JAKARTA, bisniswisata.co.id: Masyarakat Sadar Wisata ( MASATA) siap ambil bagian dalam membangkitkan kembali pariwisata Indonesia sebagai organisasi pelaku, pemerhati dan pencinta pariwisata Indonesia yang kompeten dalam mendukung pariwisata berkelanjutan di Indonesia, kata Jeffrey Rantung, Ketua Panitia Munas I.
Jeffrey yang juga Ketua MASATA DKI Jakarta itu mengatakan persiapan dari panitia penyelenggara (organizing committee ) relatif sangat singkat, mengingat rencananya Munas 1 diadakan Juli 2021 di Bali namun Ketua DPD Bali Made Ramia wafat.
” Kegiatan tetap kita laksanakan hingga akhirnya dipindah ke Jakarta. Soal tema Munas pertama sekaligus pemilihan Ketua Umum yang baru temanya adalah “Solid, Kolaboratif dan Maju Bersama”,” kata Jeffrey Rantung.
Ke depan, ujarnya, organisasi harus bergerak lincah dan kolaborasi serta sinergi menjadi prioritas karena hal itu dibutuhkan untuk membangkitkan pariwisata di tanah air maupun dunia, ujarnya.
Menurut Jeffrley Rantung, Sustainable Tourism dan program Desa Wisata yang menjadi tren dunia harus diimplementasikan dengan baik untuk mendorong kembali kunjungan wisatawan dalam dan luar negri.
” Oleh karena itu MASATA prioritasnya kolaborasi dan sinergi dengan Pentahelix. Untuk itu egoisme sektoral harus dihilangkan,” ungkap Jeffrey Rantung.
Putra almarhum Cornelius John Rantung, mantan Gubernur Sulawesi Utara periode 1985 -1995 ini beruntung dilahirkan dari seorang ayah yang memiliki visi pariwisata sehingga Menado memiliki boulevard pertamanya di pinggir pantai di jalur utama ibukota Sulut itu.
MASATA mengadakan Musyawarah Nasional I pada tangal 28 November – 1 Desember 2021 di Candi Bentar Ballroom, Putri Duyung Resort, Taman Impian Jaya Ancol.
Munas I MASATA ini dihadiri oleh 59 peserta dari 19 Dewan Pengurus Daerah dan anggota Dewan Pengurus Pusat MASATA. Munas I Masata akan menetapkan program kerja baru dan pengurus baru periode 2021 – 2023.
“ Tema Solid, Kolaboratif dan Maju Bersama ini artinya setelah munas ini kami berharap MASATA sebagai organisasi semakin solid secara internal dalam mengurus organisasi ini, “tegas Jeffrey Rantung.
Sumber daya manusianya juga semakin kolaboratif dalam bekerjasama dengan pihak eksternal termasuk bersama pemerintah. Maju bersama berarti apa yang organisasi lakukan ini adalah untuk kepentingan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi-pribadi, tambahnya.
Munas I MASATA dibuka secara resmi oleh Titik Lestari, Direktur Standarisasi Kompetensi Deputi Bidang Sumber Daya Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mewakili Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.
Hadir pula Toar Mangandiri, Direktur Pengembangan Sumber Daya Ekraf Deputi Sumberdaya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Ketua GIPI ( Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) Didin Junaedi, Hilda Ansariah Sabri, Ketua Bidang Pariwisata DPP PWI, Gangsar Priambodo Ketua Pembina MASATA dan para sponsor yaitu Bank DKI, CheeseSwap dan Dompet Dhuafa.
“Pariwisata merupakan sektor ekonomi yang paling terdampak akibat pandemi COVID -19 sejak tahun 2020. Saat ini keadaan mulai membaik akibat berbagai kebijakan pemerintah seperti PPKM dan program vaksinasi dan dukungan dari seluruh masyarakat,” ungkap Jeffrey Rantung.
Kini pariwisata mulai bangkit, pemerintah bersama berbagai pemangku kepentingan seperti MASATA siap memutar kembali roda industri pariwisata yang sempat lama berhenti, tambahnya.
Dalam sambutannya Titik Lestari mengatakan Pandemi COVID -19 memberikan dampak yang sangat memperihatinkan, 2020 kunjungan wisatawan mancanegara penurunan hingga 80 % sehingga berdampak pada penurun devisa dari sektor pariwisata .
Hal ini menjadi “PR” bersama bagaimana mengantisipasi penurunan tersebut yang berdampak ke seluruh SDM Parekraf yang kehilangan mata pencaharian.
“Kita perlu melihat sisi positifnya dalam era pandemi, dengan dampak luar biasa, kita mampu menciptakan teknologi dan ide-ide baru yang bisa dikerjakan bersama, dijanjikan sebagai strategi, untuk bagaimana ke depan pariwisata di abad baru ini agar SDM Parekraf tetap kuat. “ ujarnya.
Seluruh pelaku pariwisata memasuki babak baru, trend pariwisata baru mengarah pada, personalize, customize , localize, smaller in size, dan mengedepankan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan, “ kata Titik Lestari
Pergeseran tren pariwisata paska pandemi mau tidak mau harus dihadapi, untuk itu kementerian tidak bisa berdiri sendiri. “Kemenparekraf harus berkolaborasi kita tidak hanya dengan sektor lain-lain komunitas, media, asosiasi, akademis dan industri dengan saling menguatkan ke depan kita berjalan lagi Sehingga bisa terbangun lagi dan pariwisata lebih baik dari sebelum pandemi,” kata Titik Lestari.