BALI, bisniswisata.co.id,- UPAYA maksimal sedang dilakukan Pemprov. NTT dan Pemkab se pulau Sumba agar plag carier Indonesia, Garuda kembali melayani rute penerbangan ke- dari pulau Sumba. Pemerintah memaksimalkan fasilitas yang dapat diberikan sepanjang tidak berbenturan dengan peraturan negara. Sehingga pembangunan kepariwisataan di wilayah NTT khususnya di P Sumba dapat diselenggarakan dengan maksimal, sekaligus mensejahterakan masyarakat setempat.
Demikian ditegaskan Kadis Perhubungan NTT, Isyak Muka, mewakili Gubernur NTT dalam Rapat Koordinasi ASITA dengan pihak Garuda Indonesia bersama Pemprov NTT, PemKab. Se Pulau Sumba (Pemkab. Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Sumba Timur) dan stake holder pariwisata Sumba di Kuta, Bali.
Dalam Rakor yang dipimpin Ketua Umum DPP ASITA, Dr. Nunung Rusmiati dan diinisiasi ASITA DPD Bali, NTB dan NTT mengemuka persoalan bisnis dan sosial sebagai masalah ikutan pasca penerbangan BUMN Garuda menghentikan layanannya ke pulau Sumba per 4 April 2019.
“Kehilangan pekerjaan bagi pekerja di perusahaan bersangkutan, kelancaran angkutan orang dan barang ke- dan dari P Sumba,” papar Bupati Sumba Barat, Drs. Agustinus Niga Dapawole.
Disisi bisnis kepariwisataan, jumlah kunjungan wisatawan asing turun drastis, angka penjualan souvenir pun terjun bebas. Pembatalan kunjungan ke P Sumba juga diakui sejumlah stake holder Sumba baik yang bergerak dibidang perhotelan, transportasi darat mau pun layanan landtour.
“Kami sempat charter pesawat, selain harus ganti rugi akibat tamu tidak dapat melanjutkan perjalanannya. Yang mengkhawatirkan ke depan (jika hal ini tidak ada solusinya) ketersediaan bahan kebutuhan pokok yang tidak diproduksi di Sumba,” ungkap GM Nihi Watu, Dan Miller.
Kemudahan dan kepastian aksesibilitas ke P Sumba, juga mempengaruhi minat investor ke daerah baik untuk investasi fisik mau pun sosial termasuk perkembangan investasi dunia kreatif. Untuk Sumba Timur, pemerintah siap melakukan pengembangan fasilitas bandara. Sehingga tidak menjadi menghambatan masuknya penerbangan ke Sumba Timur. Meski Sumba Timur memiliki pelabuhan laut yang disinggahi kapal- kapal pesiar, kapal angkutan barang, angkutan udara masih sangat diperlukan.
“Hampir 80 persen, masyarakat, wisatawan dan angkutan barang menggunakan penerbangan. Melayani Sumba, tidak harus pesawat besar, tidak harus setiap hari,” jelas Bupati Sumba Timur, Drs. Gidion Mbilijora.
Sementara itu Bupati Sumba Barat, Drs. Agustinus Niga Dapawole menegaskan bahwa Pemda se- Sumba mengharapkan agar Garuda kembali terbang ke Sumba. Tidak hanya untuk kebutuhan kepariwisataan sebagai angkutan utama bagi wisatawan mancanegara terkait ke absahan asuransi. Juga bagi masyarakat dan kebutuhan pembangunan perekonomian di P Sumba.
“Kita akan cari solusi bersama bagaimanapun caranya. Masyarakat Sumba sudah terlanjur jatuh cinta pada Garuda dan mereka sedih ketika Garuda berhenti terbang ke Sumba pada April 2019 lalu. Prinsipnya kita siap, Garuda terbang secepatnya dan kita keempat pemda akan support,” lanjut Bupati Niga.
Kepastian layanan penerbangan BUMN Garuda ke Pulau Sumba, menurut Bupati Sumba Barat Daya, Drs. Kornelis Kodi Mete, sejalan dengan upaya pemerintah dan stake holder pariwisata dalam pengembangan kepariwisataan P Sumba.
“Kita segera membentuk badan promosi bersama, sehingga potensi pariwisata dikembangkan secara maksimal dan dipasarkan pada pasar yang tepat. Bagaimana menjadikan pariwisata sebagai panglima pembangunan daerah, jika flag carier tidak melayani daerah tersebut,” jelasnya menjawab bisniswisata.co.id. * dwi