Peserta ATL XII dari India
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menjaga dan merawat tradisi lisan bukan sekadar mengamankan keberadaan Palang Pintu orang Betawi, Ndaden Date dari Palu, Bebalan Nyanyi Panjang Riau, atau Ngebeng Jambi,”ujar Dr.Pudentia MPSS, Ketua Umum Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).
Mengawali sambutan dalam pembukaan Seminar dan Festival Internasional Lisan XII di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 13 Juni 2023, Pudentia meminta kita menjaga tradisi ini semua tetap hidup.
“Sama halnya dengan menjaga kelestarian hutan Suku Petalangan atau Orang Rimba di Jambi, menjaga kekerabatan dan keharmonisan hubungan antar keluarga, antar warga, membuka akses untuk masuk ke era masa kini dengan kecanggihan teknologi,” ujar Pudentia pada event yang berlangsung hingga 15 Juni 2023 itu.
Relevan
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, Ph.D. menyambut baik perhelatan yang bertema “Tradisi Lisan Melintasi Pandemi, Konflik, dan Teknologi Terbaru Pasca Pandemi dalam Merawat Alam dan Kehidupan”.
“Tema yang diangkat sangat relevan dengan situasi saat ini.Seminar dan festival tradisi lisan menjadi upaya yang sangat berharga dalam merawat dan menguatkan keberlangsungan tradisi lisan serta komunitasnya di tengah tantangan yang dihadapi dunia saat ini,” ujar Hilmar Farid.
‘Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan, termasuk tradisi lisan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan budaya kita.
“Oleh Karena itu, penting bagi kita untuk menjaring solusi dan program aksi nyata guna memastikan keberlanjutan tradisi lisan dan komunitasnya di era pasca pandemi,” ujar Hilmar Farid.
Dr.Pudentia MPSS, Ketua Umum Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) bersama peserta serta penampilan Celoteh Betawi. ( Foto: RSH)
Dia berharap, seminar menghasilkan gagasan-gagasan kreatif, solusi praktis, dan program aksi nyata yang dilakukan oleh anggota asosiasi dan para pengelola tradisi lisan pasca pandemi
.“Saya yakin, dengan kolaborasi yang erat dan sinergi antara semua peserta, kita dapatmemperkuat keberlangsungan tradisi lisan dan komunitasnya, serta mewujudkankesejahteraan dan keselarasan lingkungan,” ujar Hilmar Farid.
Mancanegara
Seminar dan Festival Lisan diselenggarakan setiap dua tahun sekali, sejak ATL berdiri pada1993. Kali ini, untuk Lisan XII, ATL bekerja sama antara lain dengan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud ristek.
Pesertanya, sekitar seratus pemakalah dari berbagai kalangan. Yakni akademisi, pegiat budaya, seniman, pengurus lembaga kebudayaan, dan profesional lain.
Tak hanya dari seluruh Indonesia, tapi juga perwakilan ATL mancanegara, antara lain dari India. “Kami harapkan, pertemuan akademis ini akan memperkuat tema dan sosialisasi mengenai peranan kebudayaan sebagai kekuatan kultural dalam pembangunan bangsa,” ujar Pudentia.
“Kekuatan tradisi telah terbukti dalam menjaga keserasian alam, lingkungan, dan harmoni antar manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tambahnya.
Ada beberapa topik yang menjadi perhatian para pemakalah. Antara lain, tentang pelestarian,pewarisan, hingga relevansi tradisi lisan dengan zaman.
Menurut Dr.Pudentia, tradisi lisan seharusnya tidak hanya dibaca dan ditulis menjadi buku.“Tetapi juga harus dilihat dengan mata kita, serta didengar dan dirasakan sehingga bisa hidup di tengah masyarakat. Bila tidak ditampilkan, semakin lama akan semakin punah,” tegasnya.
Tampil memeriahkan Lisan XII ini, antara lain kesenian Betawi yang selalu menyegarkan dan tradisi pengobatan Tomohon.