Open pit Belitung Timur akan difungsikan sebagai geopark yang mensinergikan pariwisata dengan sektor tambang ( foto: belitungrimurkab.go.id)
BELITUNG, Kelapa Kampit, bisniswisata.co.id: Sektor pariwisata bisa bergandengan mesra dengan pertambangan seperti Proyek Geopark di Belitung Timur, di mana konsep pertambangan juga ada di dalamnya.
Menurut Yuspian, Camat Kelapa Kampit yang juga Sekretaris Geopark, gagasan konsep Geopark Belitung Timur, berbeda dengan konsep pariwisata di Belitung induk. Di sini, warisan biologi, geologi, dan culture, menyatu dengan indah.
’’Geopark di Belitung Timur ini kalau sudah jadi bisa menjadi yang ketiga di dunia. Sebab, geosidnya cukup luas mulai dari Open Pit, Cendil, Batu Pulas, Pulau Keran, Mangrove Mengguru, Gunung Lumut, dan Burung Mandi,’’ tuturnya saat berbincang santai di sebuah warung kopi di kawasan Kelapa Kampit, Belitung Timur, kemarin.
Saat ini, ungkapnya, Geopark Belitung Timur tengah diusulkan untuk masuk dalam daftar UNESCO Global Geoparks (UGG). ’’Mudah-mudahan September ini sudah bisa masuk,’’ ucapnya lagi.
Menurut Yuspian, di antara wilayah geoside-nya Geopark Belitung Timur, yang menjadi ikonik adalah Open Pit.Tempat ini menjadi unik karena sesungguhnya merupakan sebuah bukit dengan nama Gunong Kik Karak.
Bukit ini memiliki potensi cadangan timah yang besar didalamnya, maka perusahaan pertambangan yang mengelola hingga 1985 membuat sebuah galian raksasa membentuk kawah di tepat puncak Gunung Kik Karak. Besarnya kawah tersebut sama dengan kawah gunung berapi sesungguhnya.
“Untuk menjadi geopark, masih banyak hal yang harus dibenahi di kawasan ini agar lebih memiliki nilai jual pariwisata yang tinggi,” kata Yuspian.
Apalagi penggarapan Geopark Belitung Timur terbentur beberapa kendala. Salah satunya adalah manajemen kawasan di mana akses berbenturan dengan hutan lindung.
’’Teorinya, hutan lindung bisa dibebaskan, tapi prakteknya susah. Bisa saja menggunakan sistem pinjam pakai, tapi dalam hal ini Pemda harus serius,’’ ujarnya.
Menyinggung keseriusan Pemda, Yuspian mengakui, belum terbentuk kekompakan dan visi yang sama di antara aparatur negara, dan antarlembaga. Padahal, sinergisitas itu sangat penting untuk segera mewujudkan Geopark Belitung Timur.
’’Seharusnya tambang bisa disinergikan dengan pariwisata, makanya kami konsepkan di geopark. Tapi jika Pemdanya tidak sungguh-sungguh, ya repot. Saya tidak akan mempertentangkan tambang, karena memang bisa sejalan selama memenuhi kaidah-kaidahnya. Malah, Geopark bisa jadi atraksi proses tambang,’’ tuturnya.
Sektor Premier
Yuspian mengatakan, di kawasan Belitung Timur, sektor tambang masih menjadi pendapatan utama masyarakat. Jadi, ketika sektor utama dialihkan langsung ke pariwisata, Yuspian mengkhawatirkan ketidaksiapan masyarakat.
’’Tambang masih jadi sektor premier di Belitung Timur, selain nelayan dan pertanian. Untuk pertanian, dampak ekonominya juga tidak masif karena butuh modal besar, dan nelayan sangat bergantung pada cuaca. Bisa dibilang, ketergantungan masyarakat Beltim pada tambang masih tinggi,’’ tuturnya.
Pihaknya sangat berharap jika para pemangku kebijakan mulai mempertimbangkan fakta-fakta tersebut. Perubahan sektor ke arah pariwisata memang baik, akan tetapi tentu saja tanpa mengabaikan dampak ekonomi yang saat ini dibutuhkan masyarakat banyak.( INGE)