MEDAN, bisniswisata.co.id: Setiap bulan suci Ramadhan, selalu muncul kuliner khas tradisional di setiap daerah. Tak terkecuali di Mandailing Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut). Selain adat istiadat dan budayanya, Mandailing juga mempunyai kekayaan kuliner yang unik dan menarik. Beragam kuliner khas Mandailing diwariskan secara turun-temurun dan hingga kini masih tetap lestari.
Salah satunya, pakat. Kuliner paling hits saat Ramadhan ini, terbuat dari pucuk muda sejenis pohon rontan. Rasanya, sangat nikmat jika disajikan dengan cara dibakar lebih dulu hingga matang. Tapi adakalanya ada yang direbus kemudian kulit luarnya dibuang dan isinya yang warna putih diambil kemudian diiris yang tergantung selera.
Memiliki tekstur yang sangat lembut, Pakat bisa disantao dengan nasi sebagai lalapannya. Atau juga dicampur dengan berbagai sayuran, ditambah cabe dan bawang irisan, atau dicocol dengan sambal.
“Makan pakat saat berbuka puasa dipercaya dapat mengembalikan tenaga usai berpuasa seharian penuh. Stamina kita kembali bertambah dan badan terasa kembali fit sehinga dapat menjalankan aktivitas kembali,” lontar Ismail Nasution, penggemar Pakat.
Diakui Pakat memang menjadi menu wajibnya dan keluarga, terutama saat buka puasa di keluarganya. Bagi Ismail, mengonsumsi Pakat saat bulan puasa bisa menambah nafsu makan. “Kami satu keluarga suka makan Pakat, apalagi saat Ramadan. Rasanya sangat enak, sering kami buat jadi sayur, tapi memang lebih enak jika dijadikan lalapan untuk pelengkap makanan dan menambah selera makan,” ungkapnya.
Selain dijadikan sayur dan lalapan, Ismail dan keluarga senang menikmati Pakat bersama dengan Ikan Sale. Bagi warga berdarah Mandailing ini, memadukan Pakat dan Ikan Sale merupakan hal yang menyenangkan. “Kalau dicampur Ikan Sale, rasanya benar-benar menciptakan cita rasa yang luar biasa. Enak kali, cobalah,” sambungnya.
Penjual Pakat paling banyak dijumpai di Jalan Letda Sudjono, Jalan Gatot Subroto, Jalan Sisingamangaraja, Medan Kota. Pedagang Pakat di Jalan Ledta Sudjono, Nur Asiah Siregar mengaku bersama keluarganya, sudah lebih dari 20 tahun menjual Pakat. “Sebenarnya pakat ini makanan khas Mandailing. Sekarang banyak yang suka, bisa dicampur dan dibuat berbagai sayuran, atau hanya dijadikan sebagai lalapan,” kata Nur seperti diunduh laman Liputan6.com, Selasa (29/05/2018).
Wanita berusia 37 tahun menjelaskan, Pakat merupakan salah satu jenis tanaman rotan, namun memiliki tekstur yang sangat lembut. Nur mengaku menjual Pakat dengan dua jenis, Pakat bakar yang sudah masak dan juga belum dibakar atau belum masak. “Banyak pembeli suka yang sudah dibakar, tidak perlu repot lagi. Banyak yang beli ingin langsung makan Pakat,” jelasnya.
Setiap hari, Nur mulai berjualan Pakat sejak pukul 08.00 WIB hingga maghrib. Lalapan khas Mandailing yang dijual Nur itu berasal dari berbagai daerah seperti Langga Payung, Kota Pinang, dan Rantau Prapat. “Karena memang di daerah tersebut banyak menghasilkan Pakat,” ujarnya.
Nur menyebut, ia dan keluarganya tidak hanya menjual Pakat saat Ramadan saja, tetapi juga menjual Pakat di hari biasa. Hanya saja, saat Ramadan lebih ramai pembeli yangterlihat dari jumlah penjualan. “Kalau hari biasa hanya bisa menjual 10 ikat Pakat, kalau di Ramadan bisa meningkat hingga lima kali lipat. Untuk satu ikat Pakat terdiri dari 125 hingga 150 batang. Per batang dijual dengan harga Rp 2.500, juga sering dijual empat batang Rp 10.000,” tuturnya.
Ramli Hasibuan, pedagang Pakat di Sisingamangaraja mengatakan selain jadi menu buka puasa di bulan Ramadan ini, pakat juga sangat baik untuk menambah nafsu makan. “Ini (pakat) bagus untuk meningkatkan nafsu makan. Apalagi di bulan puasa. Rasanya sedikit pahit, kayak daun pepaya muda,” lontarnya. (NDI)