FASHION

Paris Couture Week, Schiapparelli Sajikan Manik-manik Dayak

PARIS, Bisniswisata.co.id: Pekan mode bertajuk Paris Couture week selalu menarik perhatian, selalu tampil beda dan selalu mempersembahkan karya para desainer yang berhak dan bebas berimaginasi serta bereksperimen. Salah satunya Koleksi haute couture merupakan lini paling eksklusif dari sebuah rumah mode.

Seperti dilansir CNN, Jumat (26/01/2018), Label haute couture salah satunya appellation controlee, sebuah istilah yang penggunaannya diatur secara ketat oleh hukum Perancis, seperti halnya kata Champagne. Artinya, rumah mode tak bisa seenaknya dan sesukanya memasang ‘Haute Couture’ di belakang mereknya.

Hanya rumah mode yang terpilih oleh Federation de la Haute Couture et de la Mode di bawah Kementerian Industri Perancis yang diizinkan menggunakannya. Tak heran jika pekan mode couture merupakan ajang paling bergengsi.

Pekan mode untuk koleksi musim panas 2018 kali ini dibuka oleh rumah mode Schiaparelli. Maison Schiaparelli direktur artistik Bertrand Guyon, dikenal sebagai rumah mode yang nyentrik dan berseni.

Kedekatan Elsa Schiaparelli, sang pendiri rumah mode ini (yang berdiri di tahun 1927) dengan seniman-seniman Surealis kala itu menjadikan rumah mode ini sebagai salah satu yang secara konstan memiliki benang merah dengan dunia seni.

Schiaparelli terkenal dengan desainnya yang tidak ortodoks serta kebebasannya dalam membuat detail dan dekorasi. Di panggung Paris Couture Week 2018, Bertrand Guyon terinspirasi dari koleksi Schiaparelli di tahun 1937. Ia membawa kembali kenangan tema alami seperti bunga, daun, dan serangga yang disebutnya sebagai Koleksi Pagan.

Keahliannya adalah menciptakan pakaian sehari-hari namun menggunakan detail dan hiasan tak lazim untuk membuatnya luar biasa. Bertrand Guyon mewujudkannya dalam sebuah gaun berbahan rafia, yang keseluruhannya memiliki tekstur seperti tikar anyaman.

Busana dengan dekorasi bermotif serangga di atas sebuah kemeja berwarna putih dan sebuah gaun menyapu lantai berbahan tulle dengan korset berbentuk hati berwarna pink yang menghasilkan konstruksi rumit namun terlihat non-chalant.

Sisi rumit desain sebuah gaun bahkan berbahan dasar gabungan antara sutera dan serat pohon pisang, serta dihiasi bordiran rafia multi-warna. Inspirasi Mediterania pun juga muncul dengan adanya gaun-gaun panjang yang menutup seluruh bagian tubuh, dengan ornamen-ornamen berwarna cerah.

Hiasan berbentuk kupu-kupu berbahan coupe jacquards, cetakan tiga dimensi, serta motif-motif ditulis tangan menjadikan koleksi ini begitu bervariasi. Tentu saja ada beberapa tampilan dengan potongan bersih, seperti sebuah gaun bertudung berwarna putih.

Selain bahan dan bentuk, Bertrand Guyon juga menamai setiap gaun yang diperagakan dengan nama-nama dari tokoh-tokoh terkenal. Makeda (Ratu Bilqis dalam bahasa Ethiopia), Tomyris de Perse (Ratu Tomyris dari Persia), serta Mon reve montera vers toi (Mimpiku Akan Menimpamu, sebuah cuplikan kata mutiara dari Stephane Mallarme, seorang penyair Perancis abad ke-19) adalah beberapa nama dari looks yang ditampilkan.

Dari 43 exit yang diperagakan, ada satu tampilan yang sangat menarik, yakni sebuah gaun berwarna abu-abu dan khaki yang dilukis tangan berbahan organza yang dibordir dengan kepingan emas.

Gaun ini dihiasi dengan untaian manik-manik yang menjadi ciri khas pakaian adat suku Dayak, yang setiap butirnya memiliki makna spiritual bergantung pada warnanya. Apakah hal ini sebuah kebetulan, mengingat tidak disebutkannya suku Dayak di dalam show note, ataukah ini sebuah bentuk apropriasi budaya yang memanfaatkan kultur suku tertentu demi kepentingan komersial?

Entah apresiasi atau apropriasi budaya, salah satu daya tarik keindahan koleksi haute couture adalah munculnya unsur-unsur inspirasi yang luas serta kebebasan ide yang bisa datang dari mana saja. (CNN)

Endy Poerwanto