ilustrasi dari www.pinhome.id
Oleh : Nur Hidayat
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Bidadari dunia artinya wanita shalihah, Juga berarti calon penghuni surga. Orang yang sudah bisa memindahkan kehidupan surgawi ke dalam jiwanya, sejak ia masih hidup di dunia sehingga ia menjadi orang yang paling berbahagia.
Al-Qanitat (wanita yang tidak tergoda gemerlapnya) perhiasan dunia di tengah banyaknya wanita yang tergoda. Gelar Al-Qanitat ini tidak sembarang wanita bisa menggapainya.
Syaikh Walid Abdussalam Bali hafizhahullah pernah mengisahkan tentang wanita yang menjaga diri dan mengenakan cadar. Dia tidak mau pergi ke dokter laki-laki selama ada dokter wanita. Syaikh mengatakan, bahkan wanita ini sedang hamil.
Ketika tiba waktunya melahirkan mereka membawanya ke rumah sakit khusus perempuan dan persalinan yang semua dokternya wanita. Ia pun masuk. Para perawat memasukkannya ke dalam ruang khusus untuknya. Lalu, ia menunggu kedatangan dokter wanita.
Setelah beberapa saat, tiba-tiba pintu ruang dibuka oleh dokter laki-laki yang hendak menanganinya. Ketika melihat dokter laki-laki, wanita yang tengah hamil itu berteriak dan secepatnya menutupkan kerudungnya pada wajahnya seraya berkata, “Keluarkan dia, keluarkan dia!”
Dokter laki-laki ini marah besar. Dia tidak mengetahui etika Islam dalam hal ini dan tidak mempunyai komitmen yang kuat terhadap syariat Islam.
Keadaan semakin genting lantaran posisi janin yang di dalam perutnya berbalik (sungsang). Dokter laki-laki ini berkata kepada perawat, “Tinggalkan dia di dalam ruang itu dan tutup pintunya! Biarkan saja dia, hingga mati seperti ini!”
Ternyata, mereka benar-benar membiarkan dan menutupnya di dalam ruangan. Tetapi mereka tidak meninggalkan sendirian, karena mereka menitipkan kepada Rabbnya.
Dia takut kepada-Nya bila wajahnya terlihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya sehingga menyalahi perintah Rabbnya Yang Maha Kuasa. Wanita ini pun memohon kepada-Nya dengan penuh ketundukan dan tidak henti-hentinya memanjatkan doa.
Saat perempuan shalihah ini dalam keadaan seperti ini, ada dorongan pada dirinya hingga membuat posisi janin dalam perutnya normal. Kemudian dia menahan sebentar untuk istirahat.
Setelah itu, datanglah dorongan berikutnya hingga janin keluar: dengan perintah pencipta-Nya sebagai balasan atas sikapnya yang takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan kesadarannya bahwa Dia senantiasa mengawasinya.
Ketika mendengar tangisan bayi yang baru dilahirkan, para perawat wanita yang saat itu berada di luar ruangan langsung bergegas masuk dengan tercengang.
Mereka segera membersihkan dan mengurus bayi itu sebagaimana layaknya. Setelah mereka menanyakan apa yang terjadi padanya, wanita yang baru melahirkan itu memberitahukan apa yang baru saja dialaminya kepada mereka. (Dikutip dari buku _300 Dosa Yang Diremehkan Wanita_ (terjemah), karya Syaikh Nada Abu Ahmad.
Nyanyian kotor
Sepuluh sifat wanita muslimah. 1. Iman kepada Allah yang senantiasa menyertai siang dan malam, ketika mukim (di rumah) maupun di perjalanan, sedang duduk berdiri atau berbaring. 2. Berdiam di rumah dan tidak bertabaruj (Bersolek untuk orang lain).
3. Menundukkan pandangannya dan menjaga dirinya. 4. Menjaga lisannya dari ghibah (menggunjing) dan naminah (Adu domba) 5. Menjaga pendengarannya dari nyanyian, ucapan kotor dan sejenisnya.
6. Menghormati suami, menunaikan haknya, berusaha membuatnya tentram dan mentaati dalam ketaatan kepada Allah. 7 Hemat dalam kehidupan, tidak boros dalam makanan, pakaian dan tempat tinggal. 8.Tidak menyerupai laki-laki.
9. Berusaha menjaga shalat, puasa dan sedekah sunnah. 10. Menjadi dai di kalangan wanita. Menyeru kepada kebaikan dan melarang kemungkaran.
Perawat perintis
Mary Seacole, pahlawan wanita dan perintis perawat yang hampir dilupakan setelah kematiannya. Bersama dengan Florence Nightingale, Seacole adalah perawat perintis dan pahlawan wanita Krimea.
Pekerjaan besarnya dalam keperawatan sebagian “besar dilupakan” selama hampir satu abad setelah kematiannya.
Lahir di Kingston, Jamaika, pada tahun 1805, dengan nama asli Mary Jane Grane: putri tentara Skotlandia di Angkatan Darat Inggris dan perawat Jamaika. Ketika itu, Jamaika adalah koloni Inggris dan (bersama dengan koloni Karibia lainnya), fokus pada perdagangan budak supaya terus berkembang.
Ras campuran, Mary secara teknis lahir ‘bebas’. Keluarganya menikmati sedikit hak sipil.
Sejak usia dini, Mary menunjukkan minat besar dalam kedokteran. Dia mempelajari keterampilan dari ibunya, yang mengelola rumah kos yang Blundell Hall, tempat merawat tentara terluka.
Ibunya, yang dijuluki ‘dokter’ adalah tabib yang menggunakan pengobatan tradisional Karibia untuk membantu “menyembuhkan” orang sakit, seperti dilansir igrid.id..
Keterampilan ibunya diturunkan pada Mary yang menikmati “penyempurnaan” keterampilannya pada bonekanya.
Dalam otobiografinya, Mary menulis, “Sangat wajar jika saya mewarisi keterampilannya. Sejak masa muda saya memiliki kerinduan akan pengetahuan dan praktik medis yang tidak pernah meninggalkan saya.”
“Namun, saya masih sangat muda ketika saya mulai memanfaatkan sedikit pengetahuan yang saya peroleh dengan melihat ibu saya, pada pasien, yaitu boneka saya.” Penyakit apa pun yang paling umum di Kingston, pasti boneka malang saya segera tertular, tuturnya.
Tidak lama Mary muda membantu ibunya menjalankan Blundell Hall. Saat remaja dia menemukan gairah besar lainnya, yaitu bepergian.
Setelah melakukan dua perjalanan ke London, ia menghabiskan total tiga tahun untuk memperoleh pengetahuan pengobatan Eropa modern, Mary berkelana ke Bahama, Kuba, dan Haiti.
Tahun 1826, dia kembali ke Jamaika untuk merawat pelindungnya, “wanita tua yang telah memberikan dukungan keuangan”.
Pada 1836, ia menikah dengan orang Inggris Edwin Horatio Hamilton Seacole. Pasangan itu mendirikan toko perlengkapan di barat daya Jamaika, namun gagal berkembang.
Pada tahun 1843, sebagian besar Blundell Hall terbakar habis dan tahun 1844, Edwin meninggal setelah jatuh sakit. Mary menyusul kemudian.
Penulis adalah: Senior journalist, pemerhati pariwisata & Free Individual traveler