SORONG, bisniswisata.co.id: Pulau Doom, Sorong Papua Barat jadi saksi bisu masuknya Belanda sebelum menguasai Papua. Bangunan tata kotanya nampak bernuansa Negeri Kincir Angin. Rumah-rumah tua peninggalan Belanda masih berdiri, meski tak sempurna karena dimakan usia. Karenanya pelestarian, pengecatan kembali dan pemeliharaan sangat dibutuhkan. Jika tidak, jejak kolonial dan menjadi bukti sejarah terancam musnah.
Tercatat, Belanda menduduki pulau ini sejak tahun 1800-an. Sekitar tahun 1935 Pulau Doom dijadikan sebagai ibukota pusat pemerintahan Sorong yang disebut Onderafdeling. Pada masa itu, Sorong sama sekali belum berbentuk kota, pusat kegiatan sepenuhnya berada di Pulau Doom. Bangunan peninggalan kolonial Belanda yang masih tersisa, adalah Gedung Kesenangan.
Gedung ini menjadu tempat serdadu Belanda melepas lelah dengan berenang, main tennis, bahkan berdansa dan berpesta pora. Selain peninggalan bangunan, juga ada infrastruktur. Sebelum kota-kota lainnya di Papua mendapat aliran listrik, Pulau Doom sudah punya satu pembangkit listrk tenaga diesel. Penerangan dialirkan ke pelabuhan dan pemukiman penduduk hingga saat ini.
Malam hari, Pulau Doom terlihat terang benerang lantaran lampu-lampu di rumah penduduk semuanya menyala. Dilihat dari Kota Sorong, kerlip lampu itu sangat cantik, terlihat seperti taburan bintang di langit. Itu sebabnya, pulau ini sohor dengan gelarnya, Pulau Bintang.
Panorama paling indah di pulau itu bisa disaksikan dari puncak bukit tepatnya di Gereja Jemaat Bethel Doom. Di tepi bukit terdapat tebing dengan tinggi sekitar 30 meter. Juga latar belakang pemandangan laut lepas dengan beberapa pulau seperti Pulau Raam, Soop, dan Dofior menjadikan sisi tebing sebagai lokasi favorit wisatawan mengabadikan untuk selfie.
Ternyata bukan hanya Belanda, Jepang pun pernah merasakan tinggal di pulau ini. Pada masa perang dunia ke dua, Jepang menjadikan Pulau Doom sebagai basis pertahanan mereka di wilayah perairan Hollandia. Tentara Jepang banyak membuat gua-gua yang saling terhubung dengan banyak bunker-bunker pertahanan ala strategi perang Jepang kala itu.
Tidak aneh bila saat ini kita akan menemukan banyak sekali gua-gua peninggalan Jepang tersebar luas di wilayah daratan Pulau Doom. Seperti gua di belakang Gereja Bethel. Sekilas, seperti gundukan tanah biasa yang berlubang. Di atasnya ditumbuhi pepohonan. Namun dibalik itu sebuah lorong bawah tanah buatan tentara Jepang. Konon, lorong itu menghubungkan titik bunker pertahanan tentara Jepang masa Perang Dunia II yang terhubung langsung ke pelabuhan.
Nilai sejarah Pulau Doom sangat luar biasa dan menjadi obyek wisata nostalgia yang menarik, jika dikemas dengan baik. Dipromosikan secara kontinyu. Ditangani secara profesional, termasuk memberikan informasi secara lengkap tentang peninggalan bangunan itu sehingga
memudahkan wisatawan untuk memahaminya.
Juga, dibutuhkan perawatan bangunan, Mengingat tak terlihat upaya untuk menata sekaligus melestarikan bangunan bersejarah itu. Yang lebih bikin miris, warga bahkan pemerintah setempat juga tak merawatnya, tidak ada kepedulian.
Menuju Pulau Doom bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 10 menit dengan menumpang perahu mesin dari daratan besar Kota Sorong. Tempat perahu dari dan ke pulau tersebut disebut Halte Doom, tetapi bukan tempat menunggu bus, melainkan sebuah dermaga kecil.
Pulau Doom dapat dikatakan Pulau bebas polusi karena tidak banyak kendaraan bermotor. Kendaraan utama pulau tersebut adalah becak. Bagi wisatawan yang mengunjungi pulau Doom setiba di dermaga puluhan becak telah siap untuk mengantar keliling pulau bersejarah itu.
Becak banyak berlalu-lalang di pulau ini. Hebatnya, becak hanya ada di pulau ini saja dan tidak menyebar hingga ke kota Sorong. Menurut salah seorang tukang becak, keberadaan becak ini dibawa oleh beberapa transmigran yang dahulu memutuskan untuk tinggal di Pulau Doom.
Kondisi ini akhirnya berkembang dan menjadikan becak sebagai salah satu alat transportasi utama di pulau indah ini. Selain becak, juga terdapat motor dan sepeda sebagai alat transportasi. Sedangkan untuk menghubungkan Doom dengan Sorong masyarakat umumnya mengandalkan kapal motor atau kapal nelayan.
Hingga saat ini keberadaan Pulau Doom masih dikenal luas. Bahkan, bagi sebagian veteran tentara Belanda yang pernah bertugas di Pulau ini, Doom akan selalu menarik untuk dikunjungi. Banyak sekali wisatawan asing khususnya warga Belanda dan Jepang yang secara tersendiri datang ke Pulau Doom hanya untuk mengenang masa lalu dan berkeliling mengingat nostalgia keberadaan mereka di tempat ini. (BBS)