Keindahan Labuan Bajo ( foto: Google)
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sulit bagi pemerintah untuk membangun 10 destinasi yang bisa menjadi Bali Baru jika Pemda destinasi unggulan fokusnya masih pada 3 A dan orientasinya selalu menjaring wisatawan mancanegara ( wisman), kata Bayu Sutanto, Managing Director Trans Nusa.
Perusahaan penerbangan yang dominasinya melayani kawasan Indonesia Timur ini menambahkan dalam hal keindahan alam memang tidak diragukan karena itu banyak Pemda berlomba mengikuti beragam promosi wisata di luar negri.
Dia menambahkan bahwa memang benar tiga ukuran untuk menilai kesiapan destinasi untuk dipromosikan, yakni Atraksi, Akses dan Amenitas ( 3A), namun hal ini bukan jaminan wisman langsung datang.
“ Pemda di 10 destinasi yang tengah dikembangkan sebagai destinasi wisata baru harus tahu karakteristik masyarakatnya sendiri mau pun karakteristik wisman yang mau di jaring,” tandasnya.
Bayu misalnya kecewa dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat ( Mabar), Nusa Tenggara Timur ( NTT) yang menjadi habitat hewan langka di dunia yaitu hewan purba komodo yang di dunia ini hanya terdapat di Indonesia.
Apalagi Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, NTT ini telah ditetapkan menjadi salah satu dari 10 destinasi unggulan nasional yang akan menjadi Bali baru.
“Seharusnya peningkatan sumber daya manusia ( SDM ) yang harus diprioritaskan karena hospitality kaitannya juga dengan amenitas. Bagaimana wisatawan yang datang merasa nyaman kalau kebersihan tidak terjaga “
Saat wisatawan datang sebelum ke Taman Nasional Komodo untuk melihat biawak raksasa yang menjadi daya tarik utama kunjungan, maka kondisi akomodasi, transportasi, kondisi kota, pasar, pertokoan dan fasilitas lainnya harus tertata rapi dan bersih.
Hal ini akibat Pemda Mabar menganggap aset komodo di Taman Nasional Komodo urusan pemerintah pusat saja, bandara baru dan kelangsungan hidup destinasi juga jaminan pusat sehingga bersikap pasif.
“Atas permintaan tamu saya yang orang bule agar berkunjung ke pasar maka saya menuruti permintaannya. Tapi apa yang terjadi ? pasar di Labuan Bajo becek, bau dan tidak layak dikunjungi,”
Kalau saja Pemda Mabar fokus misalnya menyiapkan pasar tradisional yang bersih, nyaman dan lengkap menjadi one stop shopping, pasti banyak yang mau datang baik turis domestik maupun mancanegara.
Dia menilai Pemda di luar Jawa dan Bali tidak melakukan riset mengapa pasar di Bali, Jogja dan di Bukittinggi banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk belanja maupun kuliner.
“Saya menilainya karena hanya berorientasi dan memprioritaskan wisman. Padahal pulau Jawa sumber wisatawan domestik yang mau datang ke Indonesia Timur seperti Raja Ampat di Papua, kata Bayu Sutanto.
Meski untuk berwisata ke sana biayanya jauh lebih mahal bahkan lebih murah berwisata ke Jepang dan Thailand namun wisatawan domestik diyakininya tetap punya minat yang terus meningkat untuk melihat komodo dan berwisata di kawasan Indonesia Timur.
Pemda harus serius mempelajari karakteriktik wisatawan domestik maupun mancanegara yang mau dibidik dan persiapkan masyarakatnya untuk bersikap terbuka seperti di Bali dan Jogja dan dorong kreatif mereka, tegasnya.
Wisata sudah menjadi bagian dari gaya hidup ( lifestyle) masyarakat Indonesia. Jika pemda di 10 wisata unggulan tidak mengasah hal-hal diluar yang kasat mata misalnya mengasah budaya bersih dan Sapta Pesona warganya, maka sulit melahirkan Bali-Bali baru di tanah air.