DAERAH

Bidadari Mandi, Daya tarik Wisata Budaya Wakatobi

WAKATOBI, bisniswisata.co.id: Wakatobi di Sulawesi Tenggara terkenal dengan wisata baharinya yang memukau. Keindahannya pun sempat dianugerahi sebagai Best Resort and Spa dari Dive’s Magazine Travel Award di peringkat ketiga. Pesona bawah laut Wakatobi kerap masuk dalam daftar kunjungan para penyelam dan para pecinta olahraga diving. Di sini, wisatawan dapat melihat secara langsung beragam jenis terumbu karang dan biota laut lainnya.

Ternyata Wakatobi digugusan kepulauan yang diapit Laut Banda dan Laut Flores ini, juga memiliki atraksi budaya yang menarik Festival Benteng Tindoi Maleko 2019, yang digelar di Pantai Molii Sahatu (Pantai Seratus Mata Air) desa Patuno Kecamatan Wangi-Wangi Wakatobi, pada Rabu (20/08/2019).

Festival ini merupakan prosesi adat Hesofui Bijajari atau Mandi Bidadari. Hesofui Bijajari diilhami dari nama Pantai Molii Sahatu. Dahulu kala di tempat itu, konon merupakan tempat mandinya para bidadari (bunga-bunga desa). Cerita ini masih dipercaya masyarakat setempat hingga saat ini, bahkan menjadi daya tarik baru wisata budaya Wakatobi.

“Dikisahkan gadis cantik di masa lalu masih jarang bertatap muka dengan pemuda. Para pemuda mencoba mencari perhatian para gadis-gadis cantik dengan mengintip mereka sedang mandi,” kata Bupati Wakatobi Arhawi seperti dilansir laman Kontan, Senin (26/08/2019).

Prosesi Mandi Bidadari ini, diikuti 20 orang gadis dari setiap desa atau kelurahan se-kecamatan Wangi-Wangi. “Mudah-mudahan setelah acara, anak-anak muda langsung melamar gadis-gadis cantik ini,” kata Arhawi.

Bupati melanjutkan Wakatobi berupaya menghidupan kembali kebudayaan yang ada di masyarakat. Salah satu kebudayaan yang kembali digaungkan yakni rangkaian Tandei Maleko. “Jadi pemerintah daerah terus berupaya mendorong kembali nilai budaya Wakatobi. Kami mencari daya tarik selain bawah laut. Ternyata kebuadayaan ini cukup menarik juga, diharapkan tahun depan digelar kembali dan menjadi daya tarik wisatawan asing untuk datang,” lontarnya.

Dijelaskan Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara memiliki 32 atraksi kebudayaan. Karenanya, sebagai salah satu 10 Bali Baru melalui kebudayaan menjadikan Wakatobi semakin menarik bagi wisatawan. “Mandi Bidadari merupakan rangkaian acara Tandei Maleko. Kebudayaan ini terdiri empat kegiatan yakni Kabuengah, Hejari Kampo, Mandi Bidadari, dan Hedole-dole. Dari rangkaian acara tersebut, disebutnya hanya Kabuengah yang rutin dilakukan tiap tahun. Sedangkan sisanya, terakhir dilakukan pada tahun 1970-an,” paparnya.

Bupati bersama masyarakat wakatobi mencoba kembali menghidupkan keseluruhan rangkaian kebudayaan itu guna makin menarik wisatawan. Diharapan kegiatan kebudayaan tersebut terus rutin dilakukan tiap tahunnya. “Semoga bisa rutin dan menghidupkan kembali kebudayaan lainnya,” tutupnya.

Tak heran jika acara Mandi Bidadari juga menarik minat gadis-gadis dari luar Wakatobi. Sebut saja Puput, gadis cantik asal Kendari ini rela untuk ke Wakatobi demi Mandi Bidadari. “Saya penasaran dan tertarik ikut Mandi Bidadari. Ini acara adat yang baru dihidupkan kembali setelah sekian lama,” paparmPuput.

Suasana proses Mandi Bidadari begitu meriah. Tampak raut wajah para gadis-gadis cantik Wangi-Wangi begitu sumringah, penuh senyuman. Semakin sempurna dengan iringan musik gambus tradisional yang dikenal dengan khabanti-bantia yang dibawakan langsung oleh sang maestro La Kamaludin. Konsep Hesofui Bijajari dalam Festival Benteng Tindoi Maleko 2019, dikemas dalam bentuk Mandi Safar atau dikenal di masyarakat dengan sebutan Hesofui Safara.

Menurut Camat Wangi-wangi Sahibuddin Najib, pihaknya sengaja menghadirkan Hesofui Bijajari untuk menarik minat bagi masyarakat yang hendak berkunjung ke Festival. “Ternyata sambutannya sangat luar biasa. Semoga tahun – tahun berikut bisa digelar secara rutin setiap tahunnya,” harapnya. (NDY)

Endy Poerwanto