JAKARTA, bisniswisata.co.id: Perkembangan ekonomi dan keuangan Syariah di Indonesia menggembirakan. Selain Sabtu pekan lalu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir resmi menjabat Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) periode 2021-2024 , RI juga diapresiasi dunia internasional.
Sepanjang tahun 2020, Indonesia telah diakui sebagai salah satu negara dengan progres terbaik dalam hal ekonomi dan keuangan Syariah.
Adalah Refinitiv Islamic Finance Development Report 2020 yang menempatkan Indonesia pada ranking ke-2 secara global sebagai The Most developed countries in Islamic Finance dan Global Islamic Economy Indicator 2020/2021.
Lembaga internasional itu juga yang mencatat Indonesia sebagai ranking ke-4 global untuk sektor ekonomi Syariah, serta peringkat ke-6 untuk keuangan Syariah.
Penilaian ini menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan ekonomi dan keuangan Syariah, antara lain:
– Semakin meningkatnya industri halal Indonesia. Pada tahun 2020, nilai perdagangan industri halal Indonesia antara lain makanan, kosmetik dan obat-obatan, travel, fashion telah mencapai US$3 Miliar dan trend terus meningkat
– Sebagai negara dengan 87 persen atau setara 230 juta penduduk muslim, Indonesia memiliki potensi pengembangan ekonomi dan industri keuangan Syariah yang sangat besar.
– Pertumbuhan ekonomi Syariah yang tinggi. Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Syariah tercatat sebesar 5,72 persen. Lebih tinggi dibanding pertumbuhan PDB nasional.
Meski demikian, beberapa tantangan harus segera diatasi antara lain; market share industri jasa keuangan Syariah relatif masih rendah yaitu sebesar 9,90 persen dari total aset nasional.
Begitupula masih rendahnya literasi keuangan Syariah masih sebesar 8,93 persen, jauh tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 38,03 persen.
Kontribusi MES bisa dilakukan dengan aktif mendorong perkembangan ekonomi digital dan teknologi finansial Syariah sebagai platform yang diharapkan dapat banyak membantu program-program pemberdayaan umat, terutama para pelaku UMKM.
MES juga bisa berperan meningkatkan kapasitas SDM insani ekonomi dan keuangan Syariah antara lain melalui pelatihan dan sertifikasi profesi, E-Learning Ekonomi Syariah, serta pemberian beasiswa ekonomi Syariah.
Riset ekonomi Syariah juga harus diperbanyak melalui pembentukan tim atau grup riset MES untuk menghasilkan riset ekonomi dan keuangan Syariah yang berkualitas dan diakui internasional.
MES juga perlu memperluas jaringan dan meningkatkan peran di kancah global melalui pembentukan Pengurus Wilayah Khusus MES di berbagai negara dan menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga internasional.
Penetapan Erick sebagai pimpinan MES sendiri berdasarkan hasil sidang Tim Formatur Munas MES V yang digelar di secara virtual pada 23 Januari lalu. Dia menggantikan Ketua MES sebelumnya yang dijabat oleh Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso.
Erick berjanji untuk menjaga amanah tersebut dengan mempercepat upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
“Bismillah, ini adalah amanah yang harus saya jaga. Saya merasa terhormat bisa memimpin sebuah organisasi yang punya visi dan misi kongkrit untuk pengembangan ekonomi Syariah di Indonesia,” tegasnya.
Erick mengakui, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, penetrasi pasar bank syariah di Indonesia masih sangat rendah yaitu 4,1 persen. Sementara Malaysia sudah mencapai 29 persen, Yordania 16,4 persen, dan Turki 6,1 persen.
Pihaknya ingin membuktikan bahwa kondisi pandemi Covid-19 justru menjadi momentum bagi ekonomi syariah untuk bangkit dan memiliki daya tahan lebih baik atas berbagai gejolak ekonomi.
“Kondisi pandemi harus menjadi momentum, untuk menunjukkan bahwa ekonomi syariah memiliki daya tahan lebih baik terhadap gejolak dan krisis,” ujarnya.
Menyinggung penetrasi bank syariah yang masih rendah, Erik mengatakan pemerintah harus terus tingkatkan apalagi, pergeseran minat penduduk Indonesia terhadap konsep syariah sudah mulai terjadi sejak 2016.
Di tengah pandemi ini, sektor jasa keuangan Syariah tetap mampu tumbuh cukup tinggi, yaitu sebesar 21,58 persen year on year (2019: 13,84 persen), bahkan pembiayaan bank umum Syariah mencatatkan pertumbuhan 9,5 persen yoy di tengah kontraksi kredit perbankan nasional sebesar -2,41 persen.