INTERNATIONAL TRANSPORTASI

Pesawat Penumpang Masa Depan, Kembali ke Era Lalu: Berbadan Kecil tapi Lebih Nyaman

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Selama hampir setengah abad, penerbangan komersial jarak jauh selalu identik dengan pesawat berbadan lebar dengan dua lorong; jumlah kursi per baris mencapai 10; kabin yang luas di atas kepala; pesawat terbaru bahkan dilengkapi dengan hiburan bergaya tablet.

Gambaran ini tentu sangat kontras dengan pesawat komersial masa depan yang digambarkan berbadan sempit, hanya memilili lorong tunggal, per baris hanya ada enam kursi. Umumnya pesawat jenis ini memiliki ruang yang lebih sempit dan dianggap kurang nyaman, demikian seperti dinukil CNN.

Penerbangan komersial dengan pesawat berbadan kecil bukanlah hal baru. Sesungguhnya, sebelum Boeing – perusahaan Amerika Serikat pembuat pesawat terbesar di dunia –  merilis Boeing 747 yang dikenal sebagai jumbo jet pada 1970, penerbangan jarak jauh selalu menggunakan pesawat berbadan sempit. 

Saat ini Boeing 747 adalah pesawat penumpang berbadan lebar terbesar kedua setelah A380 milik Airbus, produsen pesawat komersial yang berbasis di Toulouse, Perancis.

Kekurangan pesawat-pesawat Boeing tipe 707 yang kecil adalah di pengisian bahan bakar. Saat pesawat ini mulai mengangkut penumpang untuk penerbangan panjang, katakanlah dari London atau Paris ke New York, maka ia selalu singgah – biasanya di Gander di Newfooundland –  untuk mengisi bahan bakar. 

Dilihat dari penampakan luar, pesawat-pesawat jet kecil ini mirip dengan pesawat yang kita tumpangi saat ini. Ke depannya, ini akan menjadi model yang tetap dipakai.

Lihat saja bentuk hidung dan ukuran badan pesawat terkini Boeing 373 yang saat ini merupakan pesawat terlaris di dunia. Bentuknya diambil langsung dari Boeing 707 yang diproduksi tahun 1950an. 

Kondisi di dalam pesawat, seperti dikatakan desainer interior pesawat Ben Orson yang juga direktur pelaksana Orson Associates kepada CNN, generasi baru pesawat kecil berlorong tunggal merupakan hasil studi pengoptimalan interior selama beberapa dekade.

“ Hal yang menghasilkan sejumlah perbaikan mendasar, termasuk dalam bobot, kenyamanan dalam pesawat seperti tekanan di kabin, pencahayaan, dsb., juga efisiensi ruang di seluruh kursi penumpang hingga integrasi toilet dan dapur.”

Meski terdengar teknis, yang pasti, kondisi interior seperti itu menciptakan ruang yang lebih leluasa dan rasa nyaman bagi penumpang. Jika pengalaman orang menumpang pesawat berkembang demikian pesat, begitupun kemampuan pesawat mengimbangi tuntutan kenyamanan itu.

Saat ini ada tiga pesawat berbadan sempit generasi baru yang sudah dilengkapi dengan mesin-mesin baru. Pertama, Airbus A220 yang sebelumnya dikenal sebagai Bombardier Cseries. Inilah pesawat berbadan paling kecil dari semuanya.

Kedua, Boeing 737 MAX, yang merupakan update dari seri 737, pesawat yang telah menyebabkan dua kecelakaan maut. Pesawat ini memiliki ukuran mesin terbatas, jadi bukan mesin untuk jarak jauh.

Ketiga, yang merupakan pemain sebenarnya di kelas ini adalah Airbus A321XLR. Ia merupakan anggota terbaru dari keluarga A321neo. Pesawat ini adalah versi terbaru dari pesawat jarak pendek andalan Airbus dengan tangki bahan bakar internal yang sudah diperbarui. 

A321XLR dapat terbang hingga 4.700 mil laut, atau sekitar 10 jam – seperti jarak dari Florida ke Inggris, atau dari Beijing ke Prancis.

Jadi, inilah perubahan besar yang tengah terjadi. Penerbangan diperkirakan akan kembali ke awal era jet pada 1958 saat Boeing 707 pertama kali mulai terbang.

Artinya, penerbangan jarak jauh akan kembali dilayani pesawat-pesawat kecil dengan kecepatan suara yang hampir sama denga era lampau, melintasi lautan, dan harus singgah di sebuah kota untuk pengisian bahan bakar setiap empat atau lima jam.

Rin Hindryati