Seorang anak belajar membajak sawah di Desa Wisata Pentingsari, Yogyakarta. ( Foto- foto : desawisatapentingsari.com)
YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Desa wisata Pentingsari, Yogyakarta pada hari-hari biasa menjadi tujuan wisata edukasi mulai dari murid TK hingga mahasiswa, karyawan perusahaan hingga Aparat Sipil Negara ( ASN) dari berbagai provinsi di tanah air untuk melakukan study banding. Di samping kunjungan wisatawan nusantara maupun maupun mancanegara.
Maklum Pentingsari adalah pelopor desa wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga sebelum pandemi global COVID-19 merajalela ke 217 negara, maka pengelola Pentingsari harus membuat daftar tunggu 3-6 bulan untuk mengikuti kegiatan Live In di desa ini.
Kini setelah nyaris dua bulan kehilangan tamu karena protokol kesehatan masyarakat harus belajar, bekerja dan beribadah di rumah serta kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) PSBB, Pentingsari kembali pada kehidupan desa yang sunyi.
” Terus terang ‘ ruh’ desa wisata ini memang program Live in, jadi begitu virus Corona melanda dunia dan tidak ada lagi rombongan yang datang kami kehilangan celoteh riang anak-anak dan gelak tawa mereka,” kata Doto Yogantoro, Penggagas Desa Wisata Pentingsari.
Doto mengatakan, pada 2008 warga mulai membangun mimpi dengan langkah kecil yaitu mengembangkan Desa Wisata Pentingsari dengan harapan dapat menambah nilai kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
Tahun 2019 lalu Pentingsari melayani sedikitnya 22.000 orang wisatawan dalam dan luar negri dengan perputaran uang sekitar Rp 2,2 milyar dari beragam program pilihan Live in , homestay, camping maupun outbound, tambah Doto Yogantoro.
Alumnus Institut Pertanian Bogor ( IPB) ini menjelaskan dari total 140 KK atau 400 jiwa warga Desa Pentingsari, maka yang terlibat langsung sebagai pengelola desa maupun sebagai pemilik homestay ada 100 orang/60 KK. Sementara yang tidak terlibat langsung sekitar 100 orang juga dari 30 KK. Sisanya adalah kelompok mitra yang menyiapkan atraksi dan kegiatan penunjang lainnya untuk kebutuhan tamu.
Saat terjadi wabah global ini, ungkap Doto, karena desa wisata bukan tumpuan utama untuk pendapatan maka warga merasa lebih sebagai kehilangan bonus penghasilan dari aktivitas wisatanya saja dan kehilangan ruh keceriaan para tamu.
” Untuk ketahanan pangan di desa kami masih punya aktivitas di desa sebagai petani, pegawai dan wirausaha lainnya yang memang dari awal sudah menjadi kegiatan semula. Kami lebih menjaga ketahanan sosial budaya desa, saling membantu dan mencari alternatif ketahanan pangan,” ungkapnya.
Bahkan di desa seperti di ibukota provinsi, warga juga mengumpulkan donasi dari masyarakat yang mampu ke keluarga yang kurang mampu. Mereka dengan sendirinya mengurangi pengeluaran sekunder yang tidak perlu demi menjaga ketahanan pangan para tetangganya, kata Doto yang juga Ketua Forkom Desa Wisata Kabupaten Sleman.
Doto sendiri yang kerap diundang ke berbagai daerah sebagai nara sumber dan pembicara ahli untuk mengembangkan desa wisata di tanah air menyikapi musibah ini sebagai introspeksi ke dalam, bahwa desa wisata mandiripun tetap merupakan bagian dari ekosistem yang saling terkait dan saling membutuhkan
“Pengalaman spiritual saya bahwa hidup ini perlu adanya keseimbangan baik secara ekonomi, sosial dan budaya serta kata “cukup” untuk tidak mengeksploitasi kehidupan. Jadi dalam kondisi seperti saat ini saya tidak merasa terlalu kehilangan rejeki materi yang mungkin belum menjadi hak kita ”
Musibah hanya bersifat sementara dan dia beruntung pernah melakukan banyak perjalanan sehingga masih bisa menghibur dengan saling menyapa kawan kawan dari berbagai daedariyang desa wisatanya juga sementara waktu kehilangan tamu.
Desa wisata harus tetap berjalan namun dengan tidak melupakan jati diri sebagai desa yang lebih kuat sebagai komunitas sosial, budaya dan tidak harus disamakan pengembangannya ditiap daerah tapi sesuai karakternya masing-masing saja.
Banjir penghargaan
Berawal dari dusun miskin di antara desa-desa di lereng Gunung Merapi dengan tingkat ekonomi dan pendapatan yang relatif rendah serta kehidupan warga desa yang masih sederhana. Doto bersyukur Pentingsari terus bergeliat maju sebagai salah satu desa wisata di Yogyakarta.
Berbagai prestasi pun sukses diraih, antara lain Juara II Festival Desa Wisata Kabupaten Sleman Tahun 2018 untuk Kategori Desa Wisata Mandiri. Kemudian Best Practise Tourism Ethics (UNWTO) 2011, ISTA 2017 (Green Bronze Benefit Economi Katagori), dan Green Destination Award Netherland Nomination 2019.
Desa Pentingsari terletak di lereng Gunung Merapi, sekitar 22,5 km dari pusat kota. Mengangkat tema Desa Ramah Lingkungan Kebudayaan dan Pertanian, Pentingsari menawarkan kegiatan wisata pengalaman dalam bentuk pembelajaran dan interaksi.
Khususnya tentang alam, lingkungan, pertanian, perkebunan, kewirausahaan, kehidupan sosial-budaya, dan berbagai seni tradisional, serta kearifan lokal yang masih sangat mengakar di masyarakat.
Banyak pelajar mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak hingga mahasiswa juga datang dengan tujuan mengikuti program Live In, merasakan tinggal di desa dan beraktivitas bersama pengelola dan warga setempat selama 1-3 hari atau sesuai kebutuhannya.
Kalangan perguruan tinggi dan perusahaan juga banyak yang mengikuti paket Live In di desa wisata ini mengikuti kegiatan outing atau gathering untuk perusahaan. Banyak perusahaan besar menggunakan kegiatan wisata pedesaaan ini untuk refeshing karyawannya.
Kegiatannya menggabungkan kegiatan tour, fun game (team work, teambuilding, leadhership, comunication, motivation) untuk menumbuhkan jiwa sosial kemasyarakatan dan kental unsur pendidikan bagi karyawan tersebut.
Kondisi lingkungan di desa wisata ini masih sangat alami hembusan udara yang sejuk, rindangnya berbagai jenis tanaman, riuhnya suara ocehan burung di alam bebas, ramahnya penduduk desa bisa dijumpai di sepanjang jalan dusun Pentingsari.
Sementara di sisi yang lain hamparan sawah, berbagai jenis tamanan sayur-sayuran yang sudah dikelola dengan sistem yang baik oleh penduduk memberi warna keindahan tersendiri Desa Wisata Pentingsari.
Tak heran kegiatan outbond di alam terbuka menjadi andalan karena outbond ini suatu bentuk pembelajaran perilaku kepemimpinan dan manajemen di alam terbuka dengan pendekatan yang unik dan sederhana tetapi efektif karena pelatihan ini tidak sarat dengan teori-teori.
Peserta menerapkan langsung elemen-elemen yang mendasar yang bersifat sehari-hari, seperti saling percaya, saling memperhatikan serta sikap proaktif dan komunikatif. Dimensi alam sebagai objek pendidikan bisa menjadi laboratorium sesungguhnya dan tempat bermain yang mengasyikan dengan berbagai metodenya
Tak heran untuk melayani beragam segment wisatawan yang datang terutama untuk program Live In daftar tunggunya bisa 3-6 bulan baru bisa dilayani oleh pengelola desa wisata Pentingsari. Sementara untuk program satu haripun peminat terutama yang datang berombongan juga punya daftar tunggu.
Menuju desa wisata Pentingsari bisa di tempuh dalam waktu kurang lebih satu jam perjalanan dari kota Jogja. Dari Jogja ke utara melintasi di Jalan Kaliurang. kemudian setelah sampai perempatan Pakem, belok ke kanan (timur) menuju rumah makan Morolejar. jalan menajak dan terus naik lagi sekitar 2 km di sebelah kiri jalan sudah ada plang petunjuknya desa wisata Pentingsari.
Desa ini tepatnya disebut Dusun Pentingsari berbentuk seperti semenanjung dimana sebelah barat terdapat lembah yang sangat curam yaitu kali Kuning dan sebelah selatan terdapat lembah yang berupa Goa Ledok / Ponteng.
Di sebelah timur Gondoran terdapat lembah yang curam yaitu Kali Pawon dan sebelah utara merupakan dataran yang dapat berhubungan langsung dengan tanah di sekeliling kelurahan Umbulharjo sampai ke pelataran gunung Merapi. Dusun Pentingsari terdiri dari dua dusun yaitu Bonorejo dan Pentingsari.
Keunikan Pentingsari lainnya adalah obyek wisata Pancuran Suci Sendangsari yang dipercaya oleh masyarakat dusun Pentingsari dan sekitarnya sebagai tempat bertemunya Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarup yang melegenda.
Air pancuran dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat awet muda dengan minum atau cuci muka dengan air ini. Lokasi obyek ini sangat kental dengan nuansa mistis dan nuansa keindahan lembah sungai kuning.
Obyek lainnya adalah Luweng, merupakan salah satu bukti betapa luasnya perjuangan Pangeran Diponegoro dalam mengusir penjajah Belanda di Yogyakarta , luweng pada saat itu digunakan sebagai alat masak warga dusun Pentingsari dalam menyediakan konsumsi bagi tentara Pangeran Diponegoro, disamping sebagai tempat persembunyian bila dalam posisi terdesak.
Ada pula Rumah Joglo, rumah adat di DIY dan Jawa Tengah yang berada di poros Desa Wisata Pentingsari. Disamping menampilkan karakteristik keindahan dan budaya di rumah Joglo ini dapat digunakan sebagai tempat pertemuan, diklat, pentas seni dan budaya
Daya tarik lainnya adalah Batu dakon yang konon masih ada kaitanya dengan obyek Luweng. Batu ini dipercaya sebagai tempat mengatur setrategi perang dan meramal nasib pada waktu perjuangan mengusir penjajah Belanda.
Sedangkan Batu Persembahan dipercaya digunakan sebagai tempat persembahan kepada ular besar yang singgah di Ponteng. Dipercaya sebagai anak dari Baru Klinting yang singgah di Gunung Merapi, bentuk persembahan dipercaya seekor kera yang datang dari Gunung Merapi tiap bulan Suro ( bulan jawa)
Nah obyek lainnya adalah Ponteng, tempat pertemuan sungai Kuning dan Sungai Pawon ( tempuran ) di Ujung Selatan Dusun Pentingsari di percaya ada sebuah goa sebagai tempat singgahnya ular besar anak dari baruklinting.
Kondisi alam di Desa Wisata Pentingsari yang diapait oleh Dua Sungai (Sungai Pawon dan Sungai Kuning ) sangat cocok untuk trakking remaja, anak-anak,dewasa dan orang tua dengan melewati jalur susur sungai, melewati hamparan sawah, naik turun tebing dengan terowongan yang sangat unik dan indah, melewati rindangnya berbagai jenis tanaman kehutanan.
Nah, terbayangkan kalau tidak ada lagi wabah Corona mengapa Pentingsari tetap dirindukan oleh berbagai kalangan ?. Yuk stay at home traveling tomorrow, tetap di rumah dulu ya, besok kelar COVID -19 kita siap berwisata lagi ke Desa Wisata Pentingsari.