JAKARTA, bisniswisata.co.id: Bulan suci Ramadhan bukan jadi penghalang untuk traveling. Meski tengah berpuasa, bukan berarti aktivitas jadi terbatas. Memang, tidak semua tempat wisata bisa dikunjungi selama berpuasa, terutama obyek wisata yang jauh dan butuh energi serta waktu lama. Solusinya ya berwisata religi, seperti mengunjungi masjid.
Indonesia memiliki begitu banyak masjid yang tersebar di penjuru nusantara. Masjid di setiap kota selalu menarik, unik, artistik juga memiliki pesonanya masing-masing. Juga kesan yang begitu mendalam adalah kemegahan, kebesaran, kesejukan di hati apalagi suasananya yang adem, ayem, tentrem selalu mengundang untuk dikunjungi.
Berwisata ke masjid itu banyak manfaat yang didapat. Mempertebal keimanan di bulah penuh berkah, mendalami ilmu agama, mengagumi arsitektur yang unik dan menarik, mengenal sejarah masjid, hingga mengunjungi makam tokoh Islam yang umumnya dimakamkan disekitar masjid. Selain memberikan kesejukan tersendiri, juga bisa menambah pahala dengan membaca Al Quran sambil menunggu waktu berbuka.
Beberapa masjid ikonik yang kini berubah menjadi semakin ramai dikunjungi saat bulan puasa, antara lain:
#. Masjid Sunan Ampel Surabaya
Masjid terbesar kedua di Surabaya ini, selalu diramaikan wisatawan ingin melihat makam Sunan Ampel. Selama Ramadhan makam dan masjid ini selalu dipadati pengunjung. Masjid dibangun bergaya arsitektur Jawa kuno dan nuansa arab islami yang sangat lekat. Ada lima Gapuro (Pintu Gerbang) merupakan simbol Rukun Islam. Juga ada sumur dibuat Sunan Ampel. Menurut sejarah, dalam masa penjajah, masjid berbahan kayu jati didatangkan dari beberapa wilayah Jatim ini punya karomah tersendiri. Saat kolonial membombardir Surabaya dengan peluru dari berbagai arah, dan menimbulkan kerusakan di sana-sini. Masjid Ampel tidak terusik atau mengalami kerusakan sedikitpun.
#. Masjid Muhammad Ceng Hoo, Surabaya
Masjid ini dikenal akan keunikan ornamen bernuansa Tionghoa. Warnanya yang merah mencolok juga pintu masuknya menyerupai pagoda makin menambah keunikan masjid yang sudah berdiri ratusan tahun. memiliki arsitektur khas Cina yang sangat kental. Masjid di Jalan Gading No 2 ini dibangun berlandaskan semangat dan berbagai nilai luhur yang dibawa Laksamana Cheng Ho setiap berlayar. Meski kecil untuk ukuran masjid, namun Masjid Cheng Ho Surabaya memiliki banyak rahasia. Ukuran bangunan yang 11×11 diambil dari ukuran Ka’bah saat pertama kali dibangun Ibrahim. Ornamen langit-langit Masjid Cheng Ho Surabaya yang menyerupai sarang laba-laba segi delapan.
Juga angka 8 dianggap angka keberuntungan dalam budaya Tionghoa. Sarang laba-laba merupakan sesuatu yang menyelamatkan Muhammad dari kejaran kaum Quraish. Warna merah mendominasi warna masjid, menyimbolkan kebahagiaan. Warna kuning di beberapa bagiannya punya makna kedamaian. Anak tangga di pintu kanan dan kiri masjid berjumlah 5 dan 6, menyimbolkan rukun Islam dan rukun iman. Pintu masjid dibangun tanpa menggunakan daun pintu, melambangkan Masjid Cheng Ho Surabaya terbuka bagi siapa saja, tanpa melihat golongan.
#. Masjid Tiban, Malang
Disebut Tiban konon masjid ini tiba-tiba ada secara ajaib. Bangunan didominasi gaya arsitektur ala Timur Tengah berwarna dominan biru dan putih ini merupakan objek wisata di Turen Malang. Sebagian warga percaya pembangunannya dibantu tentara jin. Konon ceritanya, hanya butuh waktu semalam untuk mendirikannya. Banyak yang akhirnya penasaran dan menyaksikan sendiri kemegahan Masjid Tiban atau masjid Jin, diberdiri 1978. Masjid dengan 10 lantai ini berdiri di lahan seluas 6,5 hektare itu dibuat tanpa ada gambar rancangan atau desain. Kabarnya, desain bangunan tempat ibadah itu dibangun hanya semata-mata mengandalkan mata batin melalui salat Istikharah.
#. Masjid Raya Sumatera Barat
Memiliki arsitektur unik, dan sekilas masjid di jalan Khatib Sulaiman Kota Padang, tak mirip rumah ibadah pada umumnya. Melainkan lebih mirip rumah adat khas Minangkabau. Karena keunikannya inilah yang menjadikan masjid ini sering memenangkan kontes arsitektur. Bangunan utama Masjid Raya Sumatera Barat terdiri tiga lantai. Atap masjid menggambarkan bentuk bentangan kain yang digunakan empat kabilah suku Quraisy saat berselisih pendapat mengenai pemindahan batu Hajar Aswad di Mekkah. Bila diperhatikan, keempat sudut dari atap masjid ini berbentuk gonjong yang seperti yang terdapat pada rumah adat Minangkabau.
Dinding masjid berbentuk ukiran tempat Al-Quran dengan empat sudut yang mengandung arti dalam budaya Minangkabau sebagai tau di nan ampek, yakni Al-Quran, Injil, Taurat dan Zabur. Tersirat juga makna adat nan ampek, yaitu adat nan subana adat, adat nan diadatkan, adat nan taradat dan adat istiadat. Pada eksterior Masjid Raya Sumatera Barat terdapat ukiran yang menampilkan kaligrafi dan motif kain songket khas Minangkabau. Bentuk dinding masjid yang memiliki ukiran segitiga yang didalamnya terdapat enam sudut ini sempat menjadi perbincangan berbagai kalangan, namun sebenarnya memiliki filosofi yaitu tiga tungku sajarangan, tiga tali sapilin (ulama, ninik mamak, cadiak pandai) yang harus memegang teguh rukun iman sebagai pengikat seluruh elemen yang ada ditengah-tengah masyarakat.
#. Masjid Kubah Emas, Depok
Masjid Dian Al Mahri, atau Masjid Kubah Emas berlokasi di tepi Jalan Raya Meruyung Depok. Masjid ini menjadi perbincangan karena keindahannya. Dibangun April 1999 dan diresmikan 31 Desember 2006 dengan gaya arsitektur Timur Tengah. Masjid ini mempunyai lima kubah berlapis emas 22 karat, yang melambangkan rukun Islam, dan mempunyai enam menara, yang melambangkan rukun iman di agama Islam. Ada yang menarik di interior masjid. Ada lampu besar yang tergantung di tengah-tengah langit bangunan masjid. Langit-langit bangunan masjid juga dilukis awan sehingga terlihat tampak mewah.
Lampu gantung berasal dari Austria, seberat sekitar 2,7 ton. Tali lampu gantung tersebut berasal dari Italia. Selain itu, Masjid Kubah Emas ini menyediakan aula untuk sarana pengunjung masjid sekadar beristirahat, toko makanan, vila, dan butik pakaian. Karno mengatakan pengunjung Masjid Kubah Emas dalam hari bisa mencapai 7.000 orang.
#. Masjid Menara Sunan Kudus
Masjid di kota Kudus, Jawa Tengah memiliki arsitektur unik dengan pura bergaya Bali. Masjid ini dibangun Sunan Kudus tahun 1549 Masehi. Di mihrab atau tempat imam masjid ini terdapat batu yang diyakini dari Baitul Maqdis, Palestina. Batu itu berukuran 41 cm kali 23,5 cm. Ornamen huruf Arab tertera di atas batu fari kata Baitul Maqdis itu pula asal-muasal nama Kota Kudus, yang berarti suci.
Konon, batu itu diperoleh Sunan Kudus saat berkunjung ke Masjidil Aqsa, Palestina. Batu itu dibawa sebagai kenang-kenangan dan diletakkan di masjid Menara Kudus ini.
Masjid Menara Kudus ini mencerminkan cara dakwah Sunan Kudus. Semasa hidup, Sunan Kudus dikenal memiliki cara bijaksana. Di antaranya, adaptasi ajaran Islam terhadap budaya masyarakat kala itu mayoritas memeluk Hindu dan Budha. Bangunan menara terbuat dari batu bata merah disusun dan diukir mirip dengan candi. Pada bagian puncak, beratap susun. Mirip bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.
#. Masjid Baiturrahman, Aceh
Pasti masih ingat dong dengan bencana tsunami hebat yang menghempas Indonesia sebelah Barat ini? Tsunami meratakan Aceh. Namun, Masjid Raya Baiturrahman masih dengan megahnya berdiri, sedang sekelilingnya sudah porak-poranda karena bencana alam tersebut. Masjid ini menjadi saksi dan juga bukti kebesaran Allah. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Aceh, tak akan lupa berkunjung ke sana. Masjid ini mendapat beberapa sentuhan baru, yaitu payung elektrik, dan juga halamannya yang kini berlantai marmer. Wajah barunya kembali menarik minat warga setempat untuk berkunjung.
#. Masjid Agung, Jawa Tengah
Masjid Agung Jawa Tengah tersebut diresmikan pada tahun 2006 lalu. Arsitektur masjid yang berlokasi di Jalan Gajah Raya, Semarang, disebut-sebut mirip dengan Masjidil Haram yang ada di Madinah, karena memiliki payung raksasa yang bisa dibuka dan ditutup. Masjid yang mampu menampung sebanyak 16 ribu jamaah ini juga dijadikan salah satu tempat wisata Semarang. Di area masjid juga terdapat museum tentang perkembangan islam. Tepatnya di menaranya, yang diberi nama Tower Asmaul Husna. Dari lantai 18, Semarang akan terlihat cantik-cantiknya. Keren banget, ya.
#. Masjid Terapung, Makassar
Makassar adalah kota pertama di Indonesia yang memiliki masjid terapung. Adalah Masjid Amirul Mukminin, yang digagas oleh walikota yang ingin menambahkan ciri khas dari daerahnya. Terletak di sebelah timur Pantai Losari. Keindahan sunset di Pantai Losari bisa dinikmati sembari menunggu Sholat Maghrib. Selain digunakan untuk tempat ibadah, juga sangat cantik dikunjungi sebagai tempat wisata. Meski tak besar, namun masjid terapung pertama di Indonesia ini justru menarik karena kecantikannya yang minimalis dan lokasinya yang sangat strategis.
#. Masjid Raya, Medan
Masjid Raya ini merupakan salah satu peninggalan sejarah Medan. Masjid yang gaya arsitekturnya dipengaruhi India, Timur Tengah, dan Spanyol ini sudah ada sejak tahun 1909. Interior tempat ibadah yang satu ini masih terlihat keklasikannya. Ukiran dan warna dinding, juga pilar-pilar di dalam masjid sangat kental dengan nuansa India dan dibangun dengan bahan-bahan impor. Masjid Raya ini juga bisa digunakan sebagai saksi bisu perjanjian sucimu dengan si dia, yaitu akad nikah. Tak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, dan juga lokasi wisata, Masjid Raya merupakan jejak kemakmuran Kesultanan Deli, yaitu Sultan Maimun al Rasyid Perkasa Alamsyah.
#. Masjid Agung, Tuban
Masjid Agung kota Tuban ini sebelumnya terlihat sangat sederhana. Di tahun 2004 lalu, pemerintah mengeluarkan dana yang kabarnya mencapai 17,5 miliar rupiah untuk merenovasi besar-besaran sehingga tampak secantik dan semegah sekarang. Tempat ibadah satu ini bernama Masjid Sunan Bonang karena letaknya berdekatan dengan makam salah satu dari wali songo tersebut. Bangunan masjid ini sangat cantik dengan warna-warna cerah yang menjadi salah satu daya tariknya. Karena bentuknya yang wah dan warnanya yang cerah ini lah, tempat ibadah ini disebut-sebut seperti masjid dari negeri 1000 dongeng. (NDY)