Oleh Bagas Hapsoro
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2021. Semua pihak, mulai dari petani kopi, pembeli di dalam negeri, bahkan konsumen di mancanegara tentu akan membandingkan kepuasan mereka mengenai kopi di tahun ”pandemi” ini dengan harapan pada tahun depan.
Laporan International Coffee Organization (ICO) bulan Oktober 2020 yang lalu menarik untuk dicermati. Disitu dinyatakan bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara pengekspor kopi yang mempunyai kenaikan ekspor signifikan selama 1 (satu) tahun terakhir, yaitu 21,8 %.
Jumlah kopi yang terjual tahun lalu mencapai 5,7 juta (per karung adalah 60 kg) dan tahun ini menjadi 6,9 juta karung. Laporan ICO ini menerjang peringkat Brazil yang telah anjlok menjadi minus (-) 2.3 %. Pesaing Indonesia lainnya seperti VietNam turun ke -3 % dan Kolombia secara drastis menukik ke minus -8.7 %.
Walaupun ada alasan yang mengatakan bahwa kopi Indonesia perlu dipilah dulu, apakah specialty coffee atau kopi komersial termasuk kopi three-in-one (kopi, susu, gula), namun kenaikan ekspor 21.8% itu adalah nyata.
Salah satu analisa ICO adalah gencarnya produksi kopi Indonesia, penggunaan online promotion serta semakin ketatnya pengawasan dalam traceability.
Menurut ICO, tahun 2020/2021 bakal menjadi tahun terbaik dalam catatan produksi kopi di Indonesia. Dengan demikian meski terjadi pandemi, data ICO mengkonfirmasi bahwa ekspor kopi Indonesia akan terus tumbuh.
Di tengah situasi pandemi, kopi tetap memiliki kedudukan strategis dalam perekonomian. Keterangan ini disampaikan secara resmi oleh Menteri Perindustrian pada Hari Kopi Nasional 1 Oktober 2020 dan Menteri Perdagangan dan pejabat Kemendag dalam kesempatan terpisah.
Menteri Ristek menyatakan dalam salah satu Seminar 5 September 2020 dengan Universitas Jember bahwa sebanyak 96 persen produksi kopi Indonesia berasal dari perkebunan rakyat.
Saat ini rata-rata produksi kopi Indonesia mencapai 600.000 ton per tahun yang dihasilkan dari lahan seluas 1,3 juta hektar. Dari jumlah itu, 45 persen produksinya diserap pasar dalam negeri, dan sisanya diekspor.
Ruang ekspor lebih besar daripada konsumsi dalam negeri
Walaupun Indonesia mempunyai 270 juta penduduk yang juga merupakan konsumen kopi, sekitar 60-70% produksi biji kopi Indonesia dilaporkan diekspor ke pasar global. Ini artinya masih besar ruang kapasitas untuk melakukan ekspor kopi walaupun konsumsi kopi dalam negeri juga tinggi.
Beragam jenis asal kopi Indonesia yang unik dan populer di dunia adalah karena Indonesia salah satu negara yang memiliki jenis asal kopi terbanyak, atau bisa disebut dengan single-origin.
Terdapat beragam jenis asal kopi Indonesia dari berbagai daerah di Sumatera, Jawa, Bali, Flores, sampai Papua. Sudah terbukti masing-masing jenis kopi tersebut memiliki cita rasa yang khas dan unik. Contoh jenis kopi asal Indonesia yang sudah populer di pasar dunia seperti Mandailing dan Toraja.
Dari kajian yang dilakukan oleh Tim Percepatan dan Pemulihan Ekonomi (TPPE) Kemlu Desember 2020, telah terlihat bahwa dari Mei tahun ini s/d September 2020 terdapat kenaikan ekspor kopi Indonesia secara signifikan.
Data ini sesuai dengan statistik yang dibuat oleh ICO terbitan Oktober 2020. Hal itu yang selalu menjadi acuan Asosiasi Kopi Spesialti Indonesia dalam merencanakan strategi pemasaran kopi baik di dalam negeri maupun dunia.
Dari data kenaikan ekspor di atas, jika dilihat lebih dalam lagi, ternyata dari sisi impor, AS, Jepang, Malaysia, Italia, Mesir, Jerman sanggup menyerap kopi Indonesia dengan angka yang sangat menjanjikan.
6 Negara Tujuan Ekspor Kopi Spesialti Indonesia
Dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) Oktober 2020, maka negara tujuan tradisional yang memiliki jumlah peminum kopi per kapita tinggi, mempunyai standard Sanitary and Phytosanitary (SPS), dan relatif lebih mudah untuk bekerjasama dalam bidang kopi.
Dengan melihat potensi dan kekuatan demand yang tinggi, kiranya 6 negara yang mempunyai korelasi untuk penguatan ekspor kopi Indonesia, yaitu Amerika Serikat (AS), Kanada, Jerman, Finlandia, Australia, dan Jepang.
2021: Lebih fokus pada Specialty Coffee dan Sustainability
Terdapat tiga trend penting pada kopi specialty dan sustainable yang bisa dilakukan oleh eksportir Indonesia dalam strategi mengusung produk kopi:
1. Mengedepankan kualitas dan keunikan biji kopi yang spesifik diproduksi dari suatu daerah (disebut single-origin). Makin spesifik penjelasan daerah produksi kopi tersebut, maka akan semakin menjual produknya.
2. Menciptakan rasa yang unik dari percampuran berbagai pilihan macam kopi single-origin (dari berbagai daerah). Lagi-lagi, Indonesia memiliki potensi kuat dalam strategi ini dikarenakan memiliki banyak sekali jenis kopi single-origin.
3. Mengutamakan kualitas sangat tinggi dari biji kopi yang diproduksi dengan volume kecil, sekitar 40 karung per tahunnya. Ini dapat menggambarkan bahwa produk ini sangat terbatas, sehingga harganya akan tinggi.
Di samping itu, trend sustainability juga perlu untuk diprioritaskan untuk kesuksesan ekspor kopi. Sertifikasi bukanlah satu-satunya yang terpenting dalam tren ini. Akan tetapi, yang lebih penting adalah komunikasi mengenai transparansi harga dan kesejahteraan petani kopi.
Sebagaimana disampaikan oleh salah satu barista dan Q Grader Arabica Rocky Martakusumah, ada beberapa hal yang patut diperhitungkan, yaitu: technology, sustainability, dan traceability. Para importir merasa senang dapat bertemu langsung dengan petani (direct trade) dan bisa melacak keaslian kopi dengan cepat (traceability) melalui teknologi (block chain).
Diplomasi kopi dan strategi Tembus Pasar Ekspor Kopi
Pada tanggal 4 Desember 2020 Kemlu bekerja sama dengan Pusat Studi Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas), Denpasar telah menginisiasi sebuah Webinar yang bertema ”Diplomasi Kopi pada Era Jokowi”.
Diskusi ini juga dihadiri oleh para penggiat kopi di kalangan para diplomat muda yang diisi dengan presentasi oleh Anak Agung Mia Intentilia, S.IP, MA, seorang dosen serta Kepala Pusat Kajian ASEAN dan Internasional, Undiknas Denpasar.
Sebagai narasumber, Anak Agung Mia membahas kopi dari berbagai dimensi yang berkaitan dengan politik luar negeri (Polugri) Indonesia. Berdasarkan risetnya di era pemerintahan Presiden Jokowi pada 2014-2019.
Indonesia telah menerapkan diplomasi kebudayaan di luar negeri yang memiliki nilai potensial untuk menunjang perekonomian bangsa. Hal ini ditunjang dengan gastro diplomacy, digital diplomacy, public diplomacy, cultural dan economic diplomacy melalui kopi.
Beberapa rekomendasi Anak Agung Mia pada Webinar ”Diplomasi Kopi pada Era Jokowi” adalah perlunya:
1. Partisipasi Indonesia dalam exhibisi dengan diplomasi kopi di masing-masing KBRI.
2. Penyusunan indikator capaian dan standar evaluasi hasil dari pameran yang telah diikuti agar dapat dilakukan tindak lanjut kedepannya
3. Pembuatan konten digital yang professional dan menarik untuk materi promosi melalui media sosial masing-masing stakeholder sebagai bagian dari strategi media exposure.
Dari keterangan di. atas sudah bisa dipastikan bahwa para produsen kopi Indonesia haruslah fokus pada kopi specialty dan sustainable untuk mengoptimalkan potensi kopi Indonesia.
Langkah signifikan Kemlu
Selain melakukan kolaborasi dengan kalangan akademisi, Kemlu dan Perwakilan RI juga bekerjasama dengan pengusaha kopi baik eksportir maupun importir di manca negara. Tidak hanya itu, barista dan analis kopi yang berpengalaman di ICO menjadi mitra tetap dalam obrolan virtual dengan Kemlu.
Sebagai ”Kemlu-led initiatives”, selama bulan September s/d Desember 2020 telah diadakan serangkaian Webinar bersama oleh beberapa Kepala Perwakilan RI, yaitu KBRI Berlin, Washington DC, Stockholm, Oslo, Kopenhagen, Helsinki, Hamburg, Frankfurt, diaspora Cayman Islands, Chicago, New York, Houston, San Fransisco, Los Angeles, dan KJRI Vancouver.
Langkah ke depan
Dengan melihat pangsa pasar yang besar, kiranya perlu dibidik sasaran ekspor ke Amerika Serikat. Tahun 2019 nilai ekspor kopi ke AS sudah sampai USD 301.69 Juta ke AS, utamanya melalui pantai Barat AS.
Indonesia perlu memanfaatkan momentum kedekatan AS dengan Indonesia, karena Indonesia dilepaskan dari kewajiban GSP termasuk bea impor makanan dan minuman (antara lain kopi).
Pasar kopi Jerman adalah senilai US$ 7,7 milyar. Hal ini perlu dimanfaatkan Indonesia, mengingat penduduk Jerman yang berjumlah 82 juta jiwa itu sebagian besar adalah penggemar kopi. Letak strategis Jerman sebagai penghubung ke semua negara Eropa Utara dan kekuatan ekonomi negara itu juga patut dipertimbangkan Indonesia.
Kesimpulan
1. Sebagai negara produsen kopi terbesar ke-4 di dunia, produk specialty coffee Indonesia dikenal di mancanegara sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Di tahun 2021, peluang ekspor kopi Indonesia, khususnya specialty coffee, terbuka lebar. Hal ini dikarenakan cita rasa specialty coffee Indonesia yang dinilai luar biasa dan adanya trend lifestyle untuk specialty coffee di berbagai negara.
2. Sambil mempererat koordinasi dengan para Perwakilan RI terkait, para pengusaha Indonesia bisa mengetahui lebih detail persyaratan yang ditetapkan negara tujuan ekspor.
3. Perlu digencarkan channel baru dalam menjual kopi, misalnya lewat e-commerce, aktif dan konsisten dalam mengikuti kompetisi serta pameran inovasi teknologi produksi kopi. (markets, online, stores, B-2-B).
4. Dengan sasaran yang fokus, target yang spesifik, dan strategi yang tepat, maka upaya menaikkan ekspor kopi ini akan langsung dapat memberikan hasil yang optimal.
Penulis adalah: Mantan dubes Swedia dan Latvia, Kementerian Luar Negeri. Email: bagas.hapsoro11@gmail.com