KULINER LIFESTYLE

Kopi Organik Bertahan di Masa Pandemi dan Maraknya Kopi Instan

YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Konsisten dalam pelayanan dan memberikan yang terbaik menjadi keputusan yang tepat untuk pakde Centrumz menjalankan bisnisnya ditengah masa pandemi Covid 19 yang belum berakhir sejak Maret 2020.

Ditemui di Our Coffee di kawasan Karang Makang Catur Tunggal, Kecamaran Depok, Kabupaten Sleman Yogyakarta, pria yang biasa dipanggil Pakde terlihat bersemangat meski usahanya kini juga terimbas pandemi serta pembatasan jam usaha.

Pemilik sekaligus pengelola Our Coffee ini memilih usaha kopi organik yang ternyata memberi peluang tersendiri bagi para pelaku usaha kopi seperti dirinya yang lokasinya berada di seputaran kawasan Lembah UGM Yogyakarta ini.

“Karena kami memakai kopi organik, pangsa pasarnya ada dan pengunjung rela datang jauh-jauh untuk menikmati hadirnya malam sambil menyeruput kopi nikmat di tengah maraknya kopi instan yang bisa mereka dapatkan dimana saja,” kata pakde Centrumz.

Dalam mengelola dan mengkampanyekan kopi organik yang menyehatkan, Pak Dhe Centrumz memilih berpartner dengan Agus Santoso, yang juga seorang Lurah Caturtunggal, Depok Sleman Yogyakarta.

Dia juga konsisten memberi edukasi minum kopi organik yang sehat. Di masa pandemi maka minuman dan makanan kesehatan yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh kafena itu pakde rela secara konsisten mengolah kopi organik.

Untuk sampai dihidangkan tentunya memiliki keunikan serta kelebihan dari hulu ke hilir, manajemen penyimpanan, pengolahan , termasuk penyajiannya dilalui dengan proses, sehingga usaha ini melingkupi produksi dalam jangka waktu yang panjang dan bukan instan.

Kedai kopi bertema Coboy dipilih karena di Our Coffee banyak penikmat kopi dari semua kalangan, dengan suasana santai dan penuh keharmonisan.
berawal dari ketika pakde menjadi penikmat kopi, dia mengaku  sudah sejak lama memang berniat membuat kopi yang punya differensiasi dan spesialisasi.

“Saya juga banyak melihat kedai- kedai  kopi di sini Yogya umumnya tesekat-sekat, seolah berjarak antara kalangan kaya miskin, gaul biasa, pejabat rakyat. Makanya buat kedai kopi yang artinya kopi kita, kita itu semua, jadi didepan secangkir kopi kita itu sama saja penikmat kopi, tidak ada beda kasta.” ungkap Pakdhe Centrumz.

Bisnsi kopi organik yang dijalani sejak tahun 2017 ini, memang menjadi pilihan tepat bagi penikmat kopi dengan nuansa berbeda. Ia menawarkan konsep kedai kopi koboi, dimana semua kalangan terlebih para pecinta kopi bisa bertemu di cafenya.

menurutnya memiliki pangsa pasar yang terbuka untuk berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa, kelas pekerja, politisi, bahkan pejabat sering mampir di kafenya.

Bisnis kopi organik ini seolah menjadi oase bagi pecinta kopi yang ingin merasakan makna secangkir kopi, yang tidak hanya puas ketika ditawari kopi instan yang makin marak di Yogyakarta.

Suasana Our Coffee untyk menikmati kopi organik dan hiburan malam di kawasan lembah UGM

Our coffee kini hadir dengan berbagai produk sajian unggulan, mulai dari Singel Origin, kopi manual  brewing, yang di buat dengan skil SDM langsung, tidak menggunakan mesin-mesin kopi besar seperti kopi instan.

Kisaran harga juga aman untuk kantong konsumen mulai  dari Rp 10 ribu-20 ribuan yang justru mulai menarik pengunjung maupun pelanggan setia. Bahkan, memasuki libur imlek lalu, tingkat kunjungan mengalami kenailan sekitar 30 persen dibanding hari biasa di masa pandemi.

Dia juga mulai membuka cabang-cabang lain walau bukan dengan nama sama tapi by Our Coffee selalu melekat di kedai2 bentukan Pakdhe Centrumz, seperti misalnya Psikologi Coffee by Our Coffee.

Saat pandemi Covid 19, dengan berbagai kebijakannya mulai dari PSBB hingga lockdown mikro, kedai kopi ini tetap bertahan. “Kita menjalankan usaha tanpa harus melawan aturan tapi menggunakan logika, dan strategi bisnis yang smart dan efektif,” tegasnya.

Menurut pakde  Centrumz, kopi bukanlah sebuah kejahatan sehingga pemangku kebijakan dengan perangkat penegakan hukum harus bisa berkolaborasi dengan pelaku usaha yang memiliki hukumnya berupa menjalankan bisnis untuk bertahan hidup dan menghidupi karyawan dan keluarganya.

Oleh karena itu, tindakan pengawasan petugas  yang berlebihan saat merazia cafe-cafe di saat pandemi ini dengan adanya batasan Jam kunjungan saja telah membuat pelaku usaha termasuk penggiat kopi omset penjualannya menurun dratis.

” Orang menyeruput kopi kanningin ketenangan. Oleh karena itu para aparat juga sadarlah kita sama-sama cari makan agar perekonomian menggeliat. Pengunjung maupun pengelola yang penting terapkan protokol kesehatan dan jaga diri masing-masing,” pesan pakde yang mengaku tetap semangat.

” Jangan panik, Allah maha tahu dan rejeki itu tidak ketuker, jadi batasan-batasan juga hatus ditanggapi dengan positif,”  tegasnya.

Satrio Purnomo