PARIAMAN, bisniswisata.co.id: Kuliner Padang bukan hanya rendang, ayam pop, gulai nangka, namun juga satai Padang. Memang, satai ini berbeda dengan sate ayam atau sate daging yang kuahnya manis terbuat dari kacang atau hanya disapu kecap manis dengan irisan bawang merah serta cabai. Namun, satai padang memiliki cita rasa gurih dan cukup pedas.
Satai Padang terbuat dari daging sapi juga ada potongan lidah, usus, dan jeroan sapi yang dibumbui terlebih dahulu sebelum dipanggang. Kuahnya sendiri berwarna kuning, dengan rasa gurih dan pedas yang mampu menggoyang lidah. Biasanya, satai padang disajikan dengan potongan ketupat dan kerupuk ubi maupun kerupuk kulit.
Ternyata ada tiga jennis satai Padang. Perbedaannya terletak pada daerah asal dan jenis kuah yang diracik. Pertama satai Derek dari Padang Panjang yang memiliki kuah berwarna kuning cerah, karena menggunakan campuran kunyit dalam proses pembuatannya. Rasanya gurih sekaligus pedas. Karena cepat encer ketika dingin, sehingga wajib disantap selagi hangat.
Kedua, Satai Dagung-Dangung dari Kabupaten 50 Kota. Bedanya dengan yang lain, daging satai Dangung-Dangung jauh lebih manis dan dibaluri dengan parutan bumbu kelapa kekuningan di sekelilingnya. Kuahnya kuning kecokelatan dan kental, dengan aroma wangi yang menggoda. Sempurna untuk kamu pecinta rasa gurih dan manis.
Ketiga, Satai Pariaman. Sesuai namanya satai ini juga sesuai dengan asal daerahnya. Satai Pariaman yang asli memiliki warna kuah merah kecokelatan dengan rasa pedas yang jauh lebih dominan ketimbang satai dari daerah lainnya. Kuah sate terbuat dari campuran tepung beras, tepung kanji, ketumbar, bawang putih dan putih, lengkuas, serai, cabai merah, dan masih banyak lagi.
Nah, agar kuliner Satai Pariaman lebih dikenal, lebih lestari dan lebih mendunia, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman menggelar Festival Pesona Gandoriah 2019. Festival berlangsung dari 29 Juni hingga 3 Juli 2019, diwarnai berbagai lomba menarik dan unik. Salah satu lomba masak satai Pariaman yang asli. Dan lomba ini diikuri sebagian besar pedagang Satai asal Kota Pariaman.
“Festival yang sudah digelar sebanyak lima kali ini, kini diagendakan lomba masak satai Pariaman yang asli. Bagi wisatawan atau pengunjung yang datang dapat mencicipinya secara cuma-cuma,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman Alfian dalam keterangan resminya, Ahad (30/06/2019).
Dijelaskan, peserta yang mengikuti lomba masak satai Pariaman diberikan uang ganti rugi oleh Pemerintah Kota Pariaman sehingga wisatawan dapat menikmatinya secara gratis. Ia merinci uang ganti rugi yang diberikan tersebut yaitu uang transportasi Rp 200 ribu sedangkan uang pembelian untuk disajikan senilai Rp 400 ribu per pedagang.
Setelah dana uang pembelian Rp 400 ribu terpenuhi maka pedagang dapat kembali berjualan seperti biasa. Satai yang disajikan dari pedagang pada lomba tersebut diletakkan di meja yang telah disediakan dengan ditemani kelapa muda sehingga menambah daya tarik wisatawan untuk mencicipinya.
“Lomba memasak Satai Pariaman ini bertujuan untuk lebih mengenalkan kuliner khas juga asli Kota Pariaman. Juga festival ini menarik kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara agar datang ke Kota Pariaman yang memiliki beraneka ragam obyek wisata,” sambung Alfian sambil menambahkan festival tahunan ini diharapkan dapat berdampak positif bagi kemajuan ekonomi masyarakat.
Selain lomba masak satai, lanjutnya pada festival tersebut pihaknya juga melaksanakan sejumlah lomba. Yaitu di antaranya lomba beruk memetik kelapa, selaju sampan, lomba foto, dan lomba lagu Minang. (redaksibisniswisata@gmail.com)