Indonesia targetkan ranking 15 TTDI. ( Foto : pesona.indonesia)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Indeks Pengembangan Pariwisata dan Perjalanan (TTDI) Indonesia kini berada di peringkat ke-22 dari 119 negara. Kemenparekraf RI saat ini juga sedang fokus dalam melakukan pengembangan pariwisata untuk mencapai target 15 besar dunia untuk TTDI.
Upaya ke 15 besar dunia itu a.l dengan menyelenggarakan Konferensi Pariwisata Berkualitas Internasional (IQTC) beberapa waktu lalu yang diharapkan menjadi wadah untuk berdiskusi antar negara dan menjadi contoh pariwisata berkualitas untuk mendorong ekonomi berkelanjutan.
IQTC 2024 yang pertama kalinya ini merupakan sebuah inisiatif yang diprakarsai oleh pemerintah Indonesia melalui kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan utama.
Konferensi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya Quality Tourism (QT) dan mendorong pariwisata yang lebih berkelanjutan, serta mengembangkan strategi dan standar QT untuk ASEAN +3.
Kegiatan IQTC 2024 dilaksanakan di Bali pada 29-30 Agustus 2024 lalu dan dihadiri oleh sekitar 250 delegasi terpilih dari dalam dan luar negeri termasuk perwakilan dari organisasi pemerintah dan non pemerintah, industri pendukung dan juga para Akademisi.
Industri pariwisata Indonesia telah berkembang pesat selama dekade terakhir, melampaui negara-negara seperti Belgia, Turki, dan Selandia Baru. Menurut Travel and Tourism Development Index (TTDI), Indonesia, yang sebelumnya berada di luar 50 besar dalam pariwisata global, kini dengan bangga naik ke posisi ke-22.
“Kami telah melampaui negara-negara yang dikenal dengan sektor pariwisatanya yang kuat, termasuk Belgia, Turki, dan Selandia Baru,” kata Menteri Pariwisata Indonesia Sandiaga Uno
Menurut Sandiaga Uno, di ASEAN, Indonesia sekarang berada di peringkat kedua, melampaui negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Dalam 10 tahun terakhir di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, menyaksikan kemajuan pariwisata dan pembangunan infrastruktur yang signifikan.
Sandiaga mencatat bahwa meskipun jumlah pengunjung internasional belum sepenuhnya pulih ke tingkat sebelum pandemi, pendapatan devisa dari pariwisata telah membaik karena masa tinggal yang lebih lama dan pengeluaran yang lebih tinggi di ekonomi lokal.
“Saat ini kami menerima 13-14 juta wisatawan internasional setiap tahunnya, dibandingkan dengan 16-17 juta sebelum pandemi. Namun, dalam hal devisa, kami telah melampaui angka sebelumnya, berkat wisatawan yang tinggal lebih lama dan lebih banyak berbelanja di dalam negeri,”.
Hal ini berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja, dengan 25 juta lapangan kerja tercipta di sektor pariwisata, tambah Menparekraf tersebut.