YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Sambal adalah makanan pendamping setia yang selalu ada di meja makan orang Indonesia. Bahkan, makanan tradisional ini, punya keajaiban memanjakan lidah para pecinta pedas sekaligus menggoda selera makan. Belum puas makan tanpa didampingi sambal, begitu pameo yang viral di nusantara. Dahsyatnya kelezatan sambal pun, sudah diakui dunia.
Di dalam negeri sendiri, para pecinta kuliner bukan hanya memburu kuliner tradisional. namun juga mencari sambal yang pas dilidah juga bisa mengeluarkan keringat akibat pedasnya sambal. Dan beragamnya menu sambal ternyata menjadi peluang sekaligus potensi bisnis yang menggiurkan.
Salah satunya Waroeng Spesial Sambal (Waroeng SS) di Yogyakarta. Sambal bukan menu baku yang sudah ada sejak warung itu beroperasi. Warung yang didirikan oleh Yoyok Hery Wahyono sejak 2002 dan kini memiliki 89 gerai di Indonesia itu, memberlakukan kompetisi untuk berbagai menu sambal yang dihadirkan.
“Menu sambal yang penjualannya paling sedikit akan kami ganti dengan menu sambal lainnya. Jadi semacam audisi. Saat ini, ada 32 menu sambal di Waroeng SS yang seluruhnya merupakan menu olahan resep yang berasal dari Jawa, Sulawesi, dan Bali. Total penjualan seluruh jenis sambal dari semua outlet itu sebulan itu sekarang sekitar satu juta porsi,” lontar Yoyok, di Yogyakarta seperti dilansir laman Tempo.co, Rabu (24/04/2019).
Yoyok tak akan menambah lagi menu sambal melebihi jumlah yang tersedia saat ini karena bakal membingungkan konsumen. Sebab itu, cara yang bisa ditempuh jika hendak menambah menu sambal baru adalah dengan menghilangkan dulu menu sambal yang penjualannya di peringkat terbawah. “Tak mungkin menambah menu sambal baru jadi lebihi dari 32 menu yang ada. Terlalu banyak juga tidak bagus untuk pilihan konsumen,” ungkapnya.
Pertimbangan pada konsumen itu pula yang membuat Yoyok belum berani menerapkan menu sambal khas seluruh Nusantara di warungnya. Seperti sambal khas Kalimantan atau Sumatera atau daerah lain di Indonesia.
Yoyok menuturkan sejumlah menu sambal khas Nusantara memang dia adopsi untuk memperkaya pilihan menu sambah untuk pelanggan.Terlebih di Yogyakarta yang merupakan gudangnya mahasiswa dari berbagai wilayah Indonesia.
Sebelumnya sempat ada Sambal Leunca khas Sunda di Waroeng SS. Namun belakangan menu itu sudah diganti menjadi baru. Salah satunya menu sambal Dabu Dabu Kuah khas Sulawesi. Harga menu sambal di Waroeng SS sendiri berkisar Rp.2.000 hingga Rp 7.000 per porsi.
Di awal berdiri pada 2002 di Jalan Kaliurang Yogya, Waroeng SS menyajikan sedikitnya 15 macam sambal dan aneka lauk serta sayur yang seluruhnya dibuat made by order.
Menurut Yoyok, sambal menjadi menu unggulan di warungnya karena bahan bakunya mudah dicari. Cukup mengandalkan pasokan bahan dari para petani dalam negeri. “Kebutuhan cabai untuk menu sambal kami sebanyak 1,5 ton per hari untuk seluruh gerai di Indonesia. Dan semua sudah ada pemasoknya dari dalam negeri,” ujarnya.
Penjualan tertinggi atau yang paling banyak diorder peringkat pertama adalah menu sambal bawang segar yang rata-rata perbulan penjualannya mencapai 100 ribu porsi. Peringkat kedua ada sambal terasi segar dengan penjualan perbulan mencapai 95 ribu porsi, dan urutan ketiga sambal terasi matang yang rata rata perbulan terjual sebanyak 85 ribu porsi.
Ketiga sambal yang penjualan tertinggi di Waroeng SS itu sendiri harganya di Yogya per porsi hanya Rp 2.000 – 2500. Sambal paling mahal harganya hanya Rp 7.000 per porsi yakni Sambal Udang Pedas.
Yoyok menduga kuatnya pamor sambal bawang dan sambil terasi sehingga sangat digemari pengunjung warungnya karena kedua jenis sambal itu merupakan sambal legendaris, yang sudah dikenal dan ada secara turun temurun di tanah air. “Mungkin karena sambal bawang dan terasi itu sudah seperti bagian tradisi, sudah sangat umum dan dikenal masyarakat sebagai sambal yang disajikan di rumah,” ujar Yoyok.
Saking favoritnya sambal bawang dan terasi, selama 17 tahun beroperasi, Waroeng SS pun membuat lebih banyak varian dari kedua sambal itu. Misalnya untuk sambal bawang ada sambal bawang segar, sambal bawang bakar/goreng, sambal bawang gobal-gabul, sambal bawang tomat, dan sambal bawang brambang goreng.
Sedangkan untuk sambal terasi ada varian sambal terasi segar, sambal terasi matang, sambal terasi brambang tomat, dan sambal terasi tomat segar. Dan favoritnya sambal bawang dan terasi si Waroeng SS juga diikuti dengan menu lauk pauk populer. Ada sekitar 28 lauk di Waroeng SS, namun yang menjadi peringkat tertinggi penjualan setiap bulan tetaplah menu ayam goreng, telur, dan lele. “Rata-rata tiga lauk favorit itu penjualannya per bulan masing masing juga 100 ribu porsi per bulan dari seluruh outlet,” ujarnya.
Menu lauk pauk di Waroeng SS sendiri terbilang masih harga kantong mahasiswa alias terjangkau. Ini membuat warung itu tak pernah sepi siang malam. Misalnya harga menu ayam goreng per porsi Rp 10 ribu untuk ayam biasa dan Rp 16 ribu untuk ayam kampung. Sedangkan untuk menu telur harganya per porsi Rp 4.500 untuk masak dadar atau ceplok biasa dan Rp 5.000 untuk menu telur gobal gabul (memakai irisan cabai). Adapun untuk lele goreng hanya berkisar Rp 7.500 per porsi. Mau coba? (NDY)