NEWS

Literasi Halal Tourism & Laporan Mastercard-Crescentrating, COVID-19 di Asean 2020.  

Laporan Kesiapan Perjalanan Mastercard-Crescentrating, COVID-19, Aseanpaling ramah Muslim di dunia. ( Foto: TTR)

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menparekraf/Ketua Bekraf Whisnutama Subandio paham bahwa literasi mengenai halal tourism harus terus ditingkatkan agar masyarakat Indonesia tidak salah paham dalam pengertian halal tourism yang banyak dikembangkan justru oleh negara-negara Non Muslim.

Hal itu diungkapkannya menjawab pertanyaan anggota Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Forwaparekraf)  usai makan siang bersama pekan lalu. Dalam obrolan santai itu mas menteri mengaku tidak kapok untuk menggerakkan literasi halal tourism di tanah air yang masih dimaknai mengkotak-kotak kegiatan wisata agama tertentu.

” Saya setuju sekali literasi mengenai halal tourism perlu ditingkatkan, namun karena langkah pengelolaan mitigasi krisis pariwisata yang disebabkan oleh wabah virus corona baru dalam tahap pemulihan maka waktunya tidak tepat dan jadi sia-sia,” ujarnya.

Tiga tahap pengelolaan mitigasi krisis pariwisata sesuai standar World Tourist Organization (UNWTO) yaitu tanggap darurat, tahap pemulihan dan terakhir normalisasi jika COVID-19 sudah usai.

Belum genap dua bulan menjabat sebagai Menparekraf, Whisnutama pada November 2019 di Bali mendapat kecaman karena  pernyataannya disalah artikan oleh wartawan dan dianggap mau melabel destinasi super prioritas seperti Danau Toba dan Bali sebagai destinasi halal.

Akibatnya muncul penolakan labelisasi ‘wisata halal’ di dua destinasi itu karena masyarakat dan kalangan industri di Bali menilai wisata bukan tentang agama, melainkan soal kegembiraan. Sementara Whisnutama mengatakan wisata halal hanya sebuah layanan tambahan.

” Dalam klarifikasi waktu itu sudah dijelaskan bahwa destinasi wisata populer kita  akan menyediakan fasilitas ‘friendly moslem tourism‘, bukan menjadikan Bali sebagai wisata agama tertentu,” jelas Whisnutama.

Dia paham istilah ‘friendly moslem tourism‘ itu sendiri belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat maupun para pelaku wisata juga padahal kedatangan rombongan Raja Salman dari Saudi Arabia hingga memperpanjang lama tinggal selama liburannya di Bali sudah menunjukkan Bali sebagai destinasi friendly moslem tourism

 ” Friendly merupakan sesuatu menyejukkan, bukan antipati. Bahkan saya tahu sendiri banyak hotel-hotel di Bali juga menyediakan mushala untuk sembahyang, dan tidak pernah ada informasi diskriminasi bagi wisatawan dari agama tertentu,” kata Wishnutama.

Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.

Dan secara etimologis istilah literasi sendiri berasal dari bahasa Latin “literatus” yang dimana artinya adalah orang yang belajar. Dalam hal ini, literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan menulis.

Mastercard-Crescentrating

Literasi mengenai halal tourism memang penting apalagi mengingat laporan Kesiapan Perjalanan Mastercard-Crescentrating, COVID-19 di Asean 2020. Penelitian ini menyelidiki dampak pandemi global untuk mengidentifikasi kesenjangan utama dan ketegangan yang timbul dari COVID-19.  

Pengakuan kesenjangan tersebut kemudian akan memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mengumpulkan rencana aksi mereka demi masa depan perjalanan dan pariwisata.

Laporan tersebut juga menyebutkan ASEAN sebagai kawasan merupakan salah satu kawasan paling ramah Muslim di dunia.  Dua tujuan yaitu Malaysia dan Indonesia menjadi yang pertama dalam Mastercard-Crescentrating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019.

Brunei Darussalam dan Singapura bersama Malaysia dan Indonesia dari ASEAN menempati empat besar peringkat 10 besar destinasi di GMTI. 

Singapura secara konsisten menduduki peringkat nomor satu di antara tujuan non-Organisasi Kerjasama Islam (OKI).  Thailand berada di peringkat 18 secara keseluruhan dan kedua di antara kategori non-OKI.

Filipina juga terus menaiki peringkat beberapa tahun terakhir dan sekarang berada di antara 10 tujuan teratas non-OKI.  Kekuatan ini memungkinkan destinasi ASEAN memiliki posisi yang kuat untuk menarik pasar Muslim saat perjalanan dibuka.

Wisatawan Muslim mewakili 21 persen dari wisatawan domestik dan 43 persen dari wisatawan intra-ASEAN.  Persentase wisatawan Muslim intra-ASEAN yang tinggi disebabkan oleh pasar outbound perjalanan Muslim yang besar di Indonesia dan Malaysia yang bepergian ke tujuan-tujuan negara tetangga

 

   

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)