JAKARTA, bisniswisata.co.id: Siapa yang tak kenal kuliner tongseng. Makanan khas daerah Solo dan sekitarnya ini semakin dikenal. Tongseng itu sejenis gulai dengan bumbu yang lebih “tajam”. Perbedaan yang lebih jelas adalah pada penggunaan dagingnya.
Tongseng dibuat dengan menggunakan daging yang masih melekat pada tulang, terutama tulang iga dan tulang belakang. Tongseng pada umumnya menggunakan daging kambing, meskipun ada pula tongseng daging sapi, kerbau bahkan ayam.
Sebagai tambahan, ke dalam kuah kental dimasukkan sayuran seperti kol, bawang putih, tomat, dan kecap. Bumbunya merupakan oseng-oseng yang terdiri dari campuran garam, bawang putih, kecap, dan lada. Biasanya tongseng dijual bersamaan dengan sate kambing.
Saat disajikan semangkuk tongseng hangat nan mengepul cukup ampuh menghangatkan tubuh di musim penghujan. Potongan daging kambing, dengan sayuran ditambah rasa pedasnya menjadi sajian yang menggiurkan. Apalagi, tongseng itu diracik dengan bumbu autentik seperti di Warung Sate dan Tongseng Pak Budi yang dijamin akan mampu memanjakan lidah.
Perpaduan 22 rempah asli Indonesia membuat cita rasa tongseng kambing Pak Budi sangat khas dan beda dari yang lain. Nama Pak Budi sendiri, merupakan nama pendek dari Eko Setiyabudi. Dia adalah generasi kedua yang meneruskan usaha almarhum ayahnya, Senen Riyanto.
Eko berkisah, almarhum ayahnya telah mewariskan semua rahasia kelezatan di warungnya ke tangan Eko dan semua itu tetap dijalankan sampai sekarang. Mulai dari paduan rempah, pemilihan kecap berkualitas hingga dan cara pengolahan dengan menggunakan bara api dan wajan dari baja. Sehingga kematangan kuah gulai tongseng akan semakin sempurna.
“Tongseng yang lain itu kan biasanya menggunakan bumbu kemasan yang langsung jadi, nah kita benar-benar meracik sendiri rempahnya,” kata Eko saat konferensi pers Festival Jajanan Bango 2019 di Kemang Jakarta Selatan, Kamis (21/2/2019).
Warung Sate dan Kambing Pak Budi akan hadir dalam Festival Jajanan Bango (FJB) 2019, yang digelar pada 16-17 Maret di area Parkir Squash, Gelora Bung Karno, Jakarta. Usaha yang dirintis mulai tahun 1985 ini, akan menjadi satu dari 10 penjaja kuliner lintas generasi.
Warung Sate dan Tongseng Pak Budi kini telah membuka tiga cabang di Jakarta. Dengan harga Rp 25 ribu untuk satu porsi, tongseng Pak Budi tidak pernah sepi dari para pelanggan dan pemburu kuliner Nusantara. “Alhamdulillah tidak pernah sepi, ada barangkali ratusan ya setiap harinya yang makan di warung saya,” kata Eko.
Ada hal unik yang rutin dia lakukan untuk memastikan cita rasa tongseng di tiga warung miliknya tetap sama. Dia selalu berkeliling mencicipi olahan tongseng setiap juru masak di warungnya. Hal itu dilakukan demi menjaga kualitas rasa.
Foods Director PT Unilever Indonesia Tbk Hernie Raharja mengungkap, saat ini semakin banyak kekayaan kuliner asli Indonesia yang mulai langka dan bahkan hampir punah. Padahal di sisi lain antusiasme para pecinta kuliner khas Indonesia kian meningkat.
“Para pecinta kuliner kian percaya ragam kuliner Indonesia yang dimasak dengan cara autentik memiliki nilai lebih dari segi rasa. Maka tak heran, semua kelezatan asli ini terus dicari dan disukai karena cita rasanya yang kaya, unik dan sangat Indonesia,” kata Hernie
Untuk itu, pelestarian kuliner asli Indonesia mesti dilakukan secara masif terutama bagi generasi muda. Terlebih saat ini kuliner Indonesia harus bersaing dengan serbuan kuliner asing atau makanan serba instan.
Karenanya, Bango berkomitmen untuk mendukung semangat para penjaja kuliner dalam memulai ataupun meneruskan bisnis kuliner Indonesia. Sehingga regenerasi pelestarian kuliner nusantara dapat terus berlanjut. “Tapi sebenarnya kita bukan hanya menyasar kaum milenial, tapi juga untuk lintas generasi,” jelas dia.
Pada FJB 2019, akan ada 80 penjaja kuliner yang hadir. Selain itu, Bango juga akan mendedikasikan sebuah area khusus bagi 10 penjaja kuliner lintas generasi yang memiliki dedikasi tinggi dalam mempersembahkan aneka kelezatan hidangan mereka dari generasi ke generasi.
Dengan begitu dia berharap, usaha kuliner para penjaja kuliner lintas generasi ini bisa lebih dikenal dan diapresiasi oleh puluhan ribu pecinta kuliner yang nantinya memadati FJB.
“Semangat mereka inilah yang ingin kami angkat di FJB 2019, sehingga dapat menginspirasi para penjaja kuliner lainnya maupun para pecinta kuliner untuk menjaga dan melestarikan kelezatan kuliner autentik Indonesia dari generasi ke generasi,” ucap Hernie.
Mengusung tema Kelezatan Asli Lintas Generasi, yang diangkat untuk mendorong regenerasi pelestarian kuliner asli Indonesia. Khususnya melalui peranan penjaja kuliner sebagai penjaga keautentikan kuliner Indonesia yang sejati. (ENDY)