LAPORAN PERJALANAN

Menelusuri Jalur Sutra 3

William Satriaputra, Ketua Forum Komunikasi Alumni ( FKA) ESQ wilayah Eropa dan Afrika yang juga eksekutif INNIO Groups menuliskan perjalanan wisata religinya Menelusuri Jalur Sutra. Berikut laporan perjalanannya bagian ke tiga.

“Bukhara sumber pengetahuan. Oh, Bukhara pemilik pengetahuan.”

Demikian Rumi dalam syairnya mengagumi Bukhara. Bukhar berarti lautan ilmu. Bukhara adalah kota tua (2500 thn) kedua yang kami kunjungi setelah Samarkand yang berusia 2750 tahun.

Sebelum Islam masuk penduduk disini penganut agama zoroaster (penyembah api). Tentara Islam memasuki Bukhara tahun 675 M dibawah pimpinan Ubaidillah bin Ziyad. Pada tahun 850 Bukhara menjadi ibu kota Dinasti Samanid.  Selama 150 tahun Dinasti Samanid berkuasa menjadikan Bukhara maju pesat sebagai pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan. 

Setelah itu berbagai dinasti menguasai Bukhara hingga Jengis Khan dengan tentara Mongol menaklukkan Bukhara dan meluluh lantaka nya hingga seolah-olah tidak ada apa apa sebelumnya (Ibnu Asir). Di kota Bukhara inilah lahir tokoh tokoh besar yang berkontribusi besar seperti Imam Bukhori, Ibnu Sina, Ahmad Al-Karamani, Al- Khajandi dan banyak lagi.

Untuk ke Bukhara dari Samarkand kami menggunakan bullet train atau high speed train Afrosiyab. Dalam waktu 1.5 jam, alhamdulillah kami sudah tiba di Bukhara dan langsung melakukan city tour di kota tua yang seluruhnya menjadi world herritage.

Ada puluhan bangunan megah peninggalan masa lalu yang dapat kita lihat di Bukhara. Salah satunya adalah istana Emir atau disebut Ark Citadel. Ini adalah salah satu struktur arsitektur kuno. Bangunan raksasa dan terlihat tangguh dengan temboknya yang tinggi menjulang. menunjukkan akan sangat sulit ditembus pada zamannya.

Setelah masuk melalui gerbang utama kastil, terlihat jeruji besi tempat tinggal narapidana ditahan pada sisi kanan dan kiri. Seperti forbidden city di Peking, kota dalam kota, demikian juga dengan istana Emir ini. Disamping Emir, disana tinggal para pejabat negara, pasukan pengawal dan pelayan sebanyak 3.000 orang.

Dalam kastil benteng ini ada ruang emir, masjid, kamar perbendaharaan negara, harem, dan penjara bawah tanah. Keindahan desainnya terlihat pada pintu kayu di dalam kastil benteng yang dibangun dan di tempati sekitar abad ke-5 Masehi sebagai garnisun pasukan kerajaan disini yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban kota. 

Kastil benteng ini jatuh ketangan Rusia pada tahun 1920 dan emir terakhir mengungsi ke Dushanbe ibu kota Tajikistan sampai meninggal disana.

Setelah pertempuran pada tahun itu yang dimenangkan oleh tentara merah Soviet, Emir Bukhara mengasingkan diri ke Dushanbe ibu kota Tajikistan.

Sebelumnya Emir Mir Sayid Muhammad Alim Khan memprakarsai pembangunan sebuah istana baru yang dipersembahkan kepada sang istri Sitora. Pembangunan berlangsung beberapa tahun dan melibatkan arsitek Soviet yang menghasilkan istana baru dan keindahannya belum pernah terjadi sebelumnya karena merupakan gabungan gaya Oriental dan Barat.

Setelah istri Emir meninggal namanya diabadikan sebagai nama istana, Sitora Mokhi-Khosa (bahasa Tajik). Istana sempat mengalami kehancuran dan dibangun kembali oleh Emir Mir Sayid Muhammad.

Sekarang istana tersebut menjadi musium seni dan kerajinan. Berbagai benda seni dan barang antik dari masa lalu berada disini. Inilah sisa-sisa ke emiran Bukhara terakhir.

Masjid-Masjid yang indah

Di Bukhara terdapat kompleks Masjid Po-I Kalyan dengan dua bangunan bersejarah Menara Kalyan yang dibangun tahun 1127 pada masa pemerintahan Mohammad Arslan Khan. Disamping itu juga ada Madrasah Mir-i Arab yang dibangun tahun 1536 dengan penggagasnya Syekh Abdullah Yamani yang menjadi gurunya Ubaydullah Khan emir Bukhara saat itu.

Tinggi menara horor Kalyan ini 48 m dan digunakan sebagai tempat eksekusi para penjahat dengan cara melemparkannya kebawah. Menara Kalyan berbentuk silindris dengan diameter 6 m sampai 9 m. Menara ini masih berfungsi sebagai tempat eksekusi hingga tahun 1920. 

Lingkungan mesjid, Kasti Benteng dan menara pembantaian

Seratus tahun setelah menara ini didirikan,  Jengis Khan meluluh lantakan Bukhara dan dilapangan dekat menara Kalyan menjadi saksi puluhan ribu mayat disusun seperti piramid. 

Konon menara ini dibiarkan utuh karena Jengis Khan mengagumi keindahannya.Baru pada abad ke 16 Kompleks Masjid dan madrasah dibangun di sekitar menara.

Dari banyak jenis masjid di Bukhara terdapat satu masjid yang tidak memiliki ciri khas seperti masjid lainnya di Asia Tengah yaitu Masjid Bolo Hauz. Mesjid ini merupakan salah satu masjid yang memiliki keunikan karena memiliki pilar atau tiang-tiang kayu tinggi.

Penggunaan pilar-pilar inilah yang juga dikenal dengan nama masjid empat puluh pilar. Sedangkan nama Masjid Bolo Hauz itu artinya masjid berkolam.

Masjid ini memiliki kolam berbentuk oktagonal atau bersegi delapan, yang terletak pada halaman depan masjid. Bolo Hauz dibangun pada 1712 oleh Abu’l Fayud Khan (1711-1747), yang diperuntukkan bagi Bibi Khanum, ibu dari Dinasti Astarkhanid.

Dinasti ini merupakan bagian dari Khanate Bukhara yang menguasai Transoxiana dan Khurasan antara 1599 dan 1753. Masjid ini awalnya didirikan sebagai bagian dari masjid di lingkungan kerajaan yang berada di kawasan alun-alun Bukhara.

Masjid Bolo Hauz satu-satunya situs sejarah yang telah dirawat cukup baik di lingkungan ini. Kawasan alun-alun Registan Bukhara, layaknya alun-alun Registan di kota Samarkand.

Di alun-alun Registan Samarkand terkenal dengan pusat situs sejarah Islam penting, seperti madrasah Ulugh Beg era Timurid (abad ke 14-15) hingga makam para penguasa Dinasti Shaybanid (abad ke 16).

Sedangkan di lingkungan Registan Bukhara, Masjid Bolo Hauz merupakan bagian penting dari situs bersejarah Islam di kota ini hingga abad ke-19. Di kawasan masjid ini dikelilingi oleh dua masjid lain, dan di sekitarnya terdapat tempat tinggal para komandan tentara kerajaan.

Di lingkungan ini juga terdapat gudang senjata, tempat pembuatan senjata dan Khanqah atau dikenal dengan tempat berkumpulnya para sufi. Dalam perkembangannya beberapa ikon bagian masjid ini telah ditambahkan oleh penguasa setelah era Dinasti Astarkhanid. 

Di antaranya penambahan dekorasi fasad/eksterior pada bagian timur masjid oleh penguasa Dinasti Manghit terakhir Sayyid Alim Khan pada tahun 1914.

Pada tahun 1917, seorang seniman terkenal Shirin Muradov menambahkan dengan membangun sebuah menara kecil di halaman depan, terpisah dari bangunan masjid.

Bagian eksterior bangunan di balkon koridor tingkat dua pun ditambahkan pada awal abad ke 19. Dengan penyempurnaan tersebut, kini Masjid Bolo Hauz dikenal menjadi sebuah karya seni dekoratif nasional Uzbek.

Masjid ini terdiri dari sebuah teras yang menghadap ke timur, di ruang utama masjid terdapat ceruk seperempat kubah di setiap sudut atas ruang shalat. Sebuah ceruk setengah kubah di bagian depan menghadap kiblat, serta sebuah mihrab.

Jendela dengan ceruk bertingkat juga terdapat di bagian halaman depan sebagai ruang masuknya cahaya ke ruang utama masjid. Motif-motif geometris dan stalaktit atau sarang lebah menjadi dekorasi dari pintu masuk dan langit-langit masjid ini. Inilah sisa-sisa ke emiran Bukhara terakhir. ( bersambung).

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)