MAMUJU, bisniswisata.co.id: Kota Mamuju merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Barat dan menjadi bagian dari Kabupaten Mamuju yang diapit pantai dan perbukitan. Mayoritas penduduk Kota Mamuju adalah dari Suku Mandar dengan beberapa sub-suku, diantaranya Suku Bugis, Makassar, Toraja dan Jawa.
Sejak mendarat di bandara Tampa Padang, sekitar 30 km dari kota Mamuju, saya sudah penasaran dengan cerita landmark kota ala Hollywood bertuliskan MAMUJU CITY di atas ketinggian bukit yang bisa dibaca dari seluruh kota Mamuju
Di dampingi pak Idris dari Mapolda Sulbar, saya menuju kawasan tinggi Anjoro Pitu (Kelapa Tujuh), landmark ini berdekatan dengan Sapota, sebutan untuk rumah jabatan Bupati Mamuju, Drs Habsi Wahid.
Tulisan dengan panjang 160 meter dan tinggi 16 meter yang pada HUT RI ke-69 pada 2014 lalu memperoleh rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) ini menjadi landmark terpanjang berwarna putih .
Makin mendekat puncak bukit terlihat beberapa huruf tampak sudah bolong-bolong terutama huruf M pertama, huruf U, huruf I dan huruf Y sehingga bentuknya sudah tidak utuh lagi meski dari jauh tetap bisa dibaca MAMUJU CITY.
Ada tiga anak lelaki seumuran berusia 10 tahunan dan seorang pemuda yang tengah menikmati makan siang di gazebo yang tersedia di pinggir jalan tepat di bawah huruf-huruf super besar itu.
Sebuah motor ber plat DK ( Bali) dan bertuliskan “Keliling Indonesia, Mencari Cinta” mencuri perhatian saya. Namun indahnya pemandangan di depan membuat mata saya fokus ke bawah.
Padahal pengunjung yang datang biasanya langsung buru-buru foto berlatar belakang landmark kota bertuliskan MAMUJU CITY itu untuk di posting di instagram dan media sosial lainnya.
Mata saya tertawan ke bawah karena paduan awan, laut biru dan lekukan bukit-bukit yang mengepung kota Mamuju sangat indah. Apalagi Pulau Karampuang tempat saya melewati pagi dengan snorkeling terlihat menyembul.
Di hadapan saya terbentang Teluk Mamuju, lautan yang menjorok ke daratan Sulawesi Barat dan menciptakan hamparan pantai terkenal milik warga Kota Mamuju yakni Pantai Manakkara.
Kota Mamuju dengan aneka bangunan gedung yang memadatinya tersembul dari balik dedaunan pohon yang menutupi bukit. Bangunan mal Maleo, satu-satunya gedung tingkat pusat perbelanjaan modern di Mamuju yang baru beroperasi minggu lalu juga jelas terlihat.
Kemarin saat baru tiba di kota ini dan mengikuti Tabligh Akbar di Masjid Raya As-Suada, di seberang pagar masjid saya sudah melihat tulisan “MAMUJU CITY di kejauhan tapi malu untuk berfoto ria.
Maklum Tabligh Akbar dengan Ustadz Subki Al Bughury yang di gelar oleh Kepolisian daerah Sulawesi Barat dan Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) Kab. Mamuju ini dihadiri Kapolda Sulbar, Brigjen Pol Drs. Baharuddin Djafar, M.Si jadi jemaah banyak sekali dan membuat saya enggan selfie.
Karena hari kerja tidak ada pengunjung yang datang. Deretan gazebo kayu sebenarnya untuk memudahkan pengunjung yang datang piknik bisa santai dan adem menikmati pemandangan. Tapi tebaran sampah bungkus makanan dan minuman merusak pemandangan di jejeran gazebo yang ada.
Sedih juga melihat tiang-tiang gazebo malah diukir-ukir oleh pengunjung dengan pisau sehingga kondisinya tak terawat. Banyak sekali pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh Pemprov Sulbar agar SDM yang dimilikinya bisa sadar wisata dan menjaga fasilitas umum dengan baik.
Sebelum meninggalkan bukit Anjoro Pitu, saya sempat mengobrol dengan Tomi Saputra, penjelajah dengan kendaraan motor dari Bali yang sudah berpetualang selama 9 bulan menyusuri Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan dan kini di Sulawesi.
Tomi mengatakan tulisan Keliling Indonesia Mencari Cinta yang ditempelkan di belakang motornya bukan berarti mencari cinta seorang wanita tapi punya makna mendalam sebagai biker.
“Komunitas biker konon punya slogan persaudaraan yang kuat maka dalam perjalanan keliling Indonesia ini kita bisa membuktikan membuktikan makna persaudaraan sesungguhnya ” kata Tomi Saputra, 38 tahun.
Dia akan meneruskan perjalanan ke Poso, Menado, Gorontalo dan berharap juga bisa ke Papua. Untuk pendanaan atau sponsor dari kalangan otomotif hanya janji surga, selebihnya Tomi bekerja serabutan dan setelah mendapat upah uangnya dipergunakan untuk membiayai perjalanannya kembali.
Pak Idris sempat mengantar ke depan rumah dinas bupati karena tulisan MAMUJU CITY terlihat lebih indah, sebelum akhirnya meluncur ke Pantai Manakarra, ikon lainnya dari ibukota provinsi yang diresmikan pada 3 September 2015 sebelum Bupati Mamuju kala itu, Dr H Suhardi Duka lengser.
Hanya lima menit menuruni bukit saya sudah berada di anjungan Pantai Manakarra, ruang publik yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat wisata.
Tulisan besar PANTAI MANAKARRA berwarna merah jauh lebih eye catching ketimbang tulisan MAMUJU CITY. Pantai ini menjadi spot selfie yang disukai pengunjungi seperti halnya Pantai Losari di Makasar.
Di areal Anjungan Pantai Manakarra tersebut, terdapat gong perdamaian nusantara sebagai simbol masyarakat Mamuju yang dikenal cinta damai. Termasuk miniatur perahu sandeq atau perahu khas suku Mandar, salah satu suku yang mendiami wilayah Mamuju.
Sebagai pintu gerbang utama, kota Mamuju saat ini sudah bukan milik orang Mamuju saja. Tapi ada banyak suku bangsa yang mendiami ibukota provinsi ini. Apalagi sejak 2004 berstatus sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Barat maka aparat keamanan, pegawai pemerintah maupun swasta banyak datang dari Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Anjungan pantai yang luas membuat anak-anak kecil bebas berlarian dan anak-anak jaman NOW bisa berkumpul bersama komunitasnya. Saya langsung sibuk selfie sambil menikmati semilir angin pantai.
Slogan KOTA BERSEHATI ( Bersih, Semangat, Hijau, Aman, Tertib dan Indah ) yang menjadi Motto Kota Mamuju bergelar Kota Manakarra menghadapi tantangan besar karena belum sesuai dengan kenyataan.
Masyarakat dan pemerintah setempat agar menjadikan kunjungan wisatawan ke Ibukota Provinsi ke-33 yang termuda ini bisa memberikan kenangan indah. Icon-icon kota Mamuju ini sudah menjadi daya tarik wisata yang instagramable jadikanlah aset wisata yang baik.