LAMPUNG, bisniswisata.co.id: Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, terus menunjukkan aktivitas pada Level Waspada. Karenanya, wisatawan diingatkan untuk tidak mendekat dalam radius dua km dari kawahnya.
Informasi waspada itu, sesuai laporan tertulis BMKG berdasarkan hasil pengamatan dan laporan serta rekomendasi aktivitas gunung berapi itu oleh Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Api Anak Krakatau.
Hingga Selasa (14/8/2018) petang, demikian tulis Antara, laporan terbaru belum disampaikan. Namun berdasarkan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau hingga Selasa pagi tadi, kondisi gunung berapi (305 mdpl) di Lampung Selatan itu menunjukkan cuaca cerah dan berawan.
Angin bertiup lemah ke arah utara, dan barat daya, dan barat. Suhu udara 22-31 derajad Celsius, kelembaban udara 67-97 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg. Secara visual kondisi gunung berkabut 0-III. Asap kawah tidak teramati. Visual malam baik langsung maupun dari CCTV tertutup kabut. Ombak laut tenang.
Menurut laporan petugas Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, Windi Untung, kondisi kegempaan menunjukkan letusan berjumlah 53 kali, amplitudo: 14-43 mm, durasi: 15-73 detik.
Kemudian embusan berjumlah 47 kali, amplitudo 3-26 mm, durasi: 8-45 detik. Kegempaan vulkanik dangkal sebanyak 25 kali, amplitudo 4-22 mm, durasi: 3-13 detik
Berdasarkan laman lampungprov.go.id, Gunung Anak Krakatau merupakan sebuah pulau vulkanik kecil yang muncul di antara Pulau Sertung (VerlatenEiland) dan Pulau Rakata Kecil (Lang Eiland) pada 1928, di tempat yang dulunya adalah pantai dengan kedalaman 27 meter.
Pada 1927, kurang lebih sekitar 43 tahun setelah Gunung Krakatau meletus, muncul gunung api dari kaldera purba yang masih aktif. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan dan setiap tahun menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki. Ketinggian Gunung Anak Krakatau saat ini adalah 450 meter.
Gunung Anak Krakatau sebenarnya bukan daerah wisata karena fungsi utamanya sebagai cagar alam. Anak Krakatau merupakan “harta paling berharga” bagi ilmu pengetahuan karena kemunculan gejala gunung berapi dari dalam laut menjadi fenomena sangat langka di dunia.
Karena itu, ekosistem Gunung Anak Krakatau saat ini terus berevolusi, dijaga sangat ketat kelestariannya. Pengunjung diperbolehkan menginjakkan kakinya di Gunung Anak Krakatau untuk empat tujuan: melakukan penelitian, pendidikan, pengembangan pengetahuan, dan penunjang budi daya. Sayangnya dalam perkembangan menjadi daya tarik wisata petualangan.
Kawasan Gunung Anak Krakatau mulai menjadi destinasi bagi wisatawan Jakarta dan sekitarnya karena tersedianya paket wisata yang ditawarkan tidak hanya mendaki Gunung Anak Krakatau, tetapi juga melihat keindahan pantai dan surga bawah laut di pulau-pulau sekitarnya, seperti Pulau Sebesi, Pulau Umang, dan Lagoon Cabe.
Banyaknya wisatawan yang datang ke Gunung Anak Krakatau saat ini karena rute untuk mencapainya cukup mudah, yakni lewat Dermaga Canti-Kalianda-Lampung Selatan. Untuk para wisatawan dari luar kota, hanya dibutuhkan waktu satu sampai dua jam untuk mencapai dermaga yang terdekat dengan Gunung Anak Krakatau dari Pelabuhan Bakauheni atau Bandar Udara Radin Inten II, Lampung.
Dari Dermaga Canti, wisatawan akan menyeberang ke Pulau Sebesi, pulau berpenghuni terdekat dengan Gunung Anak Krakatau. Dengan menggunakan perahu sewaan danpulau tempat gunung ini berada dapat ditempuh selama kurang lebih dua jam dari Pulau Sebesi.
Beberapa destinasi diwilayah Gunung Anak Krakatau antara lain:
#. Pulau Sebesi
Pulau Sebesi merupakan salah satu pulau besar yang berada di Selat Sunda dengan luas sekitar 16 kilometer persegi. Pulau ini dijadikan tempat transit sebelum ke Gunung Anak Krakatau. Banyak rumah warga yang dapat dijadikan tempat menginap (homestay). Selain homestay, juga tersedia penginapan dengan kamar yang dapat diisi 8 hingga 10 orang. Perlu diketahui, bahwa listrik di pulau ini menggunakan genset dan beroperasi mulai pukul 18.00 – 24.00 WIB. Jadi, pastikan gadget atau kamera Anda terisi penuh dengan membawa kabel roll atau stop kontak kaki tiga untuk mengisi daya peralatan elektronik Anda.
#. Pulau Umang
Pulau Umang tidak jauh dari Pulau Sebesi. Kurang lebih 15 menit dari Dermaga Sebesi untuk mencapai pulau ini dengan menyewa kapal. Pulau ini tidak berpenduduk dan sangat kecil, namun pesonanya dapat menghipnotis semua mata yang memandangnya. Ada beberapa keistimewaan Pulau Umang, yaitu bebatuan yang menawan yang bisa jadi spot foto, hamparan pasir putih yang halus dan lembut, dan air laut yang jernih. Untuk kegiatan snorkeling, kawasan ini tidak terlalu menarik dan tidak banyak menawarkan pemandangan bawah laut.
#. Pulau Rakata
Menikmati keindahan Lagoon Cabe di Pulau Rakata dapat dilakukan dengan menempuh perjalanan sekitar setengah jam dari pulau Gunung Anak Krakatau. Sepanjang perjalanan menuju Lagoon Cabe, wisatawan melihat kelestarian Pulau Rakata yang terjaga secara alami. Snorkeling di sekitar Lagoon Cabe menjadi hal yang mudah karena di kedalaman kurang dari 25 meter wisatawan akan melihat terumbu karang dengan aneka ikan hias yang berwarna warni dan sangat jinak. Berfoto di dalam air menjadi hal yang sayang untuk dilewatkan. Di pinggir pantai terlihat deburan ombak menghentak ke pinggir pantai dengan bebatuan berukuran tidak terlalu besar. Dispot snorkeling, Anda akan terpukau dengan kondisi terumbu karang di kawasan Lagoon Cabe yang terawat dengan baik dan memiliki berbagai jenis terumbu karang. Jenis ikan di spot ini juga cukup bervariatif, seperti ikan hias berwarna-warni yang menambah keindahan lagoon ini.
#. Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau memiliki luas sekitar 320 hektar dan merupakan pulau tak berpenghuni. Gunung Anak Krakatau termasuk kawasan cagar alam Krakatau dengan total seluas 13.605 hektar yang dikelola oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung. Kawasan Krakatau sendiri mulai banyak di lirik karena lokasinya yang tidak begitu jauh dan menawarkan pemandangan yang tidak kalah menarik dengan gunung yang ada di Indonesia.
Banyak wisatawan yang ingin menjejakkan kakinya ke Gunung Anak Krakatau dan melihat dari dekat sisa letusan dahsyat Krakatau dan perkembangan Anak Krakatau. Sejak 2011, wisatawan sudah tidak dapat mendaki sampai puncak karena aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang masih aktif. Wisatawan hanya dapat mendaki sampai ketinggian sekitar 200 meter yang dapat ditempuh dalam waktu 30-45 menit sampai pos terakhir pendakian. Saat ada pengunjung, biasanya akan di dampingi petugas dari BKSDA Lampung yang ditugas kan selama seminggu secara bergantian di pulau ini.
Di kawasan ini tidak ada air bersih. Bila Anda ingin buang air kecil dan buang air besar, Anda harus mengambil air laut terlebih dahulu untuk digunakan di kamar mandi ala kadarnya yang berada di belakang pondok petugas BKSDA Lampung atau menggunakan cara lama dengan menggali lubang dan menutupnya segera setelah selesai. Untuk kebutuhan minum, petugas BKSDA Lampung membawa air bersih untuk minum yang di stok selama seminggu. Apabila air tersebut kurang, petugas biasanya akan mengambil air bersih dari pulau terdekat seperti mata air di Pulau Sertung atau Pulau Sebesi.
#. Pemantau Gunung Merapi
Di kawasan ini, terdapat alat pemantau aktivitas gunung berapi. Alat pendeteksi tersebut menggunakan tenaga solar cell untuk mengirimkan informasi ke Badan Vulkanologi Lampung dan Pusat. Bila terjadi peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau, alat pendeteksi ini akan langsung mengirimkan sinyal tersebut. Dari pos terakhir Anak Krakatau, wisatawan akan melihat Pulau Rakata, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang serta Selat Sunda yang menjadi lokasi migrasi fauna bawah laut ke Samudera Hindia. Pemandangan dari pos terakhir ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. (redaksibisniswisata@gmail.com)