JAKARTA, bisniswisata.co.id: Jakarta ternyata memiliki sejarah kesenian dan kebudayaan yang sangat panjang. Sayangnya kesenian dan budaya Betawi bisa dikatakan mulai kurang diminati. Dikarenakan berbagai budaya asing yang masuk dan cepat merasuk generasi muda, sehingga kesenian daerah seperti Betawi seakan mulai terlupakan. Padahal, menjaga kesenian tradisional sangatlah penting.
Betawi menjadi suku yang dominan memiliki berbagai macam kesenian tradisional antara lain Ondel-ondel, Lenong, Palang Pintu, Tanjidor juga ada tarian yang sudah jarang ditampilkan seperti tari topeng tunggal, tari topeng gegot, tari lipet gandes, dan tari cokek.
Diantara tarian itu, tari lipet gandes dibangkitkan dan dilestarikan kembali dengan menggelar sebuah Pertunjukan Tari Lipet Gandes di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan, Ahad (16/06/2019) kemarin. Sambutan penonton pun sangat luar biasa dan mampu memberi segar bagi pelestarian kesenian Betawi.
Tari lipet gandes ini berawal dari sebuah lagu betawi berjudul sama. Tarian ini bercerita tentang sebuah keluarga yang harmonois naum akhirnya harus berakhir dengan kurang baik karena hal sepele yang dilakukan oleh sang istri. Pada tarian ini terdapat dialog yang dilakukan oleh penari biasanya dialog yang disampaikan lebih kepada dialog humoris dengan pantun-pantun dan dialek khas betawi.
Dengan kata lain, Tari Lipet Gandes merupakan sebuah tari yang dijalin dengan nyanyian, dialog jenaka berupa pantun, lawakan dan kadang-kadang dengan sindiran-sindiran tajam menggigit namun lucu. Bahkan gerak tubuh yang kocak diiringi langgam khas Betawi.
Pentas Tari Lipet Gandes menghadirkan dua orang, laki-laki dan perempuan. Mereka saling menari sebelum dialog dimulai. Penari laki-laki naik ke panggung dengan memakai sarung sambil menunjukkan ekspresi wajah yang kocak.
Penari perempuan memakai busana ronggeng Betawi. Tak hanya berbalas pantun serta saling kelakar. Dialog dua penari ini juga mengandung unsur edukasi yang dikemas secara jenaka.
“Tari Lipet Gandes menjadi daya tarik wisata budaya yang dikemas dalam wisata Paket Lebaran yang digelar selama bulan Syawal atau sampai akhir Juni 2019. Saya bersyukur ternyata sambutannya sangat bagus, ya semoga kesenian Betawi tetap lestari,” papar Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Syaiful Amri
Pekan depan, Sabtu, 22 Juni 2019, lanjut dia, akan ada hiburan komedi Betawi yang menghadirkan sejumlah artis kondang Jakarta. Syaiful menambahkan, sebelum menonton pertujungan kesenian Betawi di aea amfiteater, pengunung bisa berkunjung ke Museum Betawi yang letaknya tak jauh dari arena panggung.
Diakui, meski sulit ditemui dalam media besar seperti televisi atau pertunjukkan di gedung besar, tarian khas Betawi tetap eksis dalam pertunjukan di pinggir-pinggir Jakarta. Seni ini biasanya kerap ditampilkan di saat hajatan pernikahan, acara sunatan, atau membayar nazar.
Tari Topeng Betawi
Selain tari Lipet Gandes, keseniaan Betawi juga memiliki Topeng Betawi. Para penari memakai topeng dan bercerita lewat seni gerak. Di tengah perkembangan jaman, Tari Topeng kini banyak dikreasikan hingga lebih beragam. Topeng sendiri telah ada di Indonesia sejak zaman pra-sejarah.
Topeng bagi masyarakat Indonesia maupun masyarakat Betawi dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat menjauhkan dari petaka. Tarian ini bernuansa riang dengan gerakan yang lincah. Musik pengiringnya berasal dari rebab, kromong tiga, gendang besar, kulanter, kempul, kecrek dan gong buyung.
Dalam setiap penampilannya, tari topeng memiliki tema besar yang terefleksi dalam gerak teatrikal. Tema yang diangkat biasanya adalah kritik sosial mengenai kemiskinan di pada masa kolonial, atau terkadang hanya menyajikan guyonan semata.
Awalnya Tari Topeng Betawi disajikan secara berkeliling oleh para seniman. Terutama sebagai bagian hiburan dari pesta pernikahan atau khitanan yang digelar semalam suntuk.
Unsur magis yang dahulu mengiringi pertunjukan tari topeng pun perlahan memudar. Jika dulu orang mengundang tari topeng agar keluarganya dijauhkan dari petaka, kini tari Topeng Betawi hanya sebagai hiburan untuk memeriahkan pesta.
Di Betawi sendiri, tari topeng ini mempunyai beberapa varian seperti Tari Lipet Gandes, Tari Topeng Tunggal, Tari Enjot-enjotan, Tari Gegot, Tari Topeng Cantik, Tari Topeng Putri, Tari Topeng Ekspresi, dan Tari Kang Aji.
Selain topeng, yang tak kalah menarik adalah kostum yang digunakan dalam Tari Topeng Betawi. Hal ini juga tergantung pada tema yang di bawakan, namun masih tidak lepas dari busana khas betawi. Penari pria biasanya menggunakan pakaian hitam, kaos oblong, celana panjang, dan kain sarung.
Selain itu di bagian kepala biasanya menggunakan peci atau ikat kepala. Bagi penari wanita biasanya menggunakan kain panjang dan pakaian kebaya yang di lengkapi dengan selendang. Selain itu, bagian kepala memakai mahkota warna warni yang biasa di sebut dengan kembang topeng.
Topengnya sendiri menggunakan topeng kayu yang cara pakainya dengan cara digigit di bagian dalam topengnya. Meski hanya beraksi di acara-acara khusus namun keberadaan seni tari topeng Betawi sangat layak dipertahankan sebagai warisan budaya leluhur. Rencananya tari topeng juga dipentaskan agar mesyarakat juga mengenal kesenian dan kebudayaan Betawi. (NDY)