DAERAH LAPORAN PERJALANAN

Riam Kanan Riwayatnya Kini & Unggulan 'Raja Ampat' KW 

Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia  (ASPPI) DPD Kalimantan Selatan menyelenggarakan South Kalimantan.( SUKA) Travel Mart pada 21 – 24 Oktober 2021 bersama Dinas Pariwisata Pemprov Kalsel di dukung industri wisata lainnya. Acara diikuti 34 buyer dari 17 Provinsi dan seller dari Kalsel. Berikut laporan perjalanan bagian ke dua

MARTAPURA, bisniswisata.co.id:  Saya masih dibangku Sekolah Menengah Pertama ( SMP) ketika Presiden Soeharto meresmikan Waduk Riam Kanan pada tahun 1973.

Ini adalah salah satu waduk terbesar di Kalimantan Selatan yang ada di Aranio,  Kabupaten Banjar.

Tujuan utama dibangunnya Waduk Riam Kanan adalah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air ( PLTA)  yang akan digunakan untuk menerangi wilayah Banjarmasin dan sekitarnya

Waduk buatan yang dalam pemba- ngunannya memakan waktu selama 10 tahun ini dibangun dengan membendung 8 sungai yang bersumber dari Pegunungan Meratus, serta ada 9 desa yang kemudian ditenggelamkan di area seluas 9.730 hektar tersebut.

Menyusuri waduk Riam Kanan yang menjadi danau buatan besar menuju pulau pinus

Perjalanan rombongan buyer peserta South Kalimantan ( SUKA) Travel Mart 2021 memang berlanjut ke kawasan waduk Riam Kanan yang namanya familiar di pelajaran sekolah.

Saat kami tiba, jejeran kapal motor sudah bersiap menyambut untuk menuju hutan pinus di sebuah pulau di  tengah Waduk Riam Kanan ini. Pelampung tersedIa untuk dikenakan para penumpang dan sebuah toilet tersedia di buritan kapal. 

Langsung terpikir, memakan waktu lamakah keberadaan kami di atas kapal motor ini ? Kalau hitungan jam dan penumpang mau buang hajat memang dibutuhkan toilet. Soalnya di Pulau Jawa saya tidak pernah lihat ada toilet di bagian belakang kapal kayu.

Tanpa dikomando, semua mengambil posisi yang enak di atas kapal kayu beralas karpet plastik dan permadani. Saya mengambil posisi rebahan sejenak maklum dari bada dhuhur sudah di dalam bus terus karena perjalanan nonstop.

Deru perahu motor, semilir angin dan celoteh teman-teman seperjalanan jadi sayup-sayup terdengar karena suasana yang mengundang rasa mengantuk. Tiba-tiba dari perahu sebelah terdengar teriakan karena Pongky, salah satu anggota rombongan membuka kaos seragam.

Dia memutar-mutar kaos bak koboi tengah menunggang kuda. Tapi kali ini aksinya di moncong perahu bersama Abby, traveler muda dengan trademark kaos tanpa lengan yang selalu dikenakannya. 

Gagal tidur sore sejenak saya mengambil kesempatan sibuk memotret rombongan lain di kapal kayu berbeda. Perjalanan menuju pulau Pinus dari dermaga Tiwingan Baru memakan waktu sekitar 30 menit.

Sepanjang perjalanan kita akan disuguhkan pemandangan menarik, mulai dari pulau-pulau lain di tengah waduk, rumah perahu terapung, dan perbukitan. Bagi penggemar fotografi lanskap dan travel, ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan loh…

Tak terasa akhirnya kapal merapat di pulau. Sesuai namanya, Pulau Pinus di Aranio, Kalsel tampak cantik dengan pohon-pohon pinus. Pulau di tengah danau ini pun digemari buat wisata, termasuk bisa untuk camping.

Jadi ingat Nami Island, Korea Selatan yang pernah saya kunjungi. Nami Island, sebuah pulau buatan di Chuncheon, Korea Selatan, kian populer sejak menjadi lokasi syuting Winter Sonata pada 2002. 

Lokasinya 63 km dari Seoul, dan dapat dicapai dengan berkendara sekitar 1,5 jam. Kemudian dilanjut naik kapal 5 menit menuju dermaga di Nami Island. 

Di seputar Nami Island berbagai lokasi yang pernah digunakan untuk shooting akan diberikan tanda khusus dan keterangan mengenai adegan dalam serial yang diabadikan di tempat tersebut, termasuk patung dari pemeran utamanya.

Nah di pulau buatan yang menjadi Pulau Pinus Aranio di Riam Kanan ini apa yang bisa kita lakukan ? Dinamakan pulau Pinus karena pohon yang banyak tumbuh di pulau ini adalah pinus. Rupanya pulau ini bisa untuk acara family gathering baik untuk keluarga maupun acara corporate (perusahaan). 

Maka sesampai di pulau ini ada saja berbagai gaya dan formasi untuk dokumentasi foto maupun dengan menggunakan drone sehingga seperti rombongan ‘anak sekolahan’ para owner dan praktisi usaha perjalanan ini juga mengikuti saja perintah dan aba-aba dari panitia.

Pulau pinus, pulau buatan di tengah danau buatan Waduk Riam Kanan

Pulau buatan yang ditumbuhi pohon pinus ini sunyi dan pengunjungnya hanya kami. Hanya ada satu warung dekat meja petugas tiket masuk jadi kalau mau berkemah harus membawa perbekalan yang cukup.

Meski tidak terlalu luas, ada jembatan yang menghubungkan dengan pemukiman penduduk. Karena penerangan di Pulau Pinus cukup minim, sumber cahaya terdekat adalah dari pemukiman warga diseberang pulau itu.

Kami meninggalkan pulau itu untuk melanjutkan perjalanan lagi masih di seputar waduk Riam Kanan dan kembali ke dermaga semula.

Matang Keladan

Hari sudah menjelang magrib ketika kami kembali ke dernaga dan langsung disambut puluhan motor begitu turun dari kapal kayu atau disebut klotok. Rupanya perjalanan akan berlanjut naik ke atas bukit ke Matang Keladan dengan motor roda dua.

Saya menaiki motor kedua yang berangkat ke atas bukit. Waw, jalan setapak yang harus ditempuh menanjak membuat hati jadi ciut juga. Terpaksa solusinya pasrah saja pada kemahiran tukang ojek ini sambil melantunkan doa-doa.

Matapun akhirnya saya pejamkan daripada ‘jantungan’ melihat jurang di kiri jalan. Edan!  tapi ini obyek wisata yang bikin penasaran karena disebut sebut sebagai saingan Raja Ampat Papua dengan pemandangan pulau-pulau kecil dari atas ketinggian.

Matang Keladan dengan spot foto unggulan ala Raja Ampat Papua atau KW ( tiruan).

Untunglah menit- menit yang menegangkan itu berakhir dan saya masih bisa menyaksikan senja di atas bukit Matang Keladan. Banyak spot foto yang mendebarkan tersedia dan  butuh keberanian tentunya untuk berpose dengan pemandangan pulau-pulau kecil di bawahnya.

Masya Allah, indahnya pemandangan di sini dan tidak salah kalau dibilang KW atau tiruan Raja Ampat. Saya hanya komat kamit dengan bacaan tahmid yakni Alhamdulillah artinya segala puji bagi Allah dan juga takbir yakni Allahu Akbar yang artinya Allah Maha Besar.

Di Matang Keladan rombongan dijamu dengan ubi, jagung dan kacang rebus. Ada hiburan Mahidin dari tiga pemuda memakai pakaian Banjar dengan rebana di tangan dan melantunkan sebuah genre puisi. Madihin ini puisi rakyat yang hanya ada di kalangan etnis Banjar di Kalimantan Selatan saja. 

Ada juga atraksi silat dari anggota Kelompok Sadar Wisata ( Pokdarwis) setempat di dahului pidato dari Kepala Desa dan ketua Pokdarwis. Alhasil acara yang diramaikan oleh para pengelola obyek wisata ini diakhiri dengan foto bersama ditengah turunnya gelapnya malam.

Saya kembali pakai strategi tutup mata saja tidak perlu melihat jalan setapak yang harus dilewati motor untuk kembali ke dermaga dan langsung naik bis menuju Loksado.

Sungguh masih panjang perjalanan yang dirancang Dinas Pariwisata Pemprov Kalsel ini saking ingin tamu-tamunya dari 17 provinsi melihat sebanyak mungkin obyek wisata alam unggulannya. 

Di kegelapan malam, dua bus wisata terus merayap menuju Loksado, sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Tidak tanggung-tanggung perkiraan tiba adalah pukul setengah dua tengah malam untuk check in di Mountain Meratus Resort…….

 

 

 

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)