JAKARTA. bisniswisata.co.id: Muda dan sudah banyak karya, begitulah kesan saat berhadapan dengan Rima Khansa Nurani, 26 tahun. Saat ini, ia menjabat sebagai Direktur Utama dari firma arsitektur Rima Ginanjar Architects ( RGA) yang menjadi salah satu kantor arsitek pertama di Indonesia yang berkomitmen untuk mencapai desain Zero Carbon.
Lima menit pertama berbicara dengannya dia sudah tepat dijuluki Miss Zero Karbon bukan oleh ayahnya sendiri, President ESQ group, yaitu, Ary Ginanjar Agustian, seorang motivator, businessman, dan tokoh pembangunan karakter pendiri ESQ 165, tetapi oleh komitmen dirinya sendiri pada lingkungannya, bangsa dan negara.
Ya Rima bisa membuktikan siapa dia, bagaimana kiprahnya dan mau dibawa kemana Indonesia, tanah air tercinta dalam proyek Zero Carbon yang menjadi isyu dunia.
Wanita kelahiran 14 April 1997 di Denpasar, Bali ini sudah memiliki visi hidup dunia dan akhiratnya dengan jelas. Dekarbonisasi adalah proses pengurangan emisi gas rumah kaca, khususnya karbon dioksida (CO2), dari berbagai sektor yang dapat menyebabkan perubahan iklim
Merinding, jujur saja, saya bangga membaca PT Hutama Karya menggandeng Rima Ginanjar Architects untuk program- program Dekarbonisasi. Salah satu programnya adalah memberikan training Dekarbonisasi untuk Indonesia Zero Carbon 2045.
“Meski pemerintah mencanangkannya paling lambat tahun 2060, kalau bisa lebih cepat lebih bagus kan ?. Harapannya akan ada BUMN lain, Pemda, Pemkot, dan Pemkab juga ikut training ini agar Indonesia Zero Carbon lebih cepat terlihat di depan mata. Salam Zero Carbon,” balas Rima setelah dikirimi link beritanya.
Wanita yang rendah hati ini memang memiliki DNA Talent tipe perfeksionis yang selalu ingin detil dan sempurna dalam bekerja dan visinya adalah gol getter, berusaha optimal untuk menghasilkan yang terbaik dan pegang teguh nilai-nilai amanah.
Hasilnya, rancangan stadion olahraga dengannkonsep Zero Carbon pertama di Indonesia yaitu Stadion olahraga Kediri berstandar VIVA, Jawa Timur, karya Rima Ginanjar Architecs ( RGA) yang tengah dalam proses pembangunan dimulai dari 31 Mei 2023 dan penyelesaian tahap pertama diharapkan pada Desember 2023.
Di kantornya yang berlokasi di lantai 12, Gedung Menara 165. Jl TB Simatupang Jakarta Selatan. Rima bercerita dari dulu sudah memiliki perhatian dalam hal zero carbon. Bahkan saat menjalani proses pendidikan SMP hingga SMA di Mount Lawley Senior High School di Perth, Australia.
Ketertarikannya sejak kecil kepada seni dan arsitektur, membuatnya memanfaatkan waktu luangnya saat SMA mengikuti program school of design di University of Western Australia dan lanjut memperoleh gelar sarjana strata satu.
” Zero Carbon bukan slogan dan pemanis bibir, tetapi harus menjadi suatu gerakan nasional setiap pemerintahan di dunia ini untuk melindungi alam ciptaan Allah SWT,”
Prinsip hidupnya menegaskan ‘Aku Tahu yang Aku Mau ‘ apalagi selama masa kecilnya ia banyak bergabung di kegiatan sosial seperti menanam pohon bakau, jadi relawan di panti jompo, dan berbagai penggalangan dana dari Interact club oleh Rotary International sehingga dia paham betul bahwa Zero Carbon bukan perkara yang mudah dan tak sekedar berteori, namun dibutuhkan keputusan yang kuat untuk beraksi.
“saya pribadi tidak bisa melakukan apapun untuk membantu mengurangi masalah ini. Tetapi setelah saya belajar bersama suami di Liverpool melanjutkan S2 dan belajar tentang Zero Carbon Architecture, di situ saya baru paham betapa pentingnya climate change itu diobati.”
Anak ke-3 dari Founder ESQ Group Ary Ginanjar Agustian ini mengungkapkan bahwa 40 persen dari emisi karbon di dunia ini, ternyata muncul dari bangunan-bangunan yang ada. Oleh karena itu RGA berkomitmen untuk membantu menciptakan Indonesia Zero Carbon.
“Dampak dari emisi karbon adalah terjadinya pemanasan global yang sangat nyata. Sehingga menyebabkan banyak kerugian dari penyakit sampai bencana alam yang tidak bisa kita hindari.”
Menurut Rima Ginanjar, RGA bertekad untuk memberikan kontribusi agar impian penurunan karbon itu tercapai. Berdasarkan hal itulah RGA berfokus pada Zero Carbon Architectures
Soalnya banyak orang yang belum melihat korelasinya. Oleh karena itu, kata Rima, semua pihak pun harus bersinergi dan mengubah mindset agar masyarakat lebih memahami Zero Carbon.
“Jadi mulai hari ini, Rima mau memulai kontribusi untuk Indonesia bahkan dunia. Rima Ginanjar Architects akan berjuang untuk mencapai misi tersebut dan kami sangat berharap dengan berjalannya waktu akan semakin banyak orang yang mengetahui arti pentingnya Zero Carbon.”
Saatnya membuat gerakan
Jangan banyak menunda-nunda waktu oleh karena itu selagi masih ada umur, selagi masih bisa melakukan gerakan maka lakukan gerakan literasi untuk dekarbonisasi itu. Rima mengawali gerakannya dengan bersinergi dengan suami.
Suaminya, Ahmad Reza Hariyadi, alumni ESQ Bussiness School ( EBS) angkatan ke 2 manajemen bisnis tahun 2018 selain jadi soulmate juga menjadi partner bisnis yang menjadi Wakil Direktur di firma arsitekturnya RAG.
” Saya tidak pandai menangani bisnis. namun kami bisa saling mendukung sehingga perusahaan cepat berkembang dari sosok visioner seperti Reza,” kata Rima.
Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap climate change. Bangunan bertanggung jawab atas 40% pengeluaran emisi karbon global, dimana emisi karbon menyebabkan climate change ini.
Sebagian besar bangunan memiliki operational cost yang tinggi karena tidak efisien dalam penggunaan energi, sehingga tidak terhitung berapa banyak harga yang kita bayar terbuang sia-sia.
Bayangkan jika satu gedung dapat menghemat hingga 60-100% energinya, dikalikan dengan 1000 bangunan, maka berapa banyak uang yang dapat kita hemat untuk digunakan dalam pembangunan kesejahteraan umat manusia.
Dampak climate change antara lain seperti banjir yang mencemari air minum, polusi yang menyebabkan penyakit pernafasan yang kini sudah mewabah dimana-mana dan meningkatnya penyakit vector-borne seperti malaria, DBD dan lainnya.
Tidak hanya itu, banyak bangunan berdampak negatif pada kesehatan fisikal dan mental kita karena kurangnya cahaya matahari, kualitas udara yang buruk, dan diskoneksi dari alam.
Rima yang pada dasarnya juga senang berbagi memberikan tips-tips di media sosial maupun di websitenya rimaginanjar.com untuk literasi dan mengajak masyarakat menjalankan gaya hidup yang membantu gerakan dekarbonisasi ini terwujud.
Mengingat, hampir semua aktivitas yang dilakukan setiap hari mengeluarkan emisi karbon. Lakukanlah alternatif perubahan gaya hidup untuk mengurangi emisi karbon dengan dua langkah awal, tambahnya.
“Pertama, ganti bohlam kamu dengan led light. Hematnya bisa sampai 80% loh. Bahkan hasil riset dari APO Tokyo menyatakan bahwa kalau kita mengganti semua lampu di rumah dengan led, maka bisa mengurangi emisi karbonsebanyak 6 ton setahun ” ujarnya dengan senyum manisnya.
Hal yang Kedua, elektronik yang energinya efisien. Coba deh kalau kamu mau beli barang elektronik pastikan ada logo energy ratingnya. Maka itu berarti sudah ikut berkontribusi mengurangi emisi karbon.
Dukungan dari Keluarga
Baik Rima dan suami, Ahmad Reza Haryadi sepakat pembagian kerja siapa melakukan apa sudah disepakati baik di rumah dan di dunia kerja sehingga keduanya punya misi Indonesia Emas 2045 sekaligus misi Indonesia Zero Carbon. RGA itu bukan hanya sebuah perusahaan arsitektur semata, namun sebuah perusahaan yang bisa mengubah Indonesia menjadi lebih baik dengan Zero Carbon.
” Reza itu visioner dan selalu mengingatkan Rima soal integritas dan profesionalitas dan kenapa landasan utamanya adalah jujur karena akan sesuai dengan etika yang berlaku dan bisa membangun trust antara RGA dengan klien,” kata Rima soal partner in crime ini, sosok Reza, seseorang yang selalu memberikan dukungan terhadap dirinya apapun yang terjadi.
Memberikan bukti bukan janji, kenyataannya Ahmad Reza Hariyadi sebagai alumni EBS miliki leadership di atas rata-rata. Bersama Rima Ginanjar, mereka berdua berlari kencang membuat karya-karya dan mengikuti lomba-lomba desain arsitektur ramah lingkungan.
Selain Stadion Kediri, hasil desainnya juga ada di bidang hotel di Kendari, gedung martial arts di daerah, menang lomba Urban Design ( juara III), Kuningan Forest Walk, di Kuningan, Jawa Barat dan mendapat penunjukkan langsung proyek Universitas Ary Ginanjar.
” Untuk Desain dan pembangunan gedung Universitas Ary Ginanjar yang dibangun bapak, maka bentuk bangunannya memang banyak melengkung seperti logo ESQ Ways,” katanya sambil tertawa mengerjakann proyek milik ayahnya sendiri, Ary Ginanjar Agustian.
Rima juga mengerjakan interior gedung-gedung pemerintah agar ramah lingkungan seperti ruang lobby RSUD Bekasi agar pengunjung merasa nyaman dengan barang-barang yang juga ramah lingkungan.
” Soal gerakan dekarbonisasi masih banyak isyu karena di luar negri sudah ke taraf Climate Justice, negara yang memproduksi emisi tinggi harus bayar rugi pada negara berkembang bahkan perorangan. Seru kan…,” katanya mengakhiri obrolan karena saatnya menjemput putranya ke sekolah. Ibu dua anak yang menikmati semua peran hidupnya ini dan mengantar tamunya pulang hingga ke pintu keluar. Sukses selalu ya Rima !