasi maupun lokasi lain terkait pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai strategi mempercepat pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pascapandemi COVID-19.
Menurut Sek. Kemenparekraft saat ini Kemenparekraf sedang menyiapkan langkah-langkah pemulihan antara lain menyusun SOP yang mengacu pada standar kesehatan, kebersihan dan keselamatan. Rincian program pemulihan akan dibahas dan dikomunikasikan ke seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Sebagai destinasi utama pariwisata Indonesia, Bali ditetapkan menjadi pilot project dalam penerapan program CHS untuk nantinya diimplementasikan ke daerah lainnya di Indonesia.
Secara umum, Giri menjelaskan, konsep CHS mengacu pada protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan konsep pembangunan kepariwisataan berkelanjutan serta secara spesifik mengimplementasikan Sapta Pesona yang merupakan jiwa pariwisata Indonesia.