SALATIGA, bisniswisata.co.id: Gagasan mewujudkan Kota Salatiga sebagai salah satu destinasi pariwisata heritage yang menarik untuk dikunjungi diinisiasi Perguruan Tinggi swasta di Salatiga yakni Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Insiasi ini lahir setelah UKSW merintis jalan melalui dimensi penelitian guna mendukung Salatiga sebagai destinasi pariwisata heritage.
“Salatiga, baik dari segi benda cagar budaya dan warisan budaya bukan benda–perlu terus dikawal hingga mampu mewujudkan tujuan tersebut,” ungkap Rektor UKSW Neil Semuel Rupidar di Salatiga seperti dilansir laman Republika, Jumat (13/12/2019).
Itikad ini diterjemahkan oleh Biro Pengembangan dan Mobilisasi Sumber Daya, Jurusan Pendidikan Sejarah, Jurusan Destinasi Pariwisata, Jurusan Seni Musik dan Perpustakaan UKSW. “Budaya yang plural adalah kekayaan yang harus jadi dasar untuk melakukan transformasi budaya. Gagasan ini mendapat sambutan positif dari Pemkot Salatiga,” sambungnya,
Neil menambahkan, salah satu langkah awal yang dilakukan UKSW guna menggali lebih jauh potensi wisata heritage ini dimulai dari pengukuhan ‘Forum Heritage Kota Salatiga’ yang bakal diresmikan oleh Wali Kota Salatiga di Recital Hall Fakultas Bahasa dan Seni UKSW, Sabtu (14/12) besok.
Wali Kota Salatiga, Yuliyanto menerima ajakan UKSW. Hal ini disampaikan wali kota saat menerima utusan Biro Pengembangan dan Mobilisasi Sumber Daya UKSW, Esthi Susanti Hudiono dan Kepala Jurusan Destinasi Pariwisata UKSW, Lasti Nur Satiani.
Pemkot Salatiga akan mendukung melalui penerbitkan kebijakan dan anggaran yang mendukung. “Penggerak proyek ini dilakukan oleh UKSW, Pemkot Salatiga dan masyarakat bakal bertindak sebagai fasilitator dan konsolidator,” jelasnya.
Forum Heritage Kota Salatiga secara periodik akan aktif dalam pembahasan oleh para pakar heritage maupun peneliti yang turut meriset Kota Salatiga. Termasuk pembahasan tentang aspirasi pemerintah (legislatif dan eksekutif) hingga tokoh masyarakat terhadap kota Salatiga sekarang dan yang akan datang. Hasil diskusi forum ini bakal menjadi bahan dasar prospektus untuk pembuatan buku sejarah Kota Salatiga dulu, kini dan yang akan datang.
“Forum Heritage Kota Salatiga akan mengawali kiprah pertamanya dengan mengadakan Bincang Buku Geger Pacinan 1740-1743, Persekutuan Tionghoa- Jawa Melawan VOC bersama penulisnya, KRMH Daradjadi Gondodiprodjo,” jelas Neil.
Beberapa destinasi wisata heritage di Salatiga antara lain:
#. Museum Kereta Api Ambarawa
Museum ini letaknya di Kota Ambarawa, sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Semarang atau Jogjakarta, letaknya yang mudah dijangkau. Museum Kereta Api Ambarawa menjadi obyek wisata andalan kota tersebut dan sebagai wisata edukasi, heritage dan sebagai wisata liburan. Banyak hal yang menarik dari museum ini mulai dari sejarah serta isi dari museum itu bisa dipelajari. Di tempat ini kita bisa mengetahui dan belajar tentang banyak hal tentang isi dari Museum Kereta Api Ambarawa yang banyak kereta api yang dioperasikan pada jaman Belanda dan sekarang disimpan di museum kereta api. Di obyek wisata ini anda dapat berkeliling obyek wisata menaiki kereta api kuno yang dijalankan dengan tenaga uap. Juga dapat melihat lokomotif uap jaman Belanda yang disimpan dengan baik di stasiun obyek wisata museum kereta api ini.
#. Prasasti Plumpungan
Prasasti Plumpungan adalah prasasti yang tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dengan garis lingkar 5 meter. Prasasti ini ditemukan di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Prasasti ini sudah berumur kurang lebih 1264 tahun, sebab angka tahun pembuatan prasasti ini adalah tahun 750 Masehi. Isi prasasti sendiri adalah perihal tentang keterangan bebas pajak berupa tanah perdikan. Cara seperti ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh raja-raja di era Mataram Kuno. Biasannya diberikan kepada desa-desa yang memiliki jasa kepada kerajaan. Daerah ini dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti oleh Raja Bhanu meliputi Salatiga dan sekitarnya.
#. Candi Klero
Candi Klero adalah candi Hindu yang sekarang terletak di Desa Ngentak, Klero, Tengaran, Semarang, Jawa Tengah. Ketika pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1995 candi ini dalam kondisi runtuh. Kini, reruntuhan tersebut berhasil dipugar menjadi sebuah bangunan candi oleh BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) daerah Provinsi Jawa Tengah yang sekarang berubah menjadi BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Tengah.