CHESHIRE, UK, bisniswisata.co.id: Mempromosikan pariwisata melalui jejaring sosial mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga memunculkan tren wisata baru bernama wisata estetika.
Platform media sosial telah memudahkan orang menjelajahi tempat baru dan berbagi pengalaman serta rekomendasi mereka dengan audiens yang lebih luas. Hal ini telah menimbulkan banyak minat di kalangan Generasi Z, yang sekarang lebih suka bepergian.
Namun, tren ini juga memunculkan wisata estetika, yang menekankan daya tarik visual suatu destinasi di atas aspek lain seperti signifikansi sejarah, budaya, atau alam.
Dilansir dari tourism-review.com, banyak orang ingin mengikuti pola estetika mereka saat bepergian berkat pembuat konten yang membagikan pakaian, makanan, lanskap, hotel, pusat hiburan, dan pengalaman liburan mereka.
Para ahli menyarankan agar Generasi Z menggunakan Pinterest untuk menelusuri papan dan koleksi memori. Mereka mencari inspirasi untuk perjalanan berikutnya dengan melihat gambar dari berbagai tempat.
Bagaimana rasanya merencanakan perjalanan estetika?
Banyak orang telah mengembangkan pandangan romantis tentang tujuan perjalanan berkat gambar media sosial. Foto-foto ini sering kali menggambarkan pemandangan yang indah dan menakjubkan yang mungkin langsung dari National Geographic.
Namun, penting untuk diingat bahwa gambar-gambar ini sering kali dimanipulasi atau dikuratori dengan sangat baik dan mungkin tidak mencerminkan realitas lokasi secara akurat.
Berbagai bentuk media telah melanggengkan ekspektasi yang tidak realistis ini dari waktu ke waktu, termasuk televisi, film, dan majalah perjalanan. Namun, media sosial hanya memperkuat efeknya.
Mari bandingkan keseluruhan konsep ini dengan jejaring sosial. Hasilnya adalah sebagai berikut: di TikTok, #travelaesthetic memiliki lebih dari 66 juta kunjungan, #londonaesthethic memiliki 47 juta, dan #japanaesthetic memiliki 91 juta tampilan.
Selain itu, dalam pencarian beberapa tujuan, Anda dapat melihat video dengan pemandangan atau pengalaman yang sempurna, namun kenyataannya jarang terjadi.
Ada juga tren yang berkembang yang dikenal sebagai “set-jetting”, di mana orang bepergian ke lokasi yang ditampilkan dalam acara TV atau film populer, seperti Emily di Paris. Sementara semua orang berharap untuk perjalanan yang ideal.
Kenyataannya adalah bahwa pemandangan yang sebenarnya kadang-kadang hanya memenuhi harapan. Inilah bagaimana tujuan tertentu menjadi diremehkan dan diabaikan begitu dianggap sebagai lokasi impian.