JAKARTA, bisniswisata.co.id: Vaksin corona telah ditemukan. Banyak negara saat ini melakukan vaksinasi massal. Meski demikian, para pakar meyakini bahwa pemulihan ekonomi membutuhkan waktu.
Industri perjalanan dan pariwisata termasuk salah satu sektor yang harus sabar. Pemulihan perjalanan diperkirakan akan terjadi pada 2021 namun sejumlah tantangan lain masih menghadang.
Pertanyaan yang masih mengganjal antara lain: Apakah pemulihan perjalanan bisa terjadi pada paruh kedua 2021 setelah sebagian besar penduduk dunia divaksin? Apakah tingkat efektivitas vaksin untuk melawan virus corona sesuai harapan orang?
Atau sebaliknya, akan ada kemunduran dan penundaan pemulihan sehingga mengganggu likuiditas perusahaan perjalanan online maupun penyedia jasa berbasis digital.
Banyak perusahaan telah melakukan sejumlah pemangkasan termasuk sisi pengeluaran dan produk, melakukan PHK massal, dan mencari pembiayaan lewat hutang baru.
Pertanyaannya, apakah perusahaan masih memiliki cukup cash untuk melewati masa pandemi yang belum akan berakhir dalam waktu dekat? Atau justru mereka makin terpuruk, melakukan pemangkasan lebih dalam, dan mencari tambahan utang baru.
Pada akhir kuartal ketiga, sejumlah perusahaan online travel diketahui masih memiliki cash. Booking Holdings, misalnya, melaporkan mereka masih menyimpan cash sebesar US$11,1 miliar, sementara perusahaan travel online yang berbasis di China Trip.com Group memiliki US$9,7 miliar. Grup Expedia ada cash sebesar US$ 4,3 miliar dan Airbnb sebelum IPO memiliki uang tunai sebanyak US$2,7 miliar Sementara Tripadvisor menyimpan US$446 juta.
Data tersebut mengindikasikan Trip.com Group dan Booking Holdings mampu bertahan bahkan masih bisa mencetak pundi-pundi meski beroperasi di era pandemi yang penuh ketidakpastian, seperti dilansir Skift. Sementara Expedia dan Airbnb tampak lebih banyak menghadapi tantangan.
Meski demikian Airbnb tertolong karena berhasil mendapatkan dana segar sebesar US$3,5 miliar dari IPO yang digelar awal Desember. Padahal akhir September lalu, perusahaan mencatat biaya operasional sebesar US$3 miliar sementara cash mereka hanya US$2,7 miliar
Tahun depan tantangan masih akan menghadang. Pemulihan perjalanan yang kemungkinan besar terjadi tidak akan serta merta memuluskan usaha. Perlu strategi cerdas meghadapinya.
Misalnya, apakah Airbnb memiliki cukup cash untuk kembali berinvestasi di bisnis hotelnya yang sempat terhenti akibat pandemi selama musim semi?
Akankah Booking Holdings yang telah merumahkan 25 persen karyawannya akan mampu mempekerjakan kembali mantan karyawan itu di akhir 2021 atau 2022 saat terjadi pemulihan perjalanan?
Sanggupkah Trip.com Group yang mendapat berkah dari pemulihan perjalanan lebih awal di China ketimbang negara-negara barat, melakukan akuisisi besar-besaran jika yakin bahwa pemulihan perjalanan di China betul-betul solid terjadi?
Yakinlah bahwa para CEO dan eksekutif keuangan perusahaan perjalanan online besar ini telah menyiapkan berbagai skenario untuk menggalang dana yang akan digunakan sesuai timing dan penguatan pemulihan perjalanan.
Jadi, apa yang akan mereka lakukan akan berdampak besar. Jika orang mulai percaya diri untuk melakukan perjalanan wisata atau bisnis, maka hotel-hotel kembali menggeliat. Itu berarti sinyal positif.
Tetapi jika para pelaku perjalanan ini memilih memesan langsung secara online ke hotel-hotel, maka itu berdampak buruk bagi agen-agen perjalanan online.
Pemulihan perjalanan di AS akan bangkit kembali lebih cepat dibanding di Eropa dan Asia. Expedia akan dapat mengambil manfaat lebih besar daripada Trip.com Group and Booking.com.
Tetapi, tidak ada yang bisa memastikan apakah lonjakan pemulihan akan stabil. Pengalaman 2020 menunjukkan bahwa permintaan perjalanan kebanyakan sifatnya tentatif. Kalau itu terjadi maka banyak perusahaan harus kembali mencari pinjaman baru untuk tahun depan atau melakukan pemotongan biaya lebih drastis.
Kelangsungan hidup perusahaan sungguh bergantung pada seberapa solid permintaan perjalanan terjadi di 2021.