NASIONAL

Kenaikan Tiket TN Komodo Ditolak Pelaku Pariwisata & Warga

LABUHAN BAJO, bisniswisata.co.id: Wacana kenaikan harga tiket masuk Taman Nasional Komodo sebesar 500 dolar AS atau sekitar Rp 1,4 juta bagi setiap orang, yang dicetuskan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, menuai banyak pertentangan penolakan bahkan mengecam kenaikan itu. Salah satunya dari Forum Masyarakat Penyelamat Pariwisata Manggarai Barat (Formappmabar) yang tak setuju dengan wacana kenaikan itu.

“Dari wacana kenaikan tiket di Taman Nasional Komodo, akan banyak pihak yang dirugikan. Misalnya kapal wisata lokal yang selama ini mengharapkan tamu backpacker atau wisatawan berbajet rendah. Dengan kenaikan itu, wisatawan tak akan datang ke Labuan Bajo dan Komodo sehingga yang rugi adalah kapal wisata lokal karena tidak ada lagi wisatawan mengunakan jasanya,” tulis Formappmabar dalam rilisnya yang diterima Bisniswisata.co.id, Senin (17/12/2018).

Kenaikan itu, lanjut Formappmabar, dipastikan akan ada pembatalan atau cancellation bagi wisatawan nusnatara (wisnus) maupun mancanegara (wisman) untuk melihat binatang purba sekaligus langka yakni komodo. Akibatnya, kunjungan wisatawan bisa merosot tajam.

Disebutkan, kondisi penurunan wisatawan berdampak buruk pada travel agent lokal Labuan Bajo. “Wisatawan yang sudah dan sedang berencana melakukan tour, bahkan yang telah melakukan pemesanan tour package ke Komodo melalui travel agent telah membatalkan bookingan turnya. Dengan alasan rencana kenaikan tarif masuk taman nasional yang sangat mahal,” sambung pernyataan itu.

Formapp-Mabar pun meminta Pemprov NTT dalam hal ini Gubernur Viktor Laiskodat untuk mengkaji ulang wacana itu dan membuat suasana kembali kondusif. Dengan cara, tetap mengajak wisatawan datang ke TN Komodo karena belum ada keputusan resmi dari pemerintah pusat terkait kenaikan harga masuk tiket taman nasionalnya.

Ada 16 poin yang disampaikan Formappmabar terkait wacana kenaikan harga tiket masuk yang dianggap mencekik wisatawan. Karenanya, Formappmabar mendesak agar Gubernur NTT membatalkan rencana itu.

Formappmabar adalah gabungan pelaku pariwisata di Manggarai Barat. Mereka adalah DPC ASITA Manggarai Barat, DPC HPI Manggarai Barat, Asosiasi Kapal Angkutan Wisata Manggarai Barat, PHRI Manggarai Barat, Persatuan Penyelam Professional Komodo (P3K), dan Koperasi taksi Bandara (Flores Today). serta Forum Masyarakat Penyelamat Pariwisata Mabar (Formapp mabar).

Ternyata Penolakan bukan hanya dilontarkan industri pariwisata Labuan Bajo. Bahkan, warga di sana pun ikut menentang rencana tersebut. Mengingat sekarang, pariwisata sudah menjadi mata pencarian utama warga Labuan Bajo dan Pulau Komodo.

Ada yang menyewakan kapal, menjadi tour guide, pengrajin suvenir, ranger di taman nasional dan menyewakan homestay. “Kalau tidak ada wisatawan yang datang, ya matilah pariwisata dan mata pencaharian kita,” papar warga yang minta namanya tak disebutkan.

Gubernur NTT Viktor Laiskodat mematok nilai tarif masuk bagi wisatawan asing ke TNK sebesar 500 dolar AS atau setara dengan Rp 7,2 juta per orang, sedang bagi wisatawan dalam negeri dipatok 100 dolar AS atau setara Rp 1,4 juta per orang.

Menurut Marius, rencana kenaikan tarif ini merupakan hal yang wajar karena Taman Nasional Komodo tidak ada di belahan dunia manapun. “Yang namanya unik dan langka pasti mahal harganya. Kita tak bisa menyamakan komodo (Varanus komodoensis) dengan taman nasional lain di Indonesia, karena di sana berdiam ribuan binatang purba raksasa komodo yang hanya satu-satunya di dunia,” lontarnya.

Menurut dia, dari segi ilmu pengetahuan, komodo adalah saksi sejarah yang hidup tentang kehidupan fauna pada ribuan hingga jutaan tahun silam. Para ilmuwan bahkan bisa menggali bagaimana karakteristik kehidupan pada masa lampau melalui kehadiran bintang purba ini.

Kehadiran komodo itu sebetulnya memberikan penerangan kepada umat manusia bahwa kehidupan yang jauh pada masa lampau masih ada hingga saat ini. “Dan ini sangat mahal dari sisi ilmu pengetahuan bahkan tidak bisa dinilai dengan uang,”. (redaksi@bisniswisata.co.id)

Endy Poerwanto