BANGKOK, bisniswisata.co.id: Thailand, yang terkenal dengan ibukotanya yang dinamis, Bangkok, kuil-kuil yang indah, daerah pegunungan yang masih asli, dan segudang pulau yang indah, telah lama menjadi andalan pemasaran pariwisata.
Destinasi ini menawarkan beragam pengalaman mulai dari retret yoga yang tenang hingga kehidupan malam yang semarak. Namun, perkembangan terkini telah menimbulkan tantangan besar bagi sektor pariwisata Thailand.
Dilansir dari www.traveldailynews.asia, sebelum pandemi, sekitar 25% wisatawan internasional Thailand berasal dari Tiongkok. Namun pandemi ini telah menyebabkan penurunan besar jumlah pengunjung Tiongkok. Yang memperparah masalah ini adalah insiden tragis di Bangkok – penembakan di sebuah pusat perbelanjaan besar, yang melibatkan pelaku berusia 14 tahun.
Kasus ini mengakibatkan korban jiwa termasuk seorang ibu asal Tiongkok dan anak-anaknya. Insiden ini mendapat liputan luas di Tiongkok, menyebabkan penurunan nyata dalam pemesanan perjalanan ke Thailand.
Menanggapi penembakan tersebut, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin melakukan diskusi diplomatik dengan duta besar Tiongkok dan berbicara kepada pemirsa Tiongkok di televisi, menegaskan komitmen Thailand terhadap keselamatan.
Perilisan film Tiongkok “No More Bets” semakin memperumit situasi. Plot tersebut, yang berpusat pada geng yang memikat warga negara Tiongkok ke Asia Tenggara untuk melakukan kegiatan kriminal, memperburuk persepsi negatif yang ada terhadap Thailand di Tiongkok, sehingga berdampak pada keputusan perjalanan.
Pada saat yang sama, hambatan perekonomian Tiongkok telah mengakibatkan penurunan belanja konsumen dan pariwisata keluar negeri. Dalam upaya untuk mengatasi tren ini, pemerintah Thailand melonggarkan persyaratan masuk, terutama menghapus kewajiban visa bagi wisatawan Tiongkok.
Meskipun industri pariwisata sangat menginginkan kembalinya pengunjung Tiongkok, sentimen ini tidak dirasakan secara universal di Thailand. Ada ketidakpuasan masyarakat setempat, terutama terhadap kelompok wisata Tiongkok yang besar dan mengganggu.
Sementara itu, wisatawan Rusia semakin menonjol di Phuket, menggantikan pengunjung Tiongkok sebagai demografi utama wisatawan asing. Pergeseran ini bukannya tanpa tantangan tersendiri, karena beberapa penduduk lokal menganggap perilaku wisatawan Rusia dan usaha bisnis mereka di Thailand memprihatinkan.
Thailand terus bergulat dengan dampak pariwisata massal, yang terlihat dari degradasi lingkungan dan beban terhadap masyarakat lokal. Terlepas dari permasalahan ini, pakar industri berpendapat bahwa transisi dari pariwisata massal tidaklah praktis, mengingat infrastruktur yang ada ditujukan untuk menampung wisatawan dalam jumlah besar dan ketergantungan ekonomi pada sektor ini.
Perdebatan mengenai pengelolaan pariwisata berkelanjutan sambil mendorong pertumbuhan ekonomi masih menjadi isu mendesak bagi Thailand.