JAKARTA, bisniswisata.co.id: Hari Batik Nasional jatuh setiap pada 2 Oktober, benar-benar semarak di dunia sosial media (Sosmed). Selain memuncaki trending topics terpopuler di twitter dengan lebih dari 3.000 kicauan membahas soal hari batik nasional. Juga, pengguna twitter ramai-ramai memamerkan pakaian batik yang dikenakannya.
Tagar #HariBatikNasional berseliweran di linimasa, kebanyakan twit berupa unggahan foto selfie dan wefie warganet, bersama-sama memamerkan batiknya. Termasuk juga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam akun instagramnya yang mengajak semua warga Jawa Barat memakai batik untuk merayakan salah satu hari budaya nasional itu.
Bahkan masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok nusantara menggenaan busana batik dengan berbagai model, warna serta corak khas batik dari berbagai daerah. Mengingat, pada tanggal ini, beragam lapisan masyarakat dari pejabat pemerintah dan pegawai BUMN, hingga pelajar disarankan untuk mengenakan batik.
Pemilihan Hari Batik Nasional 2 Oktober berdasarkan keputusan UNESCO, Badan PBB membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan, secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia. “Teknik, simbolisme, dan budaya melingkupi kain katun atau sutra diwarnai secara manual, yang dikenal sebagai Batik Indonesia, meresap dalam kehidupan orang Indonesia, dari awal hingga akhir,” demikian dikutip dari situs Unesco, Senin (1/10/2018).
Dilanjutkan, bayi-bayi dibawa dalam gendongan batik yang dihiasi simbol-simbol yang mewakili harapan akan keberuntungan bagi sang bocah. Dan, orang yang meninggal dunia pun diselimuti batik. “Batik, juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia,” lontar UNESCO.
Batik digunakan sehari-hari, dalam kegiatan bisnis hingga akademis, saat merayakan pernikahan maupun kehamilan, bisa ditemukan dalam pagelaran wayang maupun seni lainnya. Kain batik juga memainkan peran sentral dalam sejumlah ritual. “Batik diwarnai oleh para pengrajin, yang menggambar desain pada kain, dengan titik dan garis menggunakan lilin (malam),” sambungnya.
Proses pembuatan batik tradisional bukan hanya rangkaian produksi semata. Ada budaya bahkan semacam ritual di dalamnya. “Keragaman pola yang luas mencerminkan berbagai pengaruh, mulai dari kaligrafi Arab, karangan bunga Eropa dan burung phoenix China hingga bunga sakura dari Jepang dan burung merak India atau Persia.”
Batik seringkali diwariskan dari generasi ke generasi. “Kerajinan batik berkaitan dengan identitas budaya masyarakat Indoensia. Dan, makna simbolis dari warna dan desainnya mengekspresikan kreativitas dan spiritualitas.”
Sejak pengakuan yang diberikan Unesco, Batik pun kian dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia, digunakan dalam pakaian formal dan kasual, serta menjadi inspirasi bagi banyak haute couture kontemporer. Banyak orang Indonesia memilih menggunakan batik yang penuh warna dan modern sebagai pakaian sehari-hari — yang cocok untuk dipakai di wilayah yang panas dan lembab seperti di Nusantara.
Masing-masing daerah pun mengembangkan motif batik khusus dan warna yang unik. Hari batik mjuga enjadi sebuah momentum pelestarian dan pengenalan batik kepada dunia internasional. Juga harapan agar kecintaan masyarakat Indonesia akan batik makin mendalam, serta filosofinya meresap dalam jiwa: sabar, teliti, tekun dalam menjalani kehidupan.
Selain itu, ada tiga jenis batik yang ada di Indonesia. Mengutip laman Balai Besar Kerajinan dan Batik Kementerian Perindustrian RI pada Selasa (2/10/2018), menurut SNI 0239:2014, Batik adalah kerajinan tangan sebagai hasil pewarnaan secara perintangan menggunakan malam (lilin batik) panas sebagai perintang warna dengan alat utama pelekat lilin batik berupa canting tulis dan atau canting cap untuk membentuk motif tertentu yang memiliki makna.
Sementara itu, paling tidak ada tiga jenis batik berdasarkan cara pembuatannya.
1. Batik tulis
Batik tulis adalah batik yang dibuat dengan menggunakan alat utama canting tulis sebagai alat melekatkan malam (atau lebih dikenal sehari-hari dengan istilah lilin). Karena terbuat dari malam, tentu saja baunya adalah bau malam. Sementara itu, jika dilihat secara proses dan fisik ada beberapa hal yang bisa diamati yaitu: motif pada kain dapat berulang dan/atau tidak berulang, goresan bekas malam tidak selalu tepat sama pada setiap garis klowong, ulangan motif, dan sambungan motif.
Selain itu, terdapat rembesan warna yang disebabkan tipisnya goresan malam, ketidakteraturan pecahan tapak malam, dan pada tepi tapak malam. Tapak malam yang ada di bagian terusan ini tidak tepat sama. Jumlah, ukuran, jarak, dan bentuk isen (gambar yang menjadi pengisi dan pelengkap gambar ornamen) pada suatu bidang motif tidak sama. Selain itu, hasil proses remukan selalu diperoleh pecahan yang tidak teratur. Selain itu, hasil tembokan diperoleh pecahan tidak teratur.
2. Batik cap
Batik Cap adalah batik yang dibuat dengan menggunakan alat utama canting cap sebagai alat melekatkan malam. Mengenai proses dan ciri fisiknya bisa terlihat dari raport berulang secara sama dan/atau pergeseran pada tiap pengulangannya, terdapat rembesan warna yang disebabkan ketidakteraturan pecahan malam dan pada tepi tapak malam.
Dalam batik cap, tapak malam pada bagian terusan tidak selalu tepat sama. JUmlah, ukuran, jarak dan bentuk isen pada suatu bidang motif sama. Sementara itu, hasil proses remukan selalu diperoleh pecahan yang tidak teratur dan hasil tembokan diperoleh pecahan tidak teratur. Terdapat juga tapak penanda teken dengan atau tanpa penitis.
3. Batik kombinasi
Batik kombinasi adalah batik yang dibuat dengan menggunakan alat utamanya canting cap dan canting tulis. Sama seperti batik cap dan tulis, baunya tentu saja bau malam. Sementara untuk ciri-cirinya, dilihat dari fisik dan prosesnya adalah: motif pada kain dapat berulang dan atau tidak berulang, raport berulang secara sama dan atau ada pergeseran pada tiap pengulangannya, goresan bekas malam tidak selalu tepat sama pada setiap garis klowong pembentuk motif dan atau isen, ulangan motif dan sambungan motif
Terdapat rembesan warna yang disebabkan ketidakteraturan pecahan malam dan pada tepi tapak malam, tapak malam pada bagian terusan tidak selalu tepat sama. Jumlah, ukuran, jarak dan bentuk isen tulis pada suatu bidang motif bisa tidak sama, namun juga bisa samaHasil proses remukan selalu diperoleh pecahan yang tidak teratur. Hasil tembokan tidak selalu diperoleh pecahan tidak teratur. Selain itu, terdapat tapak penanda teken dengan atau tanpa penitis. (EP)