EVENT NASIONAL NEWS

Sarasehan PWI Fokus Kedepankan Sisi Kebangsaan di Dunia Pers

SOLO, bisniswisata.co.id: Sarasehan Nasional bertajuk Pers Kebangsaan dan Pembangunan di Era Digital” di Monumen Pers Nasional, Solo, Jawa Tengah, menyoroti pentingnya mengedepankan sisi kebangsaan di dunia pers.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia ( GAPKI) misalnya merasakan rawannya bisnis kelapa sawit di Indonedia dari serangan beragam isu negatif yang dilakukan oleh pers asing.

Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI mengatakan, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada jajaran pers di seluruh Indonesia karena dukungan positif selama ini akan memperkokoh posisi Indonesia sebagai produsen dan eksporter minyak sawit terbesar di dunia.

“Pemberitaan pers Indonesia tentang isu-isu sawit sudah sangat positif dan obyektif,” kata Joko Supriyono saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Nasional “Pers Kebangsaan dan Pembangunan pada Era Digital” di Monumen Pers Nasional di Solo, hari ini.

Joko mengatakan, tahun 2017, ekspor sawit menyumbang devisa USD 22,9 miliar atau lebih dari Rp 300 triliun. Ada 17 juta masyarakat Indonesia yang hidup dari sektor kelapa sawit, baik sebagai pekerja maupun petani sawit.

Sebagai industri strategis sudah semestinya pers mendukung keberadaan sektor kelapa sawit. Apalagi di tengah melemahnya nilai tukar rupiah dan defisit neraca perdagangan, ekspor sawit bisa menjadi penyelemat ekonomi nasional.

“Ini menyangkut nasionalisme sebagai bangsa, bukan sekadar kepentingan pengusaha atau industri, “ ungkap Joko yang menjadi nara sumber bersama Dirut TVRI Helmy Yahya dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Pada sarasehan menyambut Kongres XXIV PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) tersebut, Joko membandingkan pemberitaan media nasional dengan media-media Barat yang notabene adalah produsen minyak nabati pesaing sawit.

“Kami yakin pemberitaan media asing yang mendiskreditkan sawit tidak berdiri sendiri. Tapi bagian dari kepentingan negara maju untuk mengalahkan sawit dalam persaingan minyak nabati global. Ini masalah ekonomi yang berbingkai dengan kepentingan politik bisnis masing-masing negara,” kata Joko.

GAPKI yang mewakili perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan terus memperkuat kerja sama dengan lembaga-lembaga pers di Indonesia. Sehingga persepsi positif sawit semakin menyebar luas di kalangan masyarakat, termasuk para netizen.

Menurut dia,  dukungan kalangan pers kepada sektor persawitan nasional bakal makin konstruktif ketika dunia pers nasional memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang masalah ini.

Memupuk rasa kebangsaan juga menjadi strategi Helmy Yahya untuk mengembalikan kejayaan TVRI sebagai stasiun televisi pertama milik bangsa yang sempat hilang di era digitalisasi.

Beragam upaya dilakukan mulai dari mengganti seragam hingga menampilkan film-film hits tahun 1970 an seperti Little House on The Prairy, Oshin dan  Keluarga Cemara.

Tampil blak-blakan, Helmi bercerita bagaimana susahnya mengembalikan TVRI dengan segala keterbatasan, terutama pembiayaan.

“Anggaran kami sebagai BUMN hanya Rp. 800 milyar atau kalau kita bandingkan dengan stasiun TV yang besar, jumlah itu dana satu atau dua minggu TV lain yang setara setahun TVRI,” ujar Helmi.

Helmy Yahya ( kanan) siaran langsung usai Sarasehan di kongres PWI ke 24 di Solo. ( foto: HSS)

Di era milenial ini para presenter juga seharusnya dari kalanga muda. Namun faktanya sumber daya manusia yang dikatakannya sudah berumur dan mendekati usia pensiun mencapai 51% dari pegawai dan PNS di TVRI sudah berusia di atas 50 tahun atau sudah sebentar lagi pensiun, ungkapnya.

Meski begitu, sambung Helmi, keterbatasan tidak menyurutkan semangat TVRI untuk kembali berjaya dan untuk menggaet generasi milenial, pihaknya terus melakukan pengemasan ulang untuk promosi kepada masyarakat.

“Untuk mengembalikan kejayaan TVRI kami pakai tagar #KamiKembali dan kami terus lakukan re-branding dengan mengajak generasi milenial,”

Dahulu kala TVRI berada di jajaran paling atas dan sekarang di posisi paling bawah sehingga pihaknya  berusaha merebut kembali kejayaan di masa lalu itu, kata Helmy yang pernah dikenal sebagai “raja kuis” di berbagai televisi swasta.

“Langkah awal membangun rasa percaya diri di internal a.l mengganti seragam kami menjadi warna hitam. Dan dalam waktu singkat akan berganti logo. Kami berusaha bangkit, karena TVRI satu-satunya televisi yang memiliki jangkauan terluas secara nasional. Rating iklan kami pun sudah mulai diperhitungkan,” ujar Helmy.

TVRI pantas ditonton berbagai kalangan usia, karena programnya terdiri atas 40 persen berita (news) dan masing-masing 30 persen pendidikan dan 30 persen infotainment. “Kami pun bebas berita hoax, jadi berita dan program kami pantas ditonton kalangan berbagai usia termasuk kanak-kanak, tegasnya.

Selain Helmy, dalam seminar sehari itu, hadir juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang berbicara panjang lebar tentang hubungan media dan kalangan pemerintah.

Ganjar yang menyatakan bahwa istrinya juga mantan wartawan menghilangkan tradisi amplop bagi wartawan dengan membuat lomba-lomba menulis dengan beragam hadiah sesuai dengan kebutuhan wartawan.

Ganjar mengingatkan untuk mensikapi realitas kehidupan saat ini dan kemudian dihubungkan dalam dunia pers, sebenarnya perlu nilai yang dipegang yakni National Interest yakni Pancasila yang harus menjadi acuan semua anak bangsa.

Pihaknya menggambarkan, ketika bicara konflik antar warga yang mengandung sensitifitas keyakinan, ingat Indonesia memiliki asas Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila.

Kemudian apabila ada kelompok ataupun daerah yang sedang berduka seperti Gempa Palu maka Indonesia memiliki asas kemanusiaan yang Adil dan beradab dan menjadi dasar untuk tolong-menolong.

National interest itu yang perlu diimplementasikan dalam dinamika  pers. Apakah mau bangsa ini dipecah belah, antar kelompok mau ditabrakan? Jangan mau,” kata Ganjar Pranowo.

Itulah sebabnya media nasional harus defend pemberitaan negatif tersebut dengan pemberitaan positif yang dari pers nasional dengan menghasilkan berita yang sesuai data, fakta, positif  membanggakan dan memberikan harapan optimisme bagi bangsa.


Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)