JAKARTA, bisniswisata.co.id: Lockdown sudah dicabut, pelonggaran aktivitas masyarakat dunia juga sudah dilakukan di banyak negara. Namun melorotnya daya beli menyebabkan pemulihan ekonomi tersendat, terutama di negara-negara di mana pariwisata berkontribusi signifikan pada pendapatan nasional.
Di kawasan Asia, misalnya, Jepang dan Thailand yang sama-sama menjadi tujuan wisata favorit bagi wisatawan Indonesia memberikan subsidi bagi warganya untuk berwisata.
Kegiatan wisata domestik kini menjadi tumpuan harapan untuk pulihkan industri travel & tourism dengan julukan negara gajah putih itu karena memiliki dampak berganda pada perekonomian nasionalnya.
Pemerintah Thailand memberikan subsidi untuk diskon hotel dan pesawat, komponen biaya terbesar yang harus dikeluarkan seorang traveler.
Negara yang membukukan 39 juta kunjungan turis asing pada 2019 ini berupaya memulihkan pariwisatanya dengan memacu liburan domestik. Dikutip dari Bangkok Post, pemerintah siap mengguyurkan stimulus bagi warga agar sudi pelesir tahun ini. Di tahap awal, pemerintah membiayai liburan 1,2 juta sukarelawan dan tenaga medis.
Tahap kedua ialah memberi diskon 40 persen kamar hotel dengan plafon 3.000 baht (Rp1,3 juta) per malam. Di tahap terakhir, memberi subsidi tiket pesawat domestik untuk dua juta penumpang dengan nilai maksimum 1.000 baht (Rp500.000) per orang.
Jepang juga memberikan subsidi berupa diskon biaya perjalanan bagi warganya akibat COVID-19 dan gagal meraih dua target besar 2020 berupa gelaran Olimpiade dan menarik kunjungan 40 juta turis asing.
Agar pariwisata tak tenggelam kian dalam di sumur pandemi, pemerintahnya meluncurkan inisiatif Go to Travel, semacam bantuan biaya perjalanan bagi pelancong domestik. Kebijakan itu diumumkan lewat akun Twitter Japan Tourism Agency.
Detailnya belum dilansir, tapi menurut Kyodo News, pemerintah Shinzo Abe akan memberi korting kebutuhan trip hingga ¥20.000 (Rp2,6 juta) per orang. Warga dari satu kota di dorong untuk berwisata ke perfektur lain di wilayah Jepang.
Bagaimana dengan Indonesia yang pergerakan wisatawan domestiknya domestiknya mencapai 273 juta dengan pengeluaran Rp 800 ribu per trip ?Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana, Prof I Gede Pitana mengatakan subsidi untuk mendorong pergerakan wisatawan domestik atau disebut juga wisatawan nusantara ( wisnus) bisa saja diberikan subsidi oleh pemerintah.
Tapi mengingat kurva yang belum melandai dan sebaran di 34 provinsi Pitana merasa subsidi wisata kurang tepat dilakukan. “Biaya untuk yang terpapar COVID-19 jadi prioritas dan jauh lebih pantas untuk dialokasikan,” tambahnya.
Namun dia mengakui belajar dari pengalaman kasus Bom Bali 1 ( tahun 2002) , terbukti wisatawan nusantara yang dianggap sebagai pelengkap saja ternyata sangat membantu pemulihan pariwisata Bali saat itu dan menyelamatkan perekonomian destinasi wisata utama RI.
Menurut Pitana banyak cara yang bisa dilakukan pemerintah mengingat masalah pandemi ini menjangkiti seluruh dunia sehingga semua orang sedang kesulitan secara finansial.
Jadi pelaku pariwisata diberikan insentif pajak yang dapat menjaga keberlangsungan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, di tengah tekanan dari dampak COVID-19.Sedangkan wisatawannya juga mendapat penghapusan retribusi, kata I Gede Pitana.
” Jika turis membeli tiket pesawat ada PPN, memanfaatkan hotel dan restoran ada PB 1, di restoran ada tax & service dan sampai kita belanja juga kena pajak. Jadi kurangi atau hilangkan rektribusi pajak agar wisatawan baik domestik maupun mancanegara senang datang ke Indonesia,” ungkapnya.
Menurut I Gede Pitana, Pemerintah dan para pelaku pariwisata dapat membuat paket-paket hot deal yang sangat efektif meningkatkan kunjungan wisatawan dan perekonomian rakyat.” Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif biasa mengemas hotdeal, menggabungkan berbagai fasilitas yang tidak terpakai dengan harga dibawah normal. ” ujarnya.
Mantan pejabat Kemenparekraf ini memberikan ilustrasi hotel di Batam terisi penuh pada Week-end, sementara tingkat hunian kosong pada Selasa, Rabu. Kemenparekraf dan industri wisata lalu mengemas paket hot deal.
Paket wisata itu agar warga Singapura terutama ibu rumah tangga bisa main golf, spa, ke salon dengan harga murah menggunakan transportasi ferry kurang dari sejam juga dengan tarif khusus.
” Paket hot deal jadi pancingan, setelah itu mereka juga banyak membeli oleh-oleh sehingga berdampak pasa perekonomian daerah Batam juga,” kata I Gede Pitane.