ART & CULTURE

Lagu Suwe Ora Jamu Berkumandang di London

LONDON, bisniswisata.co.id: Festival seni dan budaya Indonesia Kontemporer atau dikenal IKON, kembali digelar di kampus School of Oriental and African Studies (SOAS) di pusat kota London, Jumat (5/10). Festival dengan tema “Musik Indonesia di mata dunia”, mendapat simpatik warga setempat.

Dalam festival tersebut sejumlah lagu tradisional Indonesia seperti Suwe Ora Jamu dikumandangkan oleh Kelompok gamelan Jagat Gamelan. Kelompok tersebut merupakan gabungan dari berbagai warga negara yang tinggal di London.

“Tahun ini begitu banyak pemusik yang menampilkan jenis musik berbeda dengan alat musik yang begitu bervariasi,” kata Koordinator IKON 2018, Lenah Susianty dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (6/10/2018).

Ini menunjukkan musik Indonesia sangat memengaruhi khazanah musik dunia dan memberi inspirasi pada para pemusik internasional. “Indonesia mesti bangga dan juga sekaligus harus lebih berinvestasi agar musik Indonesia lebih dikenal di dunia ,” kata Susianty.

Berbeda dengan festival Indonesia lainnya, IKON yang ke-8 kali ini ingin mengedepankan dialog antar bangsa. “Sesuai tema musik tahun ini, IKON mengundang artis, seniman, dan musisi untuk bermain musik tradisional Indonesia, dan mereka datang dari Indonesia, dan juga dari Inggris, Polandia, dan lainnya,” jelasnya.

Bintang tamu IKON 2018 diantaranya Ghost Gamelan, kelompok gamelan yang dibentuk setelah Susheela Raman dan Sam Mills datang ke Indonesia dan bertemu dengan komposer gamelan Jawa asal Surakarta, Gondrong Gunarto, pada tahun 2015.

Selain itu, IKON 2018 juga akan menampilkan Aga Ujma, artis kelahiran Polandia, yang akan memainkan alat musik Sasando yang berasal dari pulau Rote. Ujma adalah penyanyi, pemain musik, dan komposer yang sempat ke Jawa Tengah untuk belajar menyanyi dan menulis musik tradisional Jawa.

Perempuan Polandia ini saat ini sedang fokus menulis lagu yang mengawinkan musik rakyat Polandia dan alat musik Indonesia, khususnya Sasando, Siter Jawa, dan Gender Barung,

Seniman lain yang akan tampil lainnya, adalah Nick Gray, dosen senior yang mengajar musik Asia Tenggara di SOAS, dan Paula Friar. Keduanya tergabung dalam kelompok gender wayang “Segara Madu” akan memainkan alunan musik gender wayang Bali.

Kemudian kelompok musisi dari London, “Sekar Enggal”, yang digawangi Simon Cook yang mempelajari musik Sunda selama lebih dari satu dekade di Indonesia. Dia akan menyuguhkan musik asli Jawa Barat dengan memainkan Kacapi Suling.

Tak hanya musik tradisional ini, dua pemusik dan penyanyi muda berbakat Indonesia, pianis Stephanie Onggowinoto dan mezzosoprano Yasashi I Evelyn, juga akan memainkan “Bumi Hijau” yang digubah Mochtar Embut berdasarkan syair-syair W.S. Rendra.

“Acara musik di IKON tahun ini akan ditutup dengan joget bersama ala Indonesia diiringi musik dangdut yang dimainkan band orang-orang Indonesia yang tinggal di London, Bandana group,” kata Susianty.

Susianty mengatakan tujuan festival ini yaitu dialog antar bangsa lewat berbagai tema. Para pengunjung dapat berpartisipasi langsung, termasuk untuk belajar main angklung, gamelan bali dan Bahasa Indonesia.

“Ajang ini ramai dikunjungi karena banyak warga London yang ingin tahu lebih jauh mengenai seni dan budaya Indonesia,” katanya, “Tahun ini usia Ikon menginjak 8 tahun, ini sebuah prestasi. Semoga IKON bisa terus berkibar sebagai ajang dialog budaya.” sambungnya. (EP)

Endy Poerwanto