JAKARTA, bisniswisata.co.id: Indonesia International Halal Lifestyle Conference & Business Forum ( IIHLCB) berlangsung di JCC 3-4 Oktober 2018. Kegiatan ini memberikan wawasan dan bimbingan bagi semua sektor halal industry di Indonesia untuk berkontribusi yang lebih besar bagi perekonomian negara.
“Halal industry adalah bisnis besar yang harus ditangkap baik oleh masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Kalau selama ini Indonesia hanya jadi pasar bagi industri halal dari negara-negara lain maka kini kita harus menjadi pelaku industri halal,” kata Sapta Nirwandar, pendiri dan CEO Indonesia Halal Center ( Inhalec).
Bekerjasama dengan Bank Indonesia dan mengangkat tema Halal Lifestyle Goes Global: Trend, Technology & Hospitality Industry, pihaknya mengundang sejumlah nara sumber mancanegara a.l Dubai, Thailand, Turki, UAE dan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang lebih dulu sukses dengan pengembangan industri halal.
Konferensi membahas topik-topik seperti Gaya hidup halal global dan kekuatan pasar yang berkembang, teknologi dan industri perhotelan dan layanan digital dan konsumen generasi Y. Selain itu juga ada pameran produk-produk halal mulai dari makanan, fashion, kosmetik hingga perbankan syariah serta produk jaringan pertanian pondok pesantren.
“Inhalec sendiri sebelumnya sudah menyelenggarakan kegiatan ini selama dua tahun berturut-turut tapi baru yang ketiga kalinya ini menggandeng BI. Kegiatan ini juga bagian dari rangkaian kegiatan menuju Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018 dan Indonesia Sharia Economic Festival 2018, ” kata Sapta Nirwandar.
Sebuah forum bisnis juga dilakukan untuk memfasilitasi kecocokan bisnis dalam industri halal dimana para buyer bertemu denga seller untuk produk-produk halal bidang food, fashion, tourism, education, cosmetic and transaction.
“Ini momen yang tepat untuk tidak lagi sekedar menjadi pasar produk halal tapi menjadi produsen untuk konsumsi nasional maupun internasional apalagi tingkat kesadaran masyarakat dunia untuk menggunakan produk halal sudah meningkat,” kata Sapta Nirwandar.
Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan sektor industri halal. Hal ini tercermin dari persentase penduduk Indonesia yang merupakan 12,7 persen dari populasi penduduk muslim dunia dengan didukung peningkatan kesadaran akan pentingnya konsumsi sektor industri halal.
Di sisi lain, laju pertumbuhan industri halal global meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Industri halal global meningkat dari 7,5 persen pada 2015 menjadi lebih dari 8 pesen pada 2016 dan diperkirakan akan terus meningkat pada 2017 dan tahun-tahun seterusnya, ungkap Sapta.
Mohammad Anwar Bashori, Direktur Ekonomi Syariah Bank Indonesia mengatakan pihaknya menggandeng Indonesia Lifestyle Center ( Inhalec) untuk membangun jaringan halal industry mulai dari hulu hingga hilir sehingga ekonomi syariah juga berkembang.
“Indonesia negara Muslim terbesar di dunia yang selama ini hanya menjadi pasar. Bank Indonesia akan terus mendorong agar halal value chain dapat terbangun di Indonesia. Jadi bukan hanya sebatas potensi tapi kita mengimplementasikannya,” kata Anwar Bashori.
Di sektor pariwisata, Bali atau destinasi Danau Toba membutuhkan fasilitas restoran dan sertifikasi halal sehingga wisatawan Muslim dari mancanegara seperti dari kawasan Timur Tengah bisa mendapatkan restoran halal dan produk lainnya yang dibutuhkan,” tambahnya.
Selama ini wisatawan Muslim dunia lebih memilih ke Malaysia dan Thailand karena kesiapan halal industry setempat yang mampu memenuhi kebutuhan mereka, kata Anwar Bashori.
“Melayani turis jangan pakai barang impor tapi dari dari lokal sehingga dampaknya besar untuk penggerak perekonomian. Kesadaran bersama untuk membangun halal industry itulah yang kini dibutuhkan di semua lapisan masyarakat,” tegasnya.