JAKARTA, Bisniswisata.co.id: PT Angkasa Pura I (Persero) mengalokasikan belanja modal (capital expenditure) hingga Rp18,8 triliun pada tahun 2018. Total belanja modal yang dipersiapkan terdiri Rp14,8 triliun untuk pengembangan bandara, sisanya Rp4 triliun dipergunakan untuk operasional rutin.
“Sebagian besar dana tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan seluruh bandara yang dioperasionalkan oleh perseroan,” kata
Corporate Secretary AP I, Israwadi seperti dilansir laman Bisnis.com, Selasa (6/2/2018).
Dilanjutkan, perusahaan juga berharap dapat segera mengelola enam bandara yang selama ini dikelola Kementerian Perhubungan (Unit Pelaksana Bandar Udara) yaitu Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Sentani Jayapura, Bandara Juwata Tarakan, Bandara Syukuran Aminudin Amir Luwuk, Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, dan Bandara Samarinda Baru.
Sepanjang 2017, perusahaan pengelola 13 bandara di kawasan tengah hingga timur Indonesia ini telah menggelontorkan investasi sebesar Rp4,6 triliun yang terdiri dari Rp2,3 triliun untuk pengembangan bandara dan Rp2,3 triliun untuk investasi bidang keselamatan dan pelayanan.
Data yang dihumpun AP I mencatatkan kinerja cukup baik sepanjang 2017. Ini ditunjukkan dengan turunnya jumlah bandara merugi. Jumlah bandara yang masih merugi sebanyak lima bandara pada 2016. Namun pada kinerja 2017 menjadi hanya tiga bandara. Ketiga bandara tersebut yaitu bandara yang jumlah penumpangnya di bawah 2 juta orang per tahun. Seperti Bandara El Tari Kupang, Bandara Pattimura Ambon, dan Bandara Frans Kaisiepo Biak.
Tahun 2018, guna meningkatkan kinerja AP I akan fokus pada peningkatan kualitas layanan di 13 bandara yang dikelola perseroan, seperti inovasi pelayanan di terminal, penerapan smart airport dan digitalisasi proses bisnis perusahaan.
Selain itu, AP I melakukan percepatan pembangunan tiga bandara yang masuk dalam proyek strategis nasional, yakni Bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin, Bandara Ahmad Yani Semarang, dan Bandara Internasional Baru Yogyakarta. Karenanya, peseroan mematok target pendapatan di 2018 sebesar Rp 8,7 triliun atau meningkat 16 persen dari realisasi pendapatan Tahun 2017 (unaudited) sebanyak Rp 7,5 triliun.
Bahkan, kontribusi pendapatan juga dari peningkatan kapasitas dan utilisasi alat produksi sisi udara bandara-bandara, dan peningkatan pendapatan lima anak perusahaan yakni Angkasa Pura Suport, Angkasa Pura Logistik, Angkasa Pura Properti, Angkasa Pura Hotel, serta Angkasa Pura Retail.
Israwadi menuturkan, sepanjang 2017, AP I mampu meraup laba bersih (unaudited) sebesar Rp 1,4 triliun, atau tumbuh 23 persen jika dibanding 2016 sebesar Rp 1,1 triliun. Perusahaan pengelola 13 bandara di kawasan tengah hingga timur Indonesia ini membukukan pendapatan operasional sebesar Rp 7,1 triliun atau meningkat 17 persen dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 6,1 triliun.
Dari pendapatan operasional tersebut, Rp 4,2 triliun berasal dari bisnis aeronautika yang meliputi Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U), Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), layanan aviobridge, check-in counter, dan layanan baggage handling system. Sisanya Rp 2,9 triliun berasal dari bisnis non-aeronautika yang meliputi sewa ruang, konsesi, reklame, parkir, peron, lounge, event promotion, dan lainnya.
Menurutnya, peningkatan pendapatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan penumpang, pesawat, dan kargo. Ia menyebutkan, peningkatan trafik pesawat tercatat sebesar 3,5 persen dari 764.531 pergerakan pada 2016 menjadi 791.496 pergerakan pada 2017.
Sedangkan, trafik penumpang tumbuh 6 persen dari 84,7 juta orang pada 2016 menjadi 89,7 juta orang pada 2017. Begitu juga kargo tumbuh 11,4 persen dari 362 juta kilogram (kg) pada 2016 menjadi 403 juta kg pada 2017. “Dana investasi yang telah kami gelontorkan tahun lalu sebesar Rp 4,6 triliun, terbagi Rp 2,3 triliun untuk pengembangan bandara dan Rp 2,3 triliun untuk investasi bidang keselamatan dan pelayanan,” tandasnya. (NDHYK)