Masakan Indonesia bubur ayam, hasil jepretan @husniatisalma ( foto: unsplash.com)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Memfoto makanan pesanan setelah disajikan di meja menjadi hal yang lumrah jika berada di Cafe atau Restoran. Disadari atau tidak, kegiatan ini sudah menjadi sebuah budaya atau tren sekarang ini. Kenapa bisa disebut budaya? Karena dilakukan secara terus menerus, dan dilakukan oleh banyak orang.
Budaya foto sebelum makan dan meng-uploadnya atau menggunggahnya ke media sosial, apapun niatnya jangan lupa berdoa dulu ya, berterima kasih pada Allah SWT karena masih mampu menikmati berkahnya menyantap makanan yang indah di mata dan enak dilidah serta sehat tentunya.
Terlepas pada niat mereka yang datang ke Resto atau Cafe mewah dan mahal hanya demi eksistensi mereka dengan cara meng-upload makanan di media sosial agar mendapat ‘pengakuan’ dari teman-teman baik di media sosial atau di dunia nyata, foto-foto makanan itu cukup menggiurkan dan cepat viral jika netizen tergiur baik dari penampilan, review rasa maupun harganya yang terjangkau.
Bagi mereka yang suka kuliner maka budaya ini, melihat foto-foto makanan sekaligus bisa mencari referensi dimana bisa menikmati menu makanan yang disediakan, harga makanan dan fasilitas yang disediakan mulai dari street food alias di kaki lima hingga ke restoran mahal.
Tak salah memang jika Booking.com perusahaan e-commerce travel terbesar di dunia mengeluarkan riset di bulan Desember 2019 dan mengungkapkan
hampir sepertiga dari wisatawan global (31%) berencana untuk mengambil lebih banyak foto makanan di tahun 2020 dan ini memang kebiasaan yang sangat populer di antara traveler Asia untuk memamerkan makanan mereka yang unik selama perjalanan.
Asia adalah percampuran budaya, dan itu terlihat dari ragam jajanan yang mereka miliki. Kawasan ini menjadi hidup di malam hari, di antara gedung-gedung pencakar langit dan restoran mewah, kota-kota metropolitan Asia memiliki “harta” tersembunyi dari apa yang mereka tawarkan di restoran, di antara jalan-jalan yang ramai.
Kita akan menemukan masyarakat dari berbagai kalangan di satu jalan dengan penjual makanan yang memuaskan hasrat kuliner mereka dengan kearifan lokal dan hidangan pedas.
Pepatah mengatakan kita makan dengan “indra penglihatan” kita, hal ini terbukti karena 61% mengatakan mereka memilih destinasi wisata karena makanan atau minuman yang lezat dan lebih dari separuh wisatawan global (51%) memilih mencari pasar jajanan lokal.
Wah pantas saja media sosial kini dipenuhi foto-foto yang memamerkan petualangan perjalanan dan makan foodie adventures. Makanan yang cantik, cerah dan tidak biasa adalah cara sempurna untuk memenuhi feed dan memamerkan makanan hasil penjelajahan wisata.
Riset lainnya dari Booking.com di tahun 2018 melalui survey online dengan total 56,727 responden yang diselesaikan pada bulan Oktober 2017 di berbagai negara menunjukkan hampir sepertiga dari wisatawan (31%) berencana untuk mengambil lebih banyak gambar makanan dalam kegiatan travelingnya.
Ternyata wisatawan yang gemar jeprat-jepret sebelum makan itu untuk survey di Indonesia mencapai 50%. Kegiatan ini juga populer di antara pelancong asal Asia seperti China (65%), India (57%), Thailand (53%) dan Hong Kong (48%).
Pepijn Rijvers, Senior Vice President dan Chief Marketing Officer di Booking.com mengatakan, “Makanan memegang peranan penting bagi kita dalam pilihan perjalanan dan terutama dalam keseluruhan pengalaman perjalanan,” ujarnya.
Mencoba makanan lokal atau street food merupakan cara terbaik bagi para wisatawan untuk merasakan budaya lokal sebenarnya, dan tenggelam dalam komunitas lokal, serta eksplor sesuatu yang baru dan berbeda.
Rijvers mengatakan dengan menggunakan referensi dari ulasan para wisatawan maka hal ini membantu dalam mengidentifikasi tempat terbaik untuk dicoba dan tempat terbaru untuk dijelajahi sehingga dapat merasakan setiap kenikmatan di seluruh dunia.