JAKARTA, bisniswisata.co.id: Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pesimis target 17 juta kunjungan wisman sepanjang 2018 sulit tercapai. Kendati banyak agenda internasional seperti Asian Games, Asian Para Games hingga pertemuan IMF-World Bank, namun terdapat sentimen lain yang lebih kuat memukul minat kunjungan wisman datang ke Indonesia.
“Letusan Gunung Agung, gempa di Palu dan Lombok sangat memengaruhi minat kunjungan wisman. Sehingga, mereka yang datang ke Indonesia sepanjang tahun ini hanya mereka yang benar-benar butuh untuk datang ke sini saja, seperti delegasi Asian Games dan IMF World Bank. Selebihnya, para wisman cenderung menunda untuk berkunjung ke Indonesia karena alasan keamanan,” lontar Wakil Ketua Umum PHRI Rainier Daulay di Jakarta, Selasa (04/12/2018).
Dilanjutkan dengan realisasi kunjungan wisman sepanjang Januari—Oktober yang baru mencapai 13,24 juta kunjungan, pemerintah akan sulit mengejar sisa sekitar 4 juta kunjungan pada akhir tahun. Pasalnya, secara tren, jarang terjadi lonjakan kunjungan pada akhir tahun.
Untuk itu dia meminta agar pemerintah tidak berharap banyak taregt kunjungan 17 juta wisman pada tahun ini bisa tercapai. Dia pun berharap, tahun depan pemerintah lebih banyak berbenah untuk menyiapkan sekaligus mempercepat pembetukan destinasi wisata baru.
Hal itu dinilainya perlu untuk menjaga minat kunjungan wisman, ketika sejumlah destinasi wisata utama seperti Bali dan Lombok yang terkendala oleh bencana alam pada tahun ini, paparnya seoerti diunduh Bisnis.com.
Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia Elly Hutabarat tidak dapat berharap banyak pada momentum liburan akhir tahun untuk menggenjot kunjungan wisman agar dapat mencapai target yang ditentukan pemerintah. Pasalnya, minat wisman untuk berlibur ke Indonesia pada akhir tahun relatif rendah.
“Kalau mau, kita siapkan untuk tahun depan, target 20 juta wisman dengan memperkuat keterhubungan antardestinasi wisata. Supaya wisman dapat mencari lokasi alternatif berwisata ketika ada satu lokasi yang mengalami kendala gangguan alam misalnya,” katanya.
Dia mengatakan, para pelaku di sektor agen perjalanan siap untuk mengakomodasi upaya pemerintah untuk menarik kunjungan wisman. Terlebih saat ini banyak pengelola perjalanan wisata yang menyediakan paket murah sehingga dapat menarik minat para wisatawan asing.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisman pada Oktober 2018 hanya mencapai 1,16 juta kunjungan. Angka itu naik 11,24% dari periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 1,29 juta kunjungan. Capaian pada Oktober tersebut turun 5,74% dari September. Alhasil, total kunjungan wisman pada sepanjang Januari—Oktober 2018 baru mencapai 13,24 juta kunjungan.
“Pada Oktober, kunjungan wisman terbantu oleh momentum pertemuan IMF-World Bank, yang terbukti dari lonjakan wisman masuk melalui Bandara Ngurah Rai yang naik 11,01% pada Oktober secara year on year [yoy],” kata Kepala BPS Suhariyanto.
Namun demikian, menurutnya, lonjakan kunjungan wisman akibat pertemuan IMF-World Bank yang digelar di Bali tersebut, tidak cukup untuk membalikkan tren tahunan di mana pada Agustus—Oktober menjadi periode kunjungan wisman yang selalu mengalami penurunan. Untuk itu, dia berharap kunjungan wisman dapat terdorong kembali pada Desember, ketika musim liburan akhir tahun, sambungnya. (EP)