SOSOK

TOMMY WONG: Tambahkan Love Quotient Dalam Hidup Anda !

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Tagar #CupangKebaikan kerap menjadi topik pilihan Tommy Wong, CEO Victorindo Group di IG Live @tanyamentor di Instagram tommywong_official dengan judul Lakukan Hal Kecil Dengan Cinta yang Besar.

Gara-gara melihat aktivitas bisnis seorang ibu berdaster di Instagram berjualan ikan cupang secara online, pria yang akrab disapa koko Tommy ini akhirnya ikut jatuh cinta pada ikan cupang.

Masya Allah melihat begitu banyaknya ikan-ikan cupang meliuk-liuk pelan di dalam kotak-kotak kaca bak seorang peragawati mengibas-ngibas sirip dan memamerkan keindahan warna ditubuhnya, seketika Tommy terpesona penuh rasa takjub.

“Indonesia memiliki ribuan jenis ikan hias. Nilai ekspornya dalam enam tahun terakhir terus meningkat. Di saat pandemi global bisnis budi daya cupang, salah satu ikan hias andalan negri ini bisa bertahan bahkan menjadi sumber penghasilan baru bagi banyak orang,” kata Tommy Wong membuka pembicaraan.

Ikan cupang atau Betta sp, adalah salah satu yang paling menyedot perhatian masyarakat selama pandemi COVID -19. Ikan yang sebelumnya tenar untuk diadu, kini menjadi pajangan para pecinta ikan hias.

Warnanya yang beragam serta cara pemeliharaannya yang relatif mudah menjadi daya tarik tersendiri ikan ini. Cukup dengan toples atau di dalam aquarium saja. Jadi sebenarnya ini potensi bisnis yang sangat menguntungkan, jelasnya.

“Selain modalnya tidak terlalu mahal, di era digital ini pun pedagang bisa berjualan daring seperti yang dilakukan sis Yenny tiap hari lelang     (bit) cupang,” kata Ketua Umum Billioner Mindset Indonesia, wadah komunitas para pebisnis.

Dari perkenalan dengan sis Yenny, pejuang nafkah lewat cupang  yang kerjanya sambil dasteran dan gigih di kala pandemi inilah koko Tommy belajar bagaimana pandemi melibas bisnis  video dan foto untuk beragam event di Surabaya yang dijalani Yenny lalu tiba-tiha usaha itu mati suri. Tidak ada order lagi.

Padahal setiap hari usahanya laris dan nyaris setiap hari dalam setahun ada job yang diterimanya untuk membuat dokumentasi momen penting seseorang maupun berbagai perusahaan sebelum ada pandemi COVID -19. 

Cerita sis Yenny hingga akhirnya berjualan ikan cupang gara-gara melihat lelang cupang di medsos menjadi turning point bagi  Tommy yang diposisi seorang CEO ini. Apalagi Yenny sebagai ibu rumah tangga ini sebelumnya sama sekali tidak kenal dan memahami ikan cupang.

“Cerita cici Yenny sehari dia pernah meraup Rp 27 juta di saat bisnis utamanya melorot sangat menginspirasi saya dan banyak orang.  Dia konsisten bikin lelang cupang sampai tengah malam bahkan subuh tapi kerja kerasnya berhasil. Hal paling keren dia selalu berdialog dengan tuhan dengan caranya sendiri seperti ngobrol atau curhat ” jelas Tommy.

Tommy wong bersama teman komunitas barunya Sis Yenny dan Koko Yohanes. ( Foto: Instagram Tommywong_official)

Di saat semua sektor industri ambruk karena pandemi COVID-19, bisnis hobi seperti ikan cupang, tanaman hias dan hobi sepeda justru mendatangkan bisnis baru bagi mereka para pejuang usaha. 

Dari Yenny, Tommy mengaku paham dengan komunitas cupang dari berbagai daerah termasuk berkenalan dengan Supri di Lubuk Linggau, Sumatra Selatan yang melakukan budi daya dan menjadi pedagang ikan cupang.

Supri yang tidak memiliki anggota tubuh lengkap menjadi role modelnya dan membuat Tommy tertarik budi daya cupang dan rajin membuat kegiatan sosial dengan tagar cupangkebaikan tadi.

” Tahu-tahu saya sudah memiliki 1000  ikan dalam 6 bulan, saya juga menjadi salah satu peserta VIP kontes cupang yang dikirimi tiket PP ke Bali 2 Juni 2021 ini,  tapi saya utus mas Supri saja yang berangkat, pejuang cupang asal Lubuk Linggau, Sumatra Selatan,” jelasnya.

Menikmati profesi baru

Pertemuan dengan komunitas cupang inilah yang membuatnya sadar bahwa tujuh profesinya sebelumnya telah terlibas oleh pandemi dan dalam hidup dia harus menumbuhkan Love Quotient, awal dari profesi barunya.

Dia menyadari sepenuhnya bahwa julukan sebelumnya sebagai CEO Victorindo Group tidak berarti apa-apa tanpa adanya Love Quotient, ilmu yang sudah lama dipelajari bahkan menjadi semangat hidupnya selama ini. 

” Namun begitu berjumpa dengan para pejuang nafkah ini Love Quotient ini langsung membuat saya sadar 7 profesi saya sebelumnya menjadi tidak berarti lagi,” tegasnya.

Sebagai CEO, Tommy boleh bangga karena mendapatkan kepercayaan dari Samsung untuk bekerjasama. Berkat kerja kerasnya, dia berhasil mendapat banyak penghargaan dan memiliki beberapa authorized store dan outlet. Tommy pun berhasil membeli penthouse di apartemen Taman Anggrek dan mobil mewah seperti impiannya dulu.

Pandemi global yang telah membolak-balikan pengalaman spiritual manusia, menjungkir balikan semua teori marketing buatan manusia bahkan menghancurkan banyak hidup orang diseluruh dunia dengan tingginya tingkat perceraian dan bunuh diri.

” Namun  teguran untuk manusia ini sesungguhnya telah menciptakan peluang bisnis baru, menciptakan Empati Ekosistem. Inilah profesi ke 8 saya sekarang, menciptakan Empati Ekosistem, menjadi pelayan tuhan dan umat,” 

Kalau pisau diasah oleh batu agar semakin tajam dan optimal dalam fungsinya sebagai pemotong. Maka manusia diuji oleh virus Corona dan ditantang untuk hidup bermanfaat untuk semua umatnya juga.

” Manusia akan diasah spiritual dan Love Quotient nya dengan sesama manusia juga. Terbukti ketika kita menerapkannya dan mempraktekkan Empati Ekosistem maka kami yang tergabung dalam satu komunitas akhirnya mampu memiliki penghasilan sendiri, tegak bersama menghadapi badai Corona,” kata ketua umum berbagai organisasi profesi dan sosial ini.

Di Empati Ekosistem ini, kata Tommy, sis Yenny yang berjualan keripik kentang dan keripik usus ayam, produknya jadi favorit dan dibeli oleh sesama anggota. Begitu pula Koko Yonathan yang jualan rendang produknya dibeli diantara anggota WA group juga.

“Kita harus peduli dengan sesama umat. Percaya deh yang sudah kaya sejak lahir dan kaya tujuh turunan coba bantu komunitasnya sendiri di lingkungan keluarga, dilingkungan gereja, lingkungan pengajian dan lainnya pokoknya cegah orang sampai nggak makan,”  

Menurut Tommy, orang yang masih berkelimpahan rejeki bahkan ada yang bergaji Rp 1 miliar per hari. Cobalah tambahkan hidup Anda dengan Love Quotient, berbagi cinta ke segala penjuru dunia.

“Beri mereka modal untuk berusaha menjadi pejuang nafkah keluarga kembali. Dijamin punya pengalaman spiritual tersendiri karena sudah menjadi pembantu-pembantu tuhan menolong umatnya, menolong sesama dengan wirausaha,” katanya.

Tommy mengaku sedikitnya tujuh profesi sudah dijalaninya misalnya sebagai ‘juragan’ Handphone, endorser, main film, model iklan, pedagang online makanan hingga penjual sepeda merk terkenal

Profesi ini semua tersingkir karena hidayah Allah agar dia tidak menjadikan uang sebagai tujuan utama. Hidup yang berkelimpahan bukan hanya soal materi, tapi juga soal keluarga, pertemanan, dan membantu orang yang membutuhkan.

Tommy Wong bersama ustad Yusuf Mansyur, mengendorse baju koko. ( Foto: Instagram Tommywong_official)

Pahitnya kehidupan

” Jangan melihat kesuksesan yang dicapai seseorang pada hari ini, lihatlah pengalamannya sebagai pejuang nafkah untuk keluarga dan lingkungannya sehingga akhirnya Tuhan menentukan jalan kita selanjutnya,” kata pria yang akrab dengan berbagai tokoh agama termasuk para ustad gaul dan ustad tenar lainnya meskipun seorang non Muslim.

Tommy bercerita bahwa dia lahir dari keluarga yang kaya raya, kakeknya merupakan pemilik hotel dan bisnis lain sebagainya. Ayahnya merupakan anak sulung, namun sayangnya ayahnya meninggal dunia saat dia kecil. 

Sebagai cucu dari anak pertama kakeknya, maka Tommy mewarisi harta kekayaan kakeknya. Namun, seperti kisah sinetron dan kisah klise lainnya masalah umum orang, keluarga besar Tommy juga mengalami perebutan harta warisan. 

Masalah ini begitu berat hingga ibunya sempat mengalami gangguan psikologi. Bukan hanya itu, bahkan Tommy harus melarikan diri ke Surabaya karena dirinya diancam untuk dibunuh agar keluarga ayahnya yang lain mendapat warisan kakeknya. 

Di kondisi yang sulit seperti itu, Tommy terjun ke jalanan berjualan koran untuk menyambung hidup saat usianya delapan tahun. Di masa itu, dia sempat terpikir untuk bunuh diri, tapi niat itu dia urungkan, karena Tommy masih memikirkan ibunya. 

Ibunya yang tinggal dan dititipkannya di Lampung menjadi satu-satunya penyemangat hidup. Dia bergabung kembali dengan ibunya dan berhasil mendapatkan tempat untuk berjualan koran dan majalah di pasar malam di Tanjung Karang, Lampung.

Jualan malam-malam memang harus ada nilai lebihnya, jadi dia membiarkan orang membaca sambil kulineran. Dia sabar menunggu sampai orang itu mau membeli majalah atau koran yang dijajakannya.

Kesabaran membawa hasil karena akhirnya Tommy dan ibunya kembali ke Jakarta dan tinggal di rumah neneknya di daerah Tanjung Duren. Setiap kali jalan pulang, dia selalu melihat condominium Taman Anggrek dan punya impian suatu hari bisa tinggal di sana.

Kini afirmasi yang dibuatnya semenjak remaja sudah terwujud, memiliki condominium di apartement sekaligus mall bergengsi di kawasan Jakarta Barat itu.

Itulah sebabnya dia kini membimbing para pejuang nafkah untuk melakukan afirmasi dan terus mendekatkan diri pada Tuhan. Dia berharap Supri, penyandang cacat dan pedagang ikan cupang juga bisa berhasil setelah di kirim ke Bali.

” Tidak ada yang kebetulan di dalam kehidupan ini. Supri akan banyak belajar dari pengalamannya di Bali dengan event ikan cupang yang tengah berlangsung saat ini,”

Pulau Bali, pulau Wi-Fi 

Menyinggung upaya pemerintah yang meluncurkan program Work from Bali  ( WfB) , Tommy Wong sebagai pebisnis andal punya terobosan untuk membangkitkan pariwisata Bali yaitu mempopulerkan Bali sebagai pulau free Wi-Fi.

” Ini penting karena dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Bali satu-satunya yang minus diantara seluruh provinsi di tanah air. Untuk mendongkraknya populerkan Bali sebagai destinasi wisata yang free Wi-Fi di seluruh pulau,”  ujarnya.

Intinya pemerintah harus berani buat terobosan agar wisatawan nusantara maupun asing yang masuk ke Bali sejak tiba di bandara internasional langsung mendapat notifikasi di handphone akses password untuk mendapatkan internet gratis di seluruh pulau termasuk remote area.

“Di dunia ini setahu saya belum ada destinasi wisata dengan julukan free Wi-Fi Island. Pulau Hawaii di AS, Maldive dan pulau resort dunia lainnya belum ada yang dijuluki seperti itu. Di era digital terlebih di masa pandemi global, internet sudah menjadi kebutuhan jadi kasih internet gratis ke wisatawan saja,” jelasnya.

Akses internet adalah kebutuhan tak kasat mata yang dicari semua orang mulai dari anak-anak , tua-muda, laki perempuan, bahkan pengemis sampai pejabat disemua pelosok bumi.

Oleh karena itu memenuhi satu kebutuhan umat di zaman ini bisa menjadi daya tarik wisata. Pemerintah dan masyarakat Bali harus pandai berbagi pula. Nah bagaimana ? berani menerima tantangan dari koko Tommy. Let’s Go to Bali !!

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)