SURABAYA, bisniswisata.co.id: Apa artinya toleransi? Toleransi berarti kemampuan atau kemauan untuk menghadapi pendapat atau perilaku tertentu yang berbeda dari apa yang kita yakini atau sukai. Salah satu contoh yang paling mudah adalah mengenai perbedaan keyakinan.
Dilansir dari Havehalalwilltravel.com, hidup berdampingan secara damai meskipun berbeda agama adalah contoh toleransi yang ditunjukkan oleh kediaman Wiyung di Surabaya.
Penduduk di kawasan pemukiman ini berkumpul untuk membangun bukan hanya satu, melainkan enam tempat ibadah yang berbeda dalam satu kawasan.
Enam agama yang berbeda
Penghuni Royal Residence Wiyung di Surabaya, Indonesia berasal dari berbagai latar belakang. Pada awal penduduk di kawasan ini pada tahun 2009, tidak ada rumah ibadah sama sekali. Hal ini kemudian menjadi perhatian warga, termasuk umat Islam yang hendak melaksanakan salat Jumat.
Saat itu, warga muslim harus berkendara atau mengendarai sepeda motor menuju masjid terdekat di luar kompleks. Ternyata warga dari agama lain juga mengalami hal yang sama. Mereka harus pergi cukup jauh hanya untuk menunaikan shalat.
Pengembang perumahan telah menginformasikan kepada warga bahwa kawasan perumahan ini tidak memiliki rumah ibadah. Namun, perwakilan warga kemudian mengangkat kembali isu tersebut pada 2014 dan menanyakan kepada pengembang apakah memungkinkan untuk membangun rumah ibadah di lingkungan tersebut.
Setelah beberapa diskusi, mereka sampai pada keputusan untuk membangun tidak hanya satu tetapi enam rumah ibadah di lahan seluas 400 meter persegi yang tersisa di daerah tersebut. Keputusan ini diambil setelah masyarakat lebih memilih rumah ibadah daripada pasar rakyat.
Rumah ibadah ini dibangun untuk menampung setiap agama yang ada di antara penduduknya. Inisiatif ini didukung sepenuh hati oleh seluruh warga. Mereka melakukan pendanaan moneter bersama-sama dan mencari sponsor untuk biayai pembangunan.
Pembangunannya dimulai dengan Masjid Al-Muhajirin, dilanjutkan dengan gereja, vihara, dan vihara. Beberapa ornamen candi bahkan didatangkan langsung dari China.
Tidak hanya membangun fisik bangunan, warga juga mendirikan komunitas untuk mengorganisir kegiatan antar enam agama tersebut. Organisasi ini bertanggung jawab atas penjadwalan kegiatan massa dan menjaga komunikasi antar seluruh warga terkait penggunaan kompleks rumah ibadah ini.
Masjid Al-Muhajirin, Gereja Katolik, Gereja Protestan, Vihara Buddhayana Royal, berdiri berdampingan dengan candi Hindu dan Budha serta vihara. Arsitektur bangunan menambah nuansa estetis pada lingkungan yang asri dan damai ini.
Selanjutnya, organisasi masyarakat memutuskan untuk tidak gunakan bel atau kendang di rumah ibadah mana pun untuk menghormati kenyamanan satu sama lain. Kerukunan antar umat beragama ini menunjukkan wajah Indonesia sebagai melting pot budaya, ras, dan agama.