Jumpa pers daring WHO di Jenewa.( Foro: WHO)
JENEWA, bisniswisata.co.id: World Health Organization ( WHO) menilai ke depan, larangan perjalanan internasional tidak berlaku. Negara-negara di dunialah yang harusnya berbuat lebih banyak untuk mengurangi penyebaran virus Corona baru di wilayah perbatasan mereka.
Kepala Program Kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan larangan perjalanan tidak berkelanjutan. Akan hampir mustahil bagi masing-masing negara untuk menutup perbatasan mereka untuk masa mendatang karena sektor ekonomi harus terbuka, orang harus bekerja dan perdagangan harus dilanjutkan
“Gelombang infeksi kedua telah mendorong negara-negara untuk memberlakukan kembali beberapa pembatasan perjalanan dalam beberapa hari terakhir. Padahal hanya dengan kepatuhan ketat hal itu bisa diatasi,kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia itu.
Kepatuhan ketat itu seperti disiplin menggunakan masker hingga menghindari keramaian maka dunia akan berhasil mengalahkan pandemi COVID-19, tambahnya pada briefing virtual dengan kalangan pers, kemarin.
“Di mana langkah-langkah ini diikuti, maka kasus COVID-19 turun. Di mana tidak patuh sebaliknya kasus akan naik,” katanya sambil memuji Kanada, China, Jerman dan Korea Selatan karena mampu mengendalikan wabah.
“Yang jelas adalah tekanan pada virus mendorong angka-angka ke bawah. Lepaskan tekanan itu dan kasusnya naik kembali.” timpal Mike Ryan lagi.
Tedros juga mengatakan bahwa komite darurat badan kesehatan PBB akan bersidang untuk memeriksa kembali deklarasi bahwa wabah tersebut merupakan “darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional”.
Deklarasi yang disebut Public Health Emergency of International Concern ( PHEIC) menandai tingkat waspada tertinggi di bawah aturan kesehatan internasional yang harus dievaluasi ulang setiap enam bulan.
” Kamis besok menandai enam bulan sejak WHO menyatakan COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional,” kata Tedros.
Sebelum COVID-19, WHO hanya membuat deklarasi seperti itu lima kali sejak Peraturan Kesehatan Internasionalnya berubah pada 2007, untuk flu babi, polio, Zika dan dua kali untuk wabah Ebola di Afrika.
Ada sedikit keraguan bahwa komite darurat akan mempertimbangkan bahwa pandemi masih merupakan darurat kesehatan masyarakat global, tetapi berpotensi dapat mengubah beberapa rekomendasinya tentang bagaimana WHO dan dunia harus merespons karena situasi telah berubah secara dramatis sejak deklarasi dibuat.
“Ketika saya menyatakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada 30 Januari 2020, ada kurang dari 100 kasus di luar China, dan tidak ada kematian,” kata Tedros.
Tetapi sejak itu, jumlah kasus telah melonjak melewati 16 juta, dengan hampir 650.000 kematian di seluruh dunia. “COVID-19 telah mengubah dunia kita. Ia telah menyatukan orang, komunitas, dan bangsa, dan membuat mereka terpisah,” kata Tedros.
WHO telah menghadapi kritik dari negara-negara tertentu untuk tanggapan pernyataan dan tuduhan-tuduhan terlalu lambat mengambil tindakan, tapi tuduhan itu dibantah keras oleh organisasi itu.
“Selama enam bulan terakhir, WHO telah bekerja tanpa lelah untuk mendukung negara-negara mempersiapkan dan menanggapi virus ini. Saya sangat bangga dengan organisasi kami, WHO, dan orang-orangnya yang luar biasa dan upaya mereka.” kata Tedros.
Dia sendiri selama berbulan-bulan menghadapi serangan tanpa henti dari Presiden AS Donald Trump, yang menuduh WHO sebagai “boneka China”. Awal bulan ini Trump memanfaatkan ancamannya untuk mulai menarik diri yang sebelumnya AS merupakan donor terbesar WHO.