FASHION NASIONAL NEWS

Sapta Nirwandar: Industri Halal Global Didominasi Halal Food & Fashion

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Potensi industri halal global saat ini didominasi oleh halal food dan halal fashion. Dua sektor dimana Indonesia memiliki kekuatan untuk merubah diri dari negara konsumen menjadi produsen, kata Sapta Nirwandar.

Berbicara pada forum diskusi bulanan  Muhadatsah Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah ( MES), akhir pekan lalu, Ketua Indonesia Halal lifestyle Center yang juga sebagai anggota Dewan Pakar PP MES ini mengatakan untuk halal food sendiri pada masa pendemi seperti sekarang kebutuhannya naik.

” Oleh karena itu, wajar jika saat ini kita perlu fokuskan ke sektor halal food dan halal labeling menjadi kebutuhan yang sangat penting,” jelas Sapta.

Sementara itu, Ketua Dewan Pakar PP MES yang juga Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan muhadatsah menjadi media wakaf ilmu bagi seluruh Dewan Pakar PP MES untuk menyumbangkan ilmu, gagasan, serta ide yang bermanfaat bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

“Ini menjadi ajang silaturrahim sekaligus penyalur gagasan yang membawa manfaat bagi umat. Mari melalui forum muhadatsah ini,” ujar Perry 

Dalam agenda perdananya, Muhadatsah Dewan Pakar MES digelar secara virtual bertema “Peran Bank Syariah dalam Sektor Sustainable Halal Food dan Sustainable Fashion”

Selain Sapta Nirwandar, kegiatan ini  menampilkan nara sumber lainnya yaitu Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) yang juga Bendahara Umum PP MES, Hery Gunardi dimana  potensi industri halal Indonesia yang dapat dibiayai oleh bank syariah bisa mencapai kisaran angka antara Rp 420 triliun hingga Rp 714 triliun.

“Potensi industri halal yang mampu kita biayai di kisaran angka Rp 420 T hingga Rp 714 triliun, namun dalam realisasinya masih di bawah potensi minimum,” papar Hery.

Ke depan, pihaknya akan mengembangkan secara masif pola-pola kemitraan dengan berbagai pihak agar bank syariah dalam hal ini BSI bisa berperan lebih dalam penguatan halal value chain di Indonesia.

Akselerasi pemenuhan kelengkapan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah memerlukan satu pemahaman bersama dan konsolidasi yang kuat antar pemangku kebijakan, tambah Hery yang juga Ketua Umum Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (ASBISINDO).

Sapta menjelaskan tentang potensi industri halal global saat ini yang didominasi oleh halal food dan halal fashion. Di sisi makanan halal, kebutuhannya naik di masa pendemi. Lima negara eksportir Halal Food adalah Brazil, India, USA, Rusia dan Argentina 

Indonesia selama ini masih menjadi pusat Industri halal, tapi dalam posisi sebagai konsumen. Dirinya menjelaskan negara non muslim masih menjadi penyuplai utama bahkan untuk negara-negara Organization of Islamic Cooperation (OIC) dengan peringkat pertama eksportir produk halal adalah Brazil, dengan nikai US$16,2 miliar dolar diikuti India dengan nilai ekspor sebesar US$14,4 miliar.

“Memang RI jadi negara top di sektor industri halal, tapi sebagai consumer. Indonesia menjadi konsumen halal food peringkat pertama yang nilainya  sebesar US$144 miliar”.” kata Sapta.

Untuk halal food supply chain distribusi bukan hanya sektor perumahan, tetapi juga restoran, bakery, coffee shop dan cloud kitchen global.

” Di UAE ada Kitopi Kitchen, yang mengelola cloud kitchen melalui platform yang diluncurkan tahun 2018. Sekarang sudah beroperasi di 30 Cloud Kitchen di AS, Inggris danbdi Uni Emirate Arab sendiri,” kata Sapta.

grafis
Indonesia masih masuk negara konsumen halal food dan fashion modest dunia. ( ilustrasi : IHLC)

Dari sisi fashion, Indonesia seharusnya bisa jadi pusat mode pakaian Muslim baik wanita maupun pria. Namun RI justru menduduki negara konsumen fashion Muslim ke lima di dunia.

” Untuk posisi negara produsen fashion Muslim bahkan Indonesia kalah dengan Bangladesh yang sudah jadi negara eksportir dengan nilai US$1,4 miliar. ( data 2019). Dalam hal ini konektivitas, sumber daya, riset dan pendanaan juga pegang peranan penting,” kata Sapta Nirwandar.

Forum muhadatsah kemudian disambung dengan diskusi dan tanggapan dari dua Dewan Pakar PP MES, Riawan Amin dan Adiwarman Karim. Keduanya secara bergantian memberikan tanggapan atas dua topik diskusi yang telah disampaikan.

Riawan Amin dalam tanggapannya menekankan pentingnya sinergi antar bank, tidak hanya bank syariah, tapi juga dengan bank konvensional. 

“Bahwa kita harus berjamaah dalam persoalan food dan fashion ini. Ini perlu ditekankan sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Wakil Presiden RI dalam Global Islamic Forum 2019 yaitu melakukan sinergi dengan bank konvensional”. tegas Amin.

Di sisi lain, Adiwarman Karim dalam merespon diskusi yang berlangsung menjelaskan tiga hal penting yang harus dipahami oleh para pejuang  ekonomi dan keuangan Syariah.

“Hal pertama yang harus kita pahami yaitu keberhasilan dari ekonomi syariah adalah ketika bank konvensional mengadopsi cara-cara ekonomi syariah,” ujarnya.

Kedua, menghadirkan ekonomi syariah secara bertahap harus melalui pilot project. Terkahir adalah perlunya mencari kesamaan fungsi dari ekonomi syariah kemudian diberikan fitur pembeda, ini menjadi hal yang penting”, terang pria mantan Sekretaris Jenderal PP MES ini.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)