JAKARTA, bisniswisata.co.id: Hidup ditengah pandemi global COVID-19 tidaklah mudah. Selain ekonomi yang hancur, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang-orang tercinta baik keluarga maupun sejawat membuat seseorang merasa berat menjalani hidup menghadapi musibah yang belum pernah terjadi di dunia.
“Kita harus memilih bagaimana harus bersikap karena pandemi belum tahu kapan akan berakhir nyaris satu tahun terakhir ini sehingga sebagian dari kita sudah putus asa, buntu dan korban terus berjatuhan,” kata Ary Ginanjar Agustian ketika membuka training online Amazing You dari lantai 23 Gedung Menara 165, Jakarta.
Training yang diikuti sedikithya 12.000 peserta lewat Zoom ini selain peserta dari Indonesia juga dari Singapura, Malaysia, Brunei, Taiwan, Turki, Jerman, Rusia, Azerbaizan, Belanda, Rusia dan Amerika Serikat.
Menurut Ary Ginanjar, umat Islam bisa mengacu pengalaman Nabi Yunus AS yang pernah ditelan ke dalam perut ikan paus. Dalam kondisi tersebut ia memanjatkan doa agar dikeluarkan dari kesulitan hidup.
Kala itu, Nabi Yunus harus mengorbankan diri untuk dilempar ke laut karena kapal yang dinaikinya kelebihan muatan. Maka, atas izin Allah SWT ia diselamatkan dengan masuk ke dalam perut ikan paus.
Dalam kisah Nabi Yunus AS diceritakan bahwa dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Allah tidak akan menyulitkannya sampai akhirnya dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Begitu dia mengakui termasuk orang-orang yang zalim, Allah langsung bebaskan dan melemparkannya keluar dari ikan Paus. Seperti halnya umat manusia di dunia ini yang rata merasakan pandemi COVID-19 diseluruh dunia , maka pasca pandemi Ary yakin, kita jadi umat yang mampu mengambil hikmah atas wabah virus ini. Pandemi adalah cara sang Pencipta untuk menjadikan umatnya berkarakter lebih baik.
” Kita yang mengendalikan semua sikap untuk putus asa atau menjadi manusia yang lebih baik dan melahirkan peradaban baru,” katanya.
Ary juga memberikan contoh seorang profesor ahli kupu-kupu yang melihat ulat kecil dalam kepompong berusaha keluar sehingga ditolong dengan menggunting kepompong. Alhasil ulat bisa berubah menjadi kupu-kupu tapi pertolongan yang diberikan membuat tubuh ringkih dan akhirnya cepat mati.
Ulat dan Kepompong itu ibarat manusia dan COVID-19. Manusia merasa sudah habis-habisan berdoa, berupaya agar pandemi berakhir namun hingga sekarang tidak ada satupun yang mampu memprediksi kapan berakhirnya.
” Ibarat ulat itu, manusia diuji kesabaran dan keiklhlasannya untuk terbebas dari wabah. Tidak semua orang paham bahwa Allah memberi peringatan lewat ayat suci dan para Nabi dan rosulnya, lewat kejadian alam ( bencana) maupun wabah yang kita alami saat ini yaitu COVID-19,” kata Ary Ginanjar.
Dia yakin COVID-19 adalah coach training terbaik dunia untuk membuat manusia menjalani hidup yang lebih baik dan membangun peradaban baru di era New Normal.
Ary lalu menceritakan kisah hidupnya sendiri periode 1988 -1995 dimana sebagai dosen yang serba kekurangan dalam hidup lalu pilih menjadi wirausaha sukses dengan 7 toko jeans. Memiliki mobil BMW dan Mercedes Benz tapi sukses yang tidak membuat hidupnya bahagia karena adanya negative force.
Negative Force yang mendorong dia untuk sukses karena dasarnya adalah marah dan ingin pamer. Ary tidak puas jadi dosen lalu mengejar harta benda akibat dihina miskin oleh orang lain sehingga ingin buktikan dia bisa sukses bisa kaya.
” Intinya sesi training hari pertama ini adalah kita membuang keinginan pamer, mengubah energi negatif ( negative force) jadi positif,”
Menurut Ary, training dua hari ini untuk menemukan super power sehingga hidup ke depan kita tahu siapa kita, dimana kita dan mau kemana kita. Dia menambahkan energi peserta akan terus meningkat dan fokus pada energi positifnya.
“Selain interaktif dengan gerak dan lagu, mengeluarkan kata-kata serta fokus pada materi membuat training dua hari dilakukan dengan energi yang tinggi dan peserta merasa bahagia,” tegasnya.